AMBON, Siwalimanews – Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Pattimura Dominggus Malle mengungkapkan program studi Ilmu Komunikasi sangat diminati generasi muda.

Kemajuan suatu negara tidak lepas dari peran serta ilmu komu­nikasi, dengan komunikasi yang baik serta inovatif. Unpatti sebagai Perguruan Tinggi Negeri menganggap ilmu komunikasi sangatlah penting.

“Sebagai upaya pengembangan, Unpatti kini tengah merancang proses assessment akreditasi internasional untuk beberapa program studi, salah satunya ilmu komunikasi, ujar Malle saat Rakor Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (Aspikom) dan Kon­ferensi Internasional Komunikasi ke-4 digelar.

Pada kesempatan itu ia juga menyampaikan terima kasih atas kepercayaan kepada Unpatti seba­gai tuan rumah menyelenggarakan event tersebut.

“Kami menyampaikan terima kasih atas kepercayaan Fisip Universitas Pattimura sebagai tuan rumah,” ujarnya.

Baca Juga: Malle Sebut Pentingnya Perlindungan Kekayaan Intelektual

Dalam konferensi ini juga ia ber­harap dapat memberikan wawasan ten­tang berbagai pendekatan ataupun metode yang dapat digunakan dalam menyelesaikan fenomena/isu yang terjadi di wilayah-wilayah kepulauan.

Selain itu juga dapat mendorong kolaborasi antara akademisi dan praktisi komunikasi.

“Melalui kegiatan ini maka prodi ini bisa berkembang dan mendapat perhatian baik di tingkat lokal maupun nasional,” harapnya.

Sementara itu, Ketua ASPIKOM, S Bekti Istiyanto Bekti mengatakan, topik konferensi ini sangat menarik terkait dengan pengembangan komunikasi di pulau-pulau kecil.

“Selain isu komunikasi, kegiatan ini juga menjadi kesempatan untuk memperkenalkan potensi pariwisata Maluku kepada peserta dari luar daerah,” katanya.

Kesempatan yang sama, Penjabat Gubernur Maluku, Sadli Ie menyam­but baik kegiatan dimaksud.

“Semoga kegiatan ini dapat meng­hasilkan rekomendasi-rekomendasi yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu komunikasi di Indonesia dan dunia, khususnya di bumi raja-raja,” harapnya.

Diketahui, kegiatan ini juga menghadirkan beberapa narasumber yakni Fridus Steijlen dari Vrije Universiteit Amsterdam, Burhan Bungin dari Universitas Ciputra, Surabaya, Maho Nakayama dari The Sasakawa Peace Foundation dan Wang Changsong Xiamen University Malaysia. (S-25)