Pemerintah Memperhatikan Keselamatan Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan merupakan salah satu benteng utama dalam mengendalikan Covid-19. Pemerintah pun turut memperhatikan nasib tenaga kesehatan yang telah bekerja keras guna membantu menyembuhkan pasien Covid-19.
Mengenakan hazmat dan alat pelindung diri seperti faceshield, masker N95, sarung tangan lengkap dengan sepatu boot tentu bukanlah sesuatu yang ringan. Minimnya sirkulasi dalam APD tersebut tentu akan membuat siapapun yang memakainya berkeringat seperti atlet yang menyelesaikan lari 1 Km.
Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Adib Khumaidi mengaku bahwa dirinya tengah menggencarkan perlindungan dan semangat bagi tenaga kesehatan. Menurutnya sudah banyak dokter kelelahan hingga gugur dalam penanganan pasien covid-19.
Adib menilai, kelelahan tersebut berakibat pada munculnya masalah baru. Yakni ketahanan mental yang berpengaruh terhadap kinerja para tenaga kesehatan tersebut.
Adib yang merupakan dokter spesialis ortopedi tersebut mengatakan, burnout dapat berakibat pada kehilangan semangat untuk bekerja. Para tenaga kesehatan tersebut juga tidak menutup kemungkinan akan menarik diri dari penanganan pasien covid-19.
Baca Juga: Masyarakat Mendukung Penanganan Covid-19 di IndonesiaDirinya mengaku, bahwa saat ini pihaknya juga tengah berfokus dalam menyusun buku standar perlindungan dokter dan sistem informasi. 2 upaya ini dinilai mampu memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan di daerah.
Selama pandemi, tercatat sebanyak 114 dokter gugur akibat terpapar covid-19. Jumlahnya bertambah tiga orang per hari ini, dari sebelumnya 111 orang.
Tercatat Provinsi Jawa Timur menyumbang data paling banyak, yakni 29 dokter meninggal dunia. Kemudian Sumatera Utara dengan total kematian 21 dokter.
Pada kesempatan berbeda, Alexander Kaliaga Ginting selaku Ketua Tim Task Force Sumatera Utara, telah melakukan kunjungan kerja di beberapa rumah sakit di Sumut, terkait tingginya angka kematian dokter dan tenaga kesehatan di RSUP H Adam Malik Medan. Rumah Sakit tersebut merupakan fasilitas kesehatan vertikal Kementerian Kesehatan.
Alexander mengatakan, disadari atau tidak, para dokter dan nakes lebih banyak memperhatikan kesehatan pasien, sehingga terkadang lupa akan kesehatannya sendiri. Untuk itu sebagai pemerintah menganjurkan agar dokter dan nakes yang melakukan kontak langsung dengan pasien positif dapat di swab sebanyak 2 minggu sekali.
Menurut data, kasus positif pertama meninggal pada Maret di RSUP Adam Malik adalah tenaga kesehatan. Untuk itu kehadiran dan perhatian pemerintah kepada dokter dan nakes harus ditingkatkan. Selain melaksanakan swab secara berkala, pemerintah juga harus memberikan asupan makanan tambahan, gizi dan suplemen serta tempat tinggal sementara untuk mereka.
Ia menghimbau untuk menyiapkan hotel atau ruangan isolasi untuk para tenaga kesehatan, karena mereka terpapar secara langsung. Hal ini juga bertujuan untuk melindungi keluarga mereka di rumah agar tidak terpapar.
Sementara itu, Kementerian Keuangan menyebutkan pemerintah telah mengalokasikan dana yang cukup besar untuk penanganan covid-19 untuk bidang kesehatan, yaitu sebesar Rp 75 triliun yang disalurkan via kementerian kesehatan (Kemenkes) dan Rp 3,5 Triliun yang disalurkan melalui BNPB.
Stimulus kesehatan ini direncanakan untuk tunjangan tenaga kesehatan (nakes), santunan bagi nakes yang meninggal karena Covid-19, Bantuan Iuran BPJS bagi 30 juta Peserta Mandiri (PBPU/BP) dan belanja kesehatan lainnya.
Staf Khusus bidang kebijakan fiskal dan makroekonomi Menteri Keuangan RI Masyita Crystalin mengatakan, pihaknya telah mengalokasikan sebanyak Rp 1,9 Triliun untuk tenaga kesehatan dan Rp 60 Miliar sudah dialokasikan ke DIPA Kemenkes.
Dirinya juga menerangkan, demi menjaga tata kelola yang baik, proses penyaluran harus melalui proses verifikasi data yang tidak mudah untuk penanganan Covid-19 sebagian besar terpusat di Kemenkes, Misalnya, untuk insentif tenaga kesehatan Kemenkes menerima laporan dari semua Rumah Sakit Pusat maupun daerah.
Sementara itu, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam mengungkapkan hal senada. Pemerintah, menurutnya harus menjaga dokter di Indonesia sebagai aset dan investasi yang berharga.
Ia menilai bahwa untuk mencegah terulangnya kasus kematian dokter dan tenaga kesehatan, kuncinya adalah pada pengendalian kasus.
Kita harus sepakat bahwa garda terdepan memang bukan tenaga medis, karena tenaga medis merupakan upaya terakhir yang memberikan penanganan intensif kepada pasien dengan positif covid-19, peran tenaga kesehatan tentu sangatlah vital dan kelelahan adalah sebuah keniscayaan. Demi raga yang lain, para tenaga kesehatan seperti tengah menggadaikan kesehatannya, demi kesembuhan pasien.( Zakaria, Penulis adalah warganet tinggal di Bogor.)
Tinggalkan Balasan