PEMBINA Yayasan Baileo Maluku, Saleh Abdullah mengata­kan bahwa Pulau nusalaut miliki nilai sejarah yang penting.

“Saya pikir ada sesuatu yang menarik dari Pulau Nusalaut karena ini pulau yang kecil namun miliki nilai sejarah yang sangat penting, sehingga saya mencari dan membaca di buku-buku apa yang membuat orang-orang di Lease, Saparua. Nusalaut begitu keras melawan Belanda,” ungkap Saleh, yang juga konsultan jasa profesi penulisan buku, saat peluncuran buku dan pemutaran film tentang sasi di Negeri Akoon, yang berlangsung Selasa (10/9).

Kata dia, ada pahlawan nasional yang berasal dari pulau ini bahkan juga ada benteng di Negeri Sila, sehingga memang pulau ini ada nilai sejarah yang penting.

Terkait dengan buku dan film tentang sasi di Negeri Akoon karena kebetulan Negeri Akoon yang secara rutin menjalankan upacara sasi dengan harapan akoon akan menjadi contoh pengelolaan ling­kungan hidup dan berkelan­jutan.

“Tentunya harapan kami bukan saja Akoon tetapi juga negeri-negeri yang lain karena Akoon ada di Nusalaut dan Akoon terhubung dengan negeri-negeri lain, pasti ada hubungannya,” katanya.

Baca Juga: Sahubawa Harap GPM Terus Bersinergi dengan Pemkab

Menurutnya, bupati pernah buat SK tentang masyarakat hukum adat disini sehingga akan lebih bagus untuk ditingkatkan menjadi peraturan bupati atau perda karena sejak tahun 2023 sudah keliling Maluku cuma kawasan di Maluku ini tradisinya masih dipegang kuat dalam bentuknya yang nyata.

“Istilah sasi itu secara orisinal itu lahir dari Maluku Tengah maupun ada juga di daerah lain yang namanya  berbeda tetapi tujuannya sama yakni mengendalikan repro­duksi atau kegiatan alam untuk memproduksi hasilnya baik darat maupun laut supaya manusia bisa mengontrol agar tidak dimanfaatkan habis-habisan oleh manusia karena manusia itu memiliki watak yang serakah sehingga sistem sasi ini yang mengontrol secara reguler dan menurut saya ini sangat bagus dan kedua kenapa sasi bagian dari adat atau tradisi itu penting karena kita tahu sekarang bahwa kondisi moderen dan teknologi nyaris bisa dikontrol,” bebernya.

Semoga dengan sasi ini, lanjut Saleh, dapat mengontrol teknologi dan moderenisasi tersebut untuk tidak terlalu jauh dan salah satu alat untuk mengontrol adalah sasi.

“Dengan sasi maka dapat me­ngon­trol bagaimana manusia bisa  berhubungan dengan alam dan bagaimana manusia bisa berhu­bungan dengan manusia itu sendiri. Itu pikiran sederhana kami untuk menghadirkan film dan dokumentasi ini,” cetusnya.

Direktur Yayasan Baileo Maluku, Nus Ukru dalam sambutannya meng­ucapkan terima kasih kepada seluruh kepala pemerintahan negeri yang selama ini mendukung kerja-kerja Yayasan Baileo dalam melakukan pen­dampingan ke negeri-negeri di Nusalaut.

“Melalui diskusi bersama dengan Raja, kewang, saniri dan kepala soa untuk mencoba memunculkan rasa bangga dari diri sendiri terhadap apa yang kita punya. Tadinya kita berpikir untuk lakukan di negeri sendiri namun kita melihat kita jadikan satu negeri dulu sebagai titik star sehingga Akoon diharapkan bisa menjadi rasa bangga bersama dengan negeri-negeri lain di Nusalaut sehingga inisiatif untuk dokumentasi dan memperkuat nilai dan sistem adat lokal itu semakin menjadi kebanggaan,” katanya.

Dirinya berharap agar kegiatan ini dapat dihadiri oleh Dirjen Kebudayaan agar dapat melihat dan mendengar secara langsung kondisi disini.

“Acara ini sebenarnya acara yang sederhana karena ada teman-teman yang bertemu yang diskusi sambil tulis dan membuat foto tetapi menjadi sangat penting untuk membawa pesan-pesan pengetahuan masya­rakat, pesan tentang bagaimana masyarakat mengelola putaran keserasian hidup dengan lingkungan dan sumber daya alam,” ujarnya.

Dikatakan, dalam cara pandang masyarakat adat untuk bagaimana membangun sistem kehidupan secara berkelanjutan karena selalu ada cara pandang bahwa ruang hidup dan sumber daya alam yang kita bilang kita punya adalah titipan buat anak cucu. Kalau sekarang ini kita bangga karena kita punya karena djaga oleh orang tua kita untuk kemudian kita bisa menikmatinya saat ini.

“Buku ini sangat sederhana tetapi juga memberi  gambaran besar tentang Pulau Nusalaut jadi kita berharap buku dalam bentuk cerita foto ini diharapkan lebih kuat memberikan pesan kuat dan pengetahuan kemudian ada film dokumenter tentang cara sasi di Negeri Akoon akan memacu kebanggaan masyarakat di Akoon maupun masyarakat Nusalaut,” tukasnya. (S-17)