AMBON, Siwalimanews – Peringatan hari AIDS yang jatuh pada 1 Desember kemarin, merupakan momentum bagi Indonesia dalam perjalanan mencapai target pengurangan HIV/AIDS di Indonesia pada tahun 2030 mendatang.

Sejalan dengan itu program Fan di Maluku yang telah memberikan dampak positif dimana target capaian secara nasional dapat terwujud.

“Meski demikian, dengan luas kepulauan Maluku yang begitu besar, namun penularan ini perlu juga diwaspadai,” terang Ketua Stikes Maluku Husada, Sahrir Sillehu dalam seminar yang berlangsung di satu hotel di Ambon, pada Rabu (10/1).

Ia mengaku seminar ini sengaja digelar dengan tujuan agar generasi milenial dapat memahami perkembangan HIV/AIDS di era revolusi industri 5.0.

“Kenapa, karena peran generasi milenial saat ini memegang andil besar dalam pembangunan bangsa dan menjawab tantantangan global. Generasi ini dituntut untuk melakukan inovasi dan kolaborasi dalam mendukung pembangunan dibidang kesehatan,” pintanya.

Baca Juga: Keliobas: SBT Bukan Lagi Daerah Terisolasi

Untuk itu kolaborasi dan koordinasi kemitraan harus terus dibangun sebagai upaya pengendalian HIV/AIDS dan langkah konkret untuk menekan infeksi baru.

“Maka dengan seminar ini, kita melibatkan mahasiswa agar mereka bisa mendapatkan pengalaman tambahan di luar itu tentang infeksi menular sosial, seperti HIV/AIDS,” terangnya.

Dengan itu pula, perlu membangun suatu kemitraan, terutama lintas program dengan NJO dan pemda.

“HIV selama ini menjadi stigma buruk di masyarakat, sehingga ini menjadi pembelajaran dan literasi yang baik untuk mengetahui dampak dan pencegahan,” urainya.

DI tempat yang sama, Ketua  prodi Kesehatan Masyarakat, Stikes Maluku Husada, Sunny Cahyawati kepada wartawan menjelaskan keterlibatan mahasiswa untuk bisa merubah stigma buruk yang selama ini.

“Soal dampak ketika berdekatan atau bersentuhan dengan penderita HIV/AIDS, akan berdampak sama, padahal tidak demikian,” ungkapnya.

Dengan itu, melalui kegiatan ini mahasiswa para generasi milenial ini diberikan pemahaman yang detail akan hal itu.

“Jadi kita ingin mereka berfikir lebih cerdas lagi dan membuka diri untuk bisa memahami soal HIV/AIDS,” ujarnya.

Diakui memang penyakit yang setiap tahun meningkat, terutama untuk Maluku.

Untuk itulah dalam seminar ini pihaknya melibatkan narasumber yang berkompeten yang tahu betul kasus-kasus ini.

“Dengan pemahaman ini, mereka bisa merubah cara berpikir, sehingga tidak mendiskriminasi penderita HIV/AIDS,” jelasnya.

Untuk diketahui narasumber yang dihadirkan seperti Anita Dewi Prahastuti Sujoso dari Universitas Jember, Daud Samal Selaku Kepala Bidang P2P Dinkes Maluku dan Rosano Carolina Caramoy selaku Direktur Yayasan Pelangi Maluku. (S-25)