AMBON, Siwalimanews – Tiga paramedis RSUD dr Haulussy Kudamati Ambon, dinyatakan positif terpapar virus corona. Sedangkan 22 lainnya hasil rapid test positif.

Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Co­vid-19 Provinsi Maluku, Kas­rul Selang mengaku dari jumlah tenaga medis yang dinyatakan positif rapid test, 17 paramedis, 5 tenaga administrasi.

“Ya, hasil swab tiga pa­ra­medis RSUD positif, sedangkan 22 lainnya hasil rapid testnya juga positif, dengan rincian 17 paramedis dan 5 tenaga administrasi,” ujar Kasrul kepada pers, Senin (11/5).

Dia menjelaskan, seca­ra keseluruhan, pihaknya sudah melakukan rapid test kepada tenaga medis dan pegawai administrasi di rumah sakit tertua di Maluku itu. “Sekitar 100 lebih tenaga medis sudah kita rapid test, 3 orang swab dinya­takan positif yakni pasien kasus 26, kasus 27 dan kasus 28. Sedangkan 22 orang perawat dan tenaga medis di­nyatakan positif rapid test,” jelasnya.

22 Paramedis tersebut tambah Sek­da Maluku ini, hasil swabnya belum diterima tim gugus dari Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengen­dalian Penyakit (BTKL-PP) Ambon.

Baca Juga: Kapolda Jenguk Pasien Covid-19 di BPSDM & LPMP

“Hasil swab dari 17 perawat dan 5 tenaga medis belum kita terima dari BTKL-PP,” ungkapnya.

RSUD Haulussy Tutup

Kasrul juga menegaskan, Peme­rin­tah Provinsi Maluku terpaksa menghentikan operasional RSUD dr Haulussy terhitung 11-24 Mei 2020 mendatang.

“Rumah sakit kita tutup pelayanan umum untuk sementara selama 14 hari kedepan, karena akan disteril­kan,” tambah Kasrul.

Penutupan penghentian operasi­onal untuk nantinya dilakukan pe­nyemprotan guna mensterilkan kondisi rumah sakit. Penutupan juga kata Kasrul dilakukan hanya sementara, karena ditakutnya pasien yang lain bisa tertular dari perawat yang menangani.

“Memutus mata rantai proses pe­nyebaran virus corona, harus dila­kukan penutupan pelayanan semen­tara selama 14 hari kedepan. Dan selama itu pula tidak ada penam­bahan pasien baru,”tuturnya.

Ia mengaku, baru sekarang mem­berikan informasi kepada publik terkait tiga  perawat yang terkon­firmasi positif corona virus, karena baru menerima hasil swab dari Laboratorium Balitbang Kemente­rian Kesehatan di Jakarta.

“Kita baru bisa publikasi, karena baru menerima hasil swab dari Laboratorium Balitbang Kemente­rian Kesehatan, sehingga baru di­sampaikan ke publik,” tandas Kasrul.

Penutupan RSUD Haulussy seba­gai bentuk upaya pihak gugus memulai proses tracking untuk men­cari jejak tiga orang perawat yang sudah dinyatakan positif terpapar virus corona.

“Tracking sudah mulai kita laku­kan, kepada orang dekat tiga tenaga medis yang terkonfirmasi positif virus corona,” pungkas Kasrul.

Kepala RSUD Haulussy, dr Ritha Tahittu yang dikonfirmasi Senin (11/5) malam, terkait penutupan RSUD tak mengaktifkan telepon seluler­nya.

4 Kasus Baru Terkonfirmasi

Maluku tambah empat kasus baru terkonfirmasi positif virus vorona, sedangkan lima pasien terkonfirmasi dinyatakan sembuh. Empat pasien terkonfirmasi positif corona virus atau Covid-19 itu yakni kasus 33, kasus 34, kasus 45 dan kasus 36.

Hasil swab dari Balitbang  Kemen­terian Kesehatan yang dikirim  me­nunjukan empat pasien baru ini positif Covid-19.

“Jadi dari 43 swab yang kita kirim semuanya sudah kita terima. Hasil­nya ada 4 pasien baru yang dinya­takan positif dan 5 orang sembuh dari Covid-19,” beber Kasrul

Kasrul menjelaskan empat pasien baru yakni kasus 33 (perempuan) inisial MG umur 44 tahun sekarang diisolasi di RST Tingkat II dr. Latu­meten, kasus 34 (laki-laki) inisial AH umur 59 tahun dan diisolasi di RSUD dr M. Haulussy.

Selanjutnya kasus 35 (perempuan) inisial DAS. DAS sudah dinyatakan meninggal dunia sejak 7 Mei lalu di RSUD dr Haulussy, dengan penyakit gagal ginjal. Selanjutnya kasus 36 (perempuan), inisial, MCA.

Secara keselurusuhan sudah ada 36 kasus terkonfirmasi positif virus corona di Maluku. Dari jumlah  36 kasus terkonfirmasi itu, 17 orang sudah dinyatakan sembuh, 15 orang masih dalam perawatan medis dan empat orang dinyatakan meninggal dunia.

Kasrul merincikan 17 pasien ter­konfirmasi yang dinyatakan sembuh yakni kasus 01 asal Bekasi, kasus 02 pasien 74 tahun, kasus 03 pasien Saparua, kasus 04 inisial HT, kasus 05 istri HT, kasus 07 pelaku per­jalanan dari Manado, kasus 09 pa­sien Saparua, kasus 10 pasien SBB, kasus 11 anggota polri, kasus 12 ang­gota polri, kasus 13 cucu dari kasus 02, kasus 14 cucu dari kasus 02, kasus 15 HB, kasus 16 Buru (mahasiswa NTT), kasus 17 asal Buru Selatan, kasus 19 ABK Dobon­solo dan kasus 21 HA terpapar cari kasus 15.

Sedangkan 15 pasien yang masih dalam perawatan medis yakni kasus 06, kasus 08, kasus 18, kasus 20, ka­sus 22, kasus 23, kasus 26, kasus 27, kasus 28, kasus 29, kasus 30, ka­sus 31, kasus 32, kasus 33 dan kasus 34.

“Masih 15 kasus positif terkon­fir­masi yang masih dalam perawatan dan isolasi di sejumlah rumah sakit maupun balai diklat BPSDM,” tuturnya.

Selain itu juga sudah ada empat kasus terkonfirmasi yang dinyata­kan meninggal dunia yakni kasus 24 inisial HT, kasus 25 inisial LS, kasus 35 inisial DAS asal SBB dan MCA Kelurahan Wainitu.

“Kasus 35 merupakan kasus pa­sien yang baru dari kabupaten SBB. DAS masuk ke RSUD dr. M Hau­lussy dengan keluhan gagal ginjal, gagal jantung pada tanggal 22 April dan dinyatakan meninggal pada 7 Mei lalu,” jelasnya.

Ditanya terkait dengan tracking dan swab terhadap orang dekat pa­sien baru yang tekonfirmasi, Kasrul mengaku sudah mulai dilakukan oleh tim gugus Kota Ambon.

Tracking dan rapid test sudah mulai dilakukan oleh tim gugus Kota Ambon,” tegasnya.

Kecolongan

Sementara itu Jubir Gugus Tugas Percepatan Penangan Covid-19, Meikyal Pontoh menjelaskan sebe­lum meninggal, tim dokter juga telah melakukan tes cepat atau rapid test kepada pasien DAS namun hasilnya negatif.

“Swabnya juga sudah diambil dan dikirim ke Balitbang Kementerian Kesehatan, hasilnya baru tiba pada 10 Mei 2020, sementara pada 7 Mei lalu, DAS sudah meninggal dunia dan dibawa ke SBB untuk di ma­kamkan,” jelas Pontoh.

Proses pengantaran jenazah DAS dari RSUD dr. M haulussy ke SBB tidak menggunakan protokol kese­hatan karena hasil rapid testnya negatif dan korban dinyatakan meninggal dengan sakit bawahan.

“Jadi ketika dimakamkan pasien tidak dilakukan dengan standar pe­nanganan Covid-19, karena hasil rapid testnya negatif. Swab lab baru tiba pada tanggal 10 Mei ternyata DAS dinyatakan positif Covid-19,” tegas  pontoh.

Olehnya tim Gugus Kota Ambon sudah melakukan rapid test dan pengambilan swab bagi petugas yang mengantar jenazah DAS dari RSUD dr. Haulussy sampai ke SBB.

“Semuanya petugas medis yang melayani, pengantar jenazah sampai dengan petugas yang kawal sampai ke SBB sudah kita rapid dan diambil swabnya. Hasil mereka belum ke­luar,” ujar Pontoh.

Dirinya mengakui kalau untuk pasien DAS asal SBB petugas keco­longan karena hasil rapidnya negatif sebanyak dua kali.

“Kita akuli kecolongan sehingga proses pengantaran jenazah dari Ambon ke SBB untuk dimakamkan tidak dengan protokoler covid-19,” tandasnya.

Jumlah ODP dan PDP Turun

Jumlah orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawa­san (PDP) di Maluku turun.

“ODP di Maluku sampai dengan tanggal 11 Mei 2020 pukul 12.00 WIT berjumlah 52 orang,” ujar Pontoh.

Pontoh merincikan jumlah ODP di Kota Ambon sebanyak 49 orang, Ka­bupaten Buru 2 orang, Kabupaten Buru Selatan 1 orang, Kabupaten Ke­­pulauan Aru 1 orang. Sedangkan ODP pada Minggu 10 Mei pukul 12.00 WIT sebanyak 54 orang

Sedangkan jumlah PDP di Maluku pada Senin 11 Mei 2020 pukul 12.00 WIT sebanyak 19 orang.

Jumlah itu terdiri dari Kota Ambon 11 orang, Kabupaten Malteng 3 orang, Kabupaten SBB 1 orang, Kabupaten SBT 1 orang, Kabupaten Buru 1 orang, Kabupaten Buru Sela­tan 1 orang, Kabupaten Maluku Te­ng­gara 1 orang. “Sedangkan kema­rin PDP pada Minggu 10 Mei 2020 sampai dengan pukul 12.00 ber­jumlah 30 orang,” jelas Pontoh.

Gugus Tugas tak Serius

Anggota DPRD Maluku, Amir Rumra, mengkritik keras Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Maluku dan Kota Ambon. Gustu dinilai tidak serius tangani Covid-19, apalagi terlambat mengin­formasikan ke publik soal kebe­radaan tenaga medis yang terpapar.

“Gugus terlambat antisipasi te­naga medis. Kami menilai tenaga medis bisa tertular karena diduga ketika proses penanganan pasien itu tidak dilengkapi dengan alat pelin­dung diri lengkap. Seharusnya sudah diantisipasi lebih awal oleh gugus tugas, tapi tidak dilakukan,” ujar Rumra ketika dikonfirmasi Siwalima tadi malam.

Ia mengingatkan kepada gugus tugas baik Maluku maupun Kota Ambon untuk tidak main-main dalam penanganan virus corona.

“Ambon ini kota kecil, kalau tidak serius maka penularannya bisa sangat cepat, untuk itu kita berharap gugus tugas Maluku dan Kota Ambon serius untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Maluku,” tegas Rumra.

Rumra berharap gustu terbuka, agar masyarakat dapat menganti­sipasinya. Ia mencontohkan umat dilarang untuk beribadah di rumah ibadah, sementara pasar dan mall tetap dibuka.

“Kami menilai gugus terlalu lam­bat, seharusnya sudah diantisipasi lebih awar agar penularan virus dapat diputus,” tandasya. (S-39)