AMBON, Siwalimanews – Sejarah buruk terjadi di dunia olahraga Maluku kembali diciptakan KONI Maluku dibawah kepemimpinan Murad Ismail.

Pasalnya, dari 13 cabang PON XXI  Aceh dan Sumatera Utara yakni dayung, tinju, atletik, karate, kempo, kick boxing, biliar, menembak, muaythai, selam, taekwondo, tarung drajat, dan wushu, Maluku belum mendapatkan satu pun medali emas.

Padahal, anggaran yang digelontorkan untuk memfasilitasi atlet mengikuti PON mencapai puluhan miliar rupiah.

Pengamat Olahraga Maluku, Roni Samloy pun angkat bicara terkait dengan belum ada medali emas yang dikantongi Maluku dalam PON ke- XXI  Aceh dan Sumatera Utara.

“Ini akan menjadi catatan buruk dalam sejarah olahraga Maluku jika tidak mendapatkan medali sampai dengan PON berakhir dan memang nyaris tidak mendapat medali lagi,” kesal Samloy kepada Siwalimanews melalui telepon selulernya, Selasa (17/9).

Baca Juga: Polisi Kerahkan 251 Personel Amankan Pelantikan Anggota DPRD Maluku

Dijelaskan kenyataan bahwa hari ini Maluku tidak mendapatkan emas karena KONI Maluku tidak serius untuk mempersiapkan atlet di Maluku dengan baik.

Pengurus KONI Maluku lebih fokus pada urusan politik dan mengabdikan tugas dan tanggung jawab mempersiapkan atlet.

Hal ini terbukti dengan tidak adanya grand desain pembinaan olahraga prestasi di Maluku baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.

“Orang-orang yang ada di KONI ini pada umumnya bukan orang yang menguasai teknis keolahragaan dan hanya mengurusi urusan politik saja makanya hasil PON seperti ini,” kecam Samloy.

Menurutnya, jika tidak ada satu pun medali emas yang diperoleh maka dipastikan Maluku akan turun peringkat nasional.

“Kalau selama ini berada di peringkat 20 secara nasional ini bisa saja turun peringkat. Masalah orang yang ada di KONI Maluku bukan teknis olahragawan khususnya di bidang olahraga prestasi, akibatnya tidak tahu bagaimana mendesain program pembinaan olahraga,” bebernya.

Cilakanya lagi kata Samloy ketika daerah lain sudah masuk Pelatda Indoor satu tahun lalu, justru Maluku TC hanya dua bulan jelang PON, sehingga menyebabkan atlit dalam pola latihan tidak serius dan hasilnya seperti yang terjadi saat ini.

Samloy mencontohkan atlet tinjau Julius Lumoli yang sebelumnya dua kali mendapat medali emas di PON, gugur di babak penyisihan. Hal yang sama juga terjadi pada cabang atletik yang menjadi lumbung emas Maluku setiap kali PON tapi justru tidak lolos PON Aceh-Medan.

KONI berharap atlet mendapatkan wild card atau undangan khusus dari Panitia Besar PON tapi wild card ini sudah diharamkan KONI dalam rapat anggota tahun 2010 lalu.

“Ini akan jadi catatan terburuk dalam sejarah. Saya mengeluarkan pernyataan ini bukan karena saya membenci KONI, tapi ini soal keprihatinan terhadap olahraga Maluku,” tegasnya. (S-20)