Pemuda dan Pahlawan Terdidik
HARI Pahlawan identik dengan momen perjuangan berdarah untuk mencapai kemerdekaan bangsa. Sudah 76 tahun Indonesia berdiri, didukung nilai-nilai para pejuang yang rela berkorban, bergotong royong, dan pantang menyerah dalam tantangan yang dihadapi. Semangat dan nilai tersebut menantang setiap pihak di Indonesia untuk merdeka dari covid-19, termasuk pemuda.
Sungguh krusial bahwa generasi muda mampu menjadi pahlawan masa kini yang memiliki empati tinggi, saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Sejauh mana peran dan pengaruh pemuda sebagai pahlawan Indonesia?Saat ini, kita berada pada titik penting dalam sejarah. Ketika upaya pemulihan pandemi digalakkan, setiap keputusan yang diambil dapat berakhir dalam terobosan atau kegagalan. Sayangnya, pemuda adalah salah satu kelompok yang paling rentan dan memikul berat dampak dari pandemi, seperti penutupan sekolah, isu kesehatan mental yang memburuk, angka pengangguran muda yang kian meningkat, serta terbatasnya akses ke layanan dan fasilitas kesehatan. Laporan Unicef Indonesia menyatakan bahwa pandemi telah mengakibatkan penutupan 530 ribu sekolah di Indonesia, serta berdampak pada lebih dari 60 juta siswa dan 4 juta guru.
Krisis pandemi telah menyoroti ketidaksetaraan besar yang sudah dihadapi para murid dalam akses ke pendidikan yang berkualitas dan jarak jauh, serta meningkatnya diskriminasi dan intoleransi antaranggota masyarakat. Kesenjangan infrastruktur fisik dan digital pun menjadi tantangan berarti bagi masa depan generasi terdidik di Indonesia.Dampak pandemi terhadap dunia pendidikan semakin menegaskan bahwa pendidikan yang inklusif harus menjadi pusat agenda dari upaya pemulihan dari krisis global saat ini.
Pendidikan merupakan dasar untuk pertumbuhan ekonomi yang inklusif, mendorong inklusi sosial, serta menciptakan masyarakat yang setara, sejahtera, dan bermartabat. Berdasarkan latar belakang inilah, pendidikan inklusif menjadi salah satu subtopik yang diangkat oleh KTT Pemuda G-20 (Y-20) Indonesia di 2022.Hak atas pendidikan merupakan hak asasi manusia dan dasar bagi pewujudan semua hak lainnya, sejalan dengan agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan deklarasi Menteri Pendidikan G-20 2018 dan 2011.
Mulai dari membukakan akses terhadap pembelajaran bagi mereka yang tertinggal, memperbarui kurikulum yang membekali dengan nilai-nilai toleransi dan menghargai keberagaman, serta memupuk pola pikir untuk menjadi pemecah masalah yang kreatif, tangguh, serta inovatif.Isu pendidikan telah didiskusikan bersama dalam KTT Y-20 sejak 2015, saat Turki memegang presidensi G-20. Hal menarik dari hasil perundingan KTT Y-20 Turki 2015 ialah pentingnya memupuk solidaritas lintas generasi dan transfer keterampilan/keahlian, serta menghapus ketimpangan gender dalam pendidikan. Sebagai legacy issue, pendidikan tetap diteruskan dan menjadi usulan lanjutan pada Y-20 Communique Jerman 2017, Argentina-Arab Saudi 2020, dan Italia 2021 melalui semangat pember-dayaan pemuda. Adapun di presidensi KTT Y-20 Indonesia, pendidikan inklusif akan jadi area prioritas yang sejalan dengan semangat pemberdayaan pemuda dan menitikberatkan nilai-nilai yang terkandung pada Pancasila. Mendukung pendidikan awal yang berkualitas, akses mentoring baik segi formal maupun informal, serta pengembangan profesional yang berkelanjutan di semua tingkatan bersama dengan kesehatan mental dan kesejahteraan pemuda merupakan pembahasan lebih lanjut prioritas tim Y-20 Indonesia 2022 dalam bidang keberagaman dan inklusivitas.Sebagai aksi nyata, Indonesia Mengajar dan Gerakan 1.000 Guru telah menunjukkan sebuah pesan menarik bahwa pendidik tak hanya bergantung kepada kaum guru di lembaga pendidikan formal.
Baca Juga: Implementasi Teledentistry Pascapandemi, Masih PerlukahPemuda seperti mahasiswa dan kelompok muda lainnya pun dapat membantu guru untuk mengajar anak-anak di pedalaman maupun memastikan akses informasi yang merata. Ditambah lagi, perangkat lunak digital dan bantuan bimbingan belajar secara daring yang kini makin populer seperti Ruangguru. Beragamnya kreativitas para pengajar muda yang dikirim ke berbagai pelosok Indonesia telah mampu mendidik generasi penerus melalui permainan menarik, lagu atau kesenian daerah, eksplorasi bahasa ataupun adat istiadat sebagai kearifan lokal yang sangat kaya dan berwarna, serta kelengkapan teknologi digital yang mudah untuk dipelajari. Inilah wujud pahlawan terdidik yang sebenarnya.Tak berhenti di kreativitas pemuda, sekolah pun dapat menciptakan suasana damai dengan dihadirkannya rumah ibadah dari 6 agama Indonesia yang telah diakui.
Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda telah membuktikannya bahwa para siswa dapat saling bertukar pikiran dan praktik bersama melalui adanya bangunan gereja, katedral, wihara, pura, masjid, dan tempat ibadah Konghucu. Mereka juga menawarkan alunan musik etnik modern sebagai salah satu ekstrakurikular kegiatan para siswa.
Dari berbagai praktik baik di atas, ada tiga pembelajaran utama yang bisa diteladani dan diteruskan ke dalam KTT Y-20 Indonesia 2022. Pertama, pendidikan inklusif mendekatkan berbagai generasi khususnya kelompok rentan/minoritas yang perlu dirangkul lebih erat. Kedua, para pemuda dan pemudi Indonesia memiliki talenta hebat untuk berkontribusi di dunia pendidikan, terutama melestarikan kebudayaan Indonesia yang sangat beraneka ragam.Ketiga, mobilisasi pengajar muda kreatif juga memberikan dampak positif sebagai pahlawan terdidik sekaligus aset negara dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Kreasi pahlawan terdidik bisa tetap terjaga selama sinergi dan kolaborasi semua pihak dilakukan. Sudah saatnya pemuda dan pemudi Indonesia menjadi pahlawan terdidik yang kreatif serta mempromosikan nilai kebinekaan dan toleransi kepada dunia.( Gracia Paramitha, Co-Chair Y20 Indonesia 2022. Disty Winata, Lead Researcher Y-20 Indonesia 2022, Indonesian Youth Diplomacy (tuan rumah penyelenggara KTT Pemuda G-20 Indonesia 2022)
Tinggalkan Balasan