AMBON, Siwalimanews – Pengamat olahraga Maluku, Novi Pinantoan mengecam Ketua Umum KONI Maluku, Murad Ismail yang sibuk dengan urusan politik, dan mengabaikan tanggung jawabnya terhadap para atlet Maluku yang berlaga di Pekan Olahraga Nasional XXI Aceh-Medan.

Pasalnya, Maluku tercatat berada di posisi 31 dari 38 peserta dengan ca­paian dua medali emas, tiga me­dali perak dan tujuh medali perunggu.

Pinantoan menyesalkan prestasi olahraga Maluku yang harus turun diperingkat 31.

Dijelaskan, publik Maluku tidak bo­leh menyalahkan atlet atas capaian hasil PON XXI, sebab atlet telah bekerja keras untuk meng­harumkan nama Maluku.

Namun yang perlu disalah ter­hadap persoalan olahraga Maluku dalam ajang PON XXI adalah Pemerintah Daerah dan KONI sebagai penanggung jawab pembinaan olahraga di Maluku.

“Ini sangat memalukan. Memang Maluku di Tahun 2004 itu berada di peringkat terendah yakni 25 tapi emasnya capaiannya tiga, seka­rang justru sangat buruk karena Maluku berada di posisi 31 dari 38 peserta dengan 2 medali emas. ini memalukan,” kecam Pinantoan kepada Siwalima melalui telepon selulernya, Jumat (20/9).

Hasil PON hari ini, lanjut Pinan­toan, berbanding terbalik dengan pernyataan Ketua Harian KONI Maluku Mustafa Kamal yang sebelum sesumbar mengatakan Maluku akan naik kelas dengan target 10-15 emas.

Dikatakan secara teknis Pemda dan KONI harus bertanggung­jawab karena baru membentuk Pelatda dua bulan jelang PON, sedangkan daerah lain enam bulan sebelum sudah pelatda.

Fatalnya lagi, KONI Maluku tidak menggelar tryout atau uji coba bagi atlet, padahal didaerah lain mela­kukan uji coba untuk mengukur kekuatan dan potensi atlet.

Sedangkan dari sisi non teknik olahraga Maluku telah disusupi dengan kepentingan pribadi dan politik yang sesungguhnya telah mengganggu sportifitas.

Hal ini terlihat dari warna kostum atlet Maluku yang sebelumnya berwarna merah-hitam sejak pertama kali ikut PON di tahun 1950, tetapi tiba-tiba menjadi warna biru tanpa alasan hanya karena eforia partai politik.

“Jangan urusan politik dibawah ke olahraga, olahraga itu sportifitas tidak mengenal latar belakang apapun,” kesalnya.

Fatalnya lagi ketua umum KONI Maluku Murad Ismail sejak pelepa­san atlet hingga penutupan PON tidak sedikitpun mendampingi atlet yang sedang bertanding di PON.

“Ini tidak mengada-ada atau fitnah, tapi Ketua Umum KONI Mu­rad Ismail tidak pernah meng­unjungi atlet. Kalau dibilang ada pengurus KONI, ini salah, sebab organisasi KONI itu ketua umum yang berpengaruh,” ujarnya.

Pinantoan mengatakan, urusan politik itu merupakan urusan pribadi tetapi sebagai Ketua Umum KONI mestinya bertang­gung jawab atas seluruh atlet di PON.

Pinantoan mengungkapkan, pengalaman dirinya mendampingi PON, Ketua KONI standby dengan atlet setiap kejuaraan bahkan gubernur pun turun dan melihat langsung.

Akibat tidak sibuknya Ketua umum KONI Maluku menyebabkan kontingen Maluku berangkat tanpa adanya ketua kontingen Maluku untuk PON XXI. “Jujur, Maluku pernah buruk di tahun 2004, tetapi ini sangat terburuk dalam sejarah olahraga Maluku,” tegasnya. (S-20)