Tahukah kamu? Gerakan Literasi Nasional (GLN) sudah berjalan selama 8 tahun sejak dirancang pada tahun 2016. Kemendikbudristek merilis hasil studi PISA tahun 2022 dengan menyebutkan bahwa peringkat Indonesia meningkat lima posisi daripada sebelumnya, tetapi secara skor literasi membaca, Indonesia mengalami penurunan 12 poin, yakni 359. Riduan Situmorang (2022) mengungkapkan bahwa program GLN bukan program “makan cabai”, yakni sesaat setelah dimakan langsung terasa pedasnya. Membangun dan meningkatkan kemampuan literasi merupakan proses yang panjang (https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/artikel-detail/734/menumbuhkan-gerakan-literasi-di-sekolah).

Membangun literasi dwibahasa sebaiknya dimulai sejak masa anak usia dini. Mengapa harus dimulai dari usia dini? Masa usia dini merupakan usia emas untuk menyerap hal yang mereka dengar dan mereka lihat. Sugate et al. (2018) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara perolehan kosakata, literasi, dan kemampuan oral seorang anak hingga mereka menjadi dewasa. Namun, dalam prosesnya, sebaiknya tetap dibatasi stimulasinya sesuai dengan tingkat kemampuan seorang anak. Escamilla et al. (2014) mendefinisikan literasi dwibahasa adalah perkembangan literasi yang mencakup membaca, menulis, dan berbicara dalam dua bahasa.

Sebagai negara yang mempunyai keragaman bahasa, fenomena anak bilingualisme bukan menjadi hal yang aneh lagi. Umumnya, seorang anak mempunyai minimal dua kemampuan bahasa, yakni bahasa Indonesia dan bahasa daerah walaupun dengan tata bahasa yang belum sempurna. Bialystok (1999) mengungkapkan bahwa seorang anak dengan kemampuan literasi dwibahasa akan memiliki keunggulan dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu, membangun kemampuan literasi dwibahasa pada anak menjadi hal yang penting.

Dalam literasi dwibahasa, anak-anak di Provinsi Maluku mempunyai kemampuan berbicara dwibahasa (bahasa daerah-Indonesia) secara alamiah dari lingkungannya. Hal ini berbanding terbalik dengan kemampuan literasi menulis dan membaca. Kemampuan membaca anak-anak di Provinsi Maluku masih masuk dalam kategori yang rendah. Berdasarkan indeks aktivitas literasi membaca di 34 provinsi yang dirilis oleh Kemendikbudristek pada tahun 2019, Provinsi Maluku mempunyai indeks alibaca yang rendah, yakni 33,52. Oleh karena itu, membangun kemampuan literasi pada anak-anak di Provinsi Maluku sangat dibutuhkan.

Membangun kemampuan literasi membaca dan menulis anak dapat dibangun dengan meningkatkan minat baca seorang anak. Pemanfaatan media yang menarik untuk membangun kemampuan literasi dwibahasa anak sangat diperlukan. Sekarang ini, buku-buku cerita anak bergambar dwibahasa menjadi salah satu media yang menarik minat baca seorang anak untuk membangun kemampuan literasi dwibahasa bagi anak. Gambar-gambar yang berwarna dan bervariasi akan membantu pemahaman seorang anak pada teks cerita anak. Melalui penutur dwibahasa yang mempunyai kemampuan menulis dalam dwibahasa (bahasa daerah-Indonesia), Kantor Bahasa Provinsi Maluku berupaya memenuhi kebutuhan literasi dwibahasa anak-anak Maluku, khususnya buku cerita anak bergambar dwibahasa. Kantor Bahasa Provinsi Maluku dan penutur dwibahasa di Provinsi Maluku saling bergotong royong untuk membangun literasi dwibahasa anak Maluku. Dengan hal ini, diharapkan anak-anak Maluku tidak hanya cakap literasi berbicara dwibahasa, tetapi juga cakap literasi membaca dan menulis dwibahasa.

Hal tersebut juga dalam rangka mendukung gerakan literasi dwibahasa anak melalui penyediaan buku cerita anak bergambar dwibahasa yang bermutu. Upaya Kantor Bahasa Provinsi Maluku sudah dimulai sejak tahun 2021 dengan membuat buku cerita rakyat bergambar yang mengandung bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing. Pada tahun tersebut, Kantor Bahasa Provinsi Maluku membuat 22 buku cerita rakyat bergambar. Selanjutnya, pada tahun 2023, Kantor Bahasa Provinsi Maluku membuat 48 cerita anak dwibahasa, yakni bahasa Indonesia dan bahasa daerah di Provinsi Maluku. Pada tahun 2024, Kantor Bahasa Provinsi Maluku berupaya untuk menambah kurang lebih 60 buku cerita anak bergambar dwibahasa. Kantor Bahasa Provinsi Maluku berharap melalui buku-buku tersebut minat baca anak-anak di Maluku akan meningkat. Selanjutnya, hal ini tentu akan berdampak pada pembangunan kemampuan literasi dwibahasa pada anak, khususnya di Maluku. Oleh: Tenti Septiana, S.Hum. Staf Teknis Kantor Bahasa Provinsi Maluku. (*)