Mahasiswa SBT ‘Serbu’ Dinas PK & DPRD Maluku
AMBON, Siwalimanews – Puluhan mahasiswa SBT yang tergabung dalam Ikatan Anak Eseriun (IKAESU) menyerbu, Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (PK) serta DPRD Maluku, Rabu (11/3) terkait kondisi SMA Negeri 9 yang tidak layak digunakan bagi proses belajar mengajar.
Puluhan mahasiswa ini membawa pamflet, poster dan spanduk yang tertulis “perbaikan bangunan sekolah, penyediaan fasilitas dan copot kepala sekolah”.
Para mahasiswa ini mengaku, prihatin dengan gedung SMAN 9 SBT di Desa Rumfakar, Kecamatan Kiandarat yang kondisinya sudah sangat tak layak dipakai sebagai tempat untuk proses belajar mengajar.
Para mahasiswa ini mengelar aksi demontrasi awal di Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Maluku dan selanjutnya di DPRD Maluku.
Zulkarnain Kella dalam orasinya mengatakan, Dinas Pendidikan Provinsi Maluku harus memperhatikan dengan serius semua SMA yang ada di SBT, terutama SMAN 9. Menurutnya, gedung sekolah ini kondisinya sangat memprihatinkan, sebab disaat musim hujan semua siswanya harus belajar dengan tidak nyaman, dikarenakan atap pada gedung sekolah itu sebagian besar telah bocor, karena termakan usia.
Baca Juga: Murad tak Ingin Maju di Pilgub Lawan SamponoDitegaskan, Maluku mendapat predikat tingkat pendidikan nomor terakhir dikarenakan, perhatian pemerintah terhadap dunia pendidikan di daerah ini sangat minim.
Orator lainnya, Zulkifri Kelrey mengungkapkan, mencerdaskan kehidupan bangsa harus dilakukan oleh negara, sehingga pendidikan di Maluku perlu mendapatkan perhatian serius.
Untuk itu, Dinas Pendidikan Maluku harus bertanggung jawab melihat masalah yang terjadi di SMAN 9 SBT.
Kelrey juga mengungkapkan terjadinya kekurangan tenaga guru alhasilnya ada guru yang mengajar mata pelajaran penjas harus mengajar mata pelajaran Matematika.
“Inikan tidak sesuai aturan, bagaimana sumberdaya siswa itu ada, sedangkan terjadi hal seperti ini, seorang guru olahraga mengajar matematika,” cetusnya.
Ia juga prihatin dengan gaji guru honorer yang hanya dibayar Rp 75 ribu/bulan. Padahal para guru honorer inilah yang menjadi garda terdepan di SBT untuk menutupi kekurangan tenaga guru disana.
Ia juga mengungkapkan, SMAN 9 SBT belum memiliki laboratorium, hal ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap peningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Usai berorasi, para perwakilan pendemo ditemui Sekretaris Dinas Pendidikan Hussein dan Kabid SMA Sirhan Pellu di ruang rapat dinas tersebut.
Dalam pertemuan itu, Hussein menjelaskan, tanggung jawab untuk melihat masalah pendidikan di Maluku, bukan saja pemerintah dalam hal ini Dikbud, namun semua elemen dan lapisan masyarakat termasuk mahasiswa sendiri. “Saya sangat senang dengar langsung aspirasi adik-adik mahasiswa, karena kita tidak turun ke lapangan sudah ada penjelasannya,” ujar Hussein
Hussein minta agar para mahasiswa SBT setelah lulus dari perguruan tinggi harus kembali untuk mengajar di sekolah-sekolah disana, terutama bagi mahasiswa yang memiliki keahlian untuk mengajar.
Kabid SMA Sirhan Pellu menambahkan, pihak Dikbud sudah turun langsung ke SBT untuk meninjau SMA tersebut.
“Dua minggu kemarin saya sudah turun tinjau sekolah itu, sekaligus mendata kerusakannya, bahkan kepseknya sudah dipanggil dan diberikan bantuan lima unit Labtop untuk mempersiapkan siswanya mengikuti UNBK,” jelasnya.
Untuk itu, kata dia, pernyataan yang disampaikan bahwa Dikbud tidak turun dan perhatikan SMAN 9 SBT sangatlah keliru.
Sekolah ini, lanjut Pelu, memang harus dibangun ulang, karena memiliki kerusakan yang cukup parah serta tidak miliki kelengkapan yang memadai seperti ruang lab dan fasilitas penunjang lainnya.
Namun itu semua, katanya, membutuhkan waktu yang lama, karena dinas harus memanggil konsultan untuk merancang gambar bangunan sekolah itu, sehingga dapat diketahui semua kebutuhan yang dibutuhkan untuk membangun baru sekolah itu. “Yang pasti pembangunan gedung baru bagi sekolah itu akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini,” ujarnya.
Sementara itu, kordinator aksi Zulkarnain Kella menegaskan, apa yang dikemukakan tadi janganlah sebatas janji manis saja, namun tidak melaksanakannya.
Jika dinas tidak menepati janjinya untuk membangun sekolah tersbeut, maka ikatan mahasiswa ini akan melakukan aksi yang sama dengan jumlah massa yang lebih banyak.
Usai mendengar penjalasan tersebut, Kella kemudian menyarahkan tiga butir pernyataan sikap mereka kepada Kabid SMA Sirhan Pellu. Ketiga butir pernyataan sikap itu yakni, pertama mendesak Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku untuk segera mencopot Kepala SMA Negeri 9. Kedua, mendesak dinas segera mangaudit Dana BOS SMAN 9. Ketiga, mendesak dinas untuk menambah guru pada SMAN 9
Demo di DPRD
Setelah melakukan demo di Kantor Dikbud Maluku, puluhan mahasiswa ini menuju Kantor DPRD Maluku dan menyampaikan hal yang sama.
Aksi mahasiswa tersebut berlangung pada pukul 12.00 sampai dengan pukul 13.04 WIT.
Dalam aksi itu puluhan mahasiswa membawa pamflet, poster dan spanduk yang bertuliskan “Desak !!! Dinas pendidikan Segera Audit Dana Bos AMAN 9 SBT” “#Save SMA Negeri 9 SBT” dan “Desak !!! Segera Evaluasi Kepala Sekolah SMA 9 SBT”
Dalam orasinya, Zulkarnain Kella mengatakan jika masalah pendidikan di SBT saat ini khususnya di SMA 9 SBT jauh dari yang diamanatkan oleh UUD 1945. Setelah menggelar orasi sekitar 45 menit akhirnya puluhan mahasiswa tersebut ditemui langsung oleh Ketua Komisi IV DPRD Maluku, Sam Atapari dan sekretaris Komisi IV Tin Renyaan.
Pertemuan kedua belah pihak berlangsung di ruangan rapat Komisi IV, dalam pertemuan tersebut, para mahasiswa diberikan kesempatan untuk menyampaikan apa yang menjadi tuntutan mereka kepada DPRD Maluku.
Adapun yang menjadi tuntutan puhan mahasiswa tersebut yakni, mendesak pemerintah melalui DPRD Provinsi Maluku khususnya Komisi IV agar segera memperhatikan infrastruktur SMA Negeri 9 SBT, dan meminta DPRD Provinsi Maluku melalui Komisi IV mendesak Dinas Pendidikan Provinsi Maluku untuk mengevaluasi atau mencopot Kepala Sekolah karena tidak loyal mengurus sekolah yang ia pimpin.
Ketua Komisi IV DPRD Maluku, Sam Atapary menyampaikan jika pihak Komisi IV sejak awal telah mengetahui hal tersebut.
“Kami Komisi IV memang telah mengetahui tentang kondisi SMAN 9 SBT tersebut, makanya ketika kami komisi sementara melakukan pengawasan di lima kabupaten/kota kami telah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi Maluku untuk dapat meindaklanjuti Malasah ini, dan Pa Yan Pellu telah turun untuk melihat hal itu,” ujar Atapary
Sementara itu, Tin Renyaan, sekretaris Komisi IV menyampaikan jika dirinya sebagai mantan pendidik merasa prihatin dengan kondisi itu,
Oleh karenanya, pihak Komisi IV akan berkoordinasi dengan dinas pendidikan terkait masalah tersebut.
Setelah mendengarkan penjelasan dari ketua Komisi IV, puluhan mahasiswa SBT yang tergabung dalam Lembaga Nanaku Maluku tersebut membubarkan diri dengan teratur. (Mg-3/Mg-4)
Tinggalkan Balasan