Literasi Positif di Medsos Cegah Hoaks Vaksinasi Corona
Sebentar lagi Indonesia akan menggelar vaksinasi corona nasional. Program ini sangat penting untuk mengatasi pandemi covid-19.
Namun sayang banyak hoax yang bermunculan mengenai vaksinasi, terutama di media sosial. Masyarakat dihimbau untuk melawannya dengan kampanye literasi positif, agar vaksinasi berjalan lancar.
Sudahkah Anda membuka media sosial hari ini? Medsos dan dunia maya sudah jadi rumah kedua bagi sebagian bear masyarakat Indonesia.
Sayangya, media sosial juga ditumbuhi oleh postingan hoax. Apalagi jelang vaksinasi corona nasional, berita palsu makin menyebar, mulai dari Facebook hingga grup WA. Salah satu haox corona yang muncul di media sosial adalah vaksin covid-19 bisa membahayakan, karena mengandung vero cell yang berasal dari ginjal monyet hijau afrika.
Hoax ini salah besar, karena vaksin Sinovac berasal dari virus yang dilemahkan, bukan vero cell. Agak menggelikan juga karena untuk apa mencampur sel monyet ke vaksin manusia?
Baca Juga: Peta Kemiskinan IndonesiaSelain itu, hoax yang santer terdengar adalah vaksin ini bisa mengubah DNA manusia. Sehingga orang yang tidak paham akan ketakutan saat akan divaksin. Logikanya, bagaimana DNA diubah hanya dengan suntikan vaksin? Karena proses perubahan DNA sangat rumit, dan tidak bisa berganti hanya karena sebuah injeksi.
Hoax sangat meresahkan dan menjengkelkan, karena bisa membuat banyak orang jadi antivax (kaum anti vaksin) dadakan. Pemberantasan berita palsu harus segera dilakukan, agar semua WNI taat vaksin, dan kita bisa mengakhiri masa pandemi secepat mungkin. Jika tidak, maka target pemerintah kurang berhasil.
Ketua DPD RI LaNyalla Mattaliti mengajak semua orang untuk taat vaksin dan jangan percaya hoax yang beredar, terutama di media sosial. Menurutnya, memang ada pro kontra vaksinasi. Namun kita harus percaya pada pemerintah, agar bisa
memutus mata rantai penyebaran corona di Indonesia.
Begitu pula dengan para dokter dari IDI. Mereka membentuk Kawan Vaksin, kelompok untuk mengkampanyekan vaksinasi corona hingga ke 34 provinsi di Indonesia.
Koordinator Kawan Vaksin, dokter Iswanto Idji meyatakan bahwa gerakan ini dimaksudkan untuk mensukseskan protocol kesehatan dan menyikapi rendahnya literasi masyarakat terhadap vaksin, sehingga terkena hoax.
Perlu adanya gerakan literasi di media social agar tidak ada lagi yang terjebak hoax. Kita berjuang melawan kebiasaan buruk orang Indonesia yang tingkat literasinya rendah alias kurang suka membaca, bahkan hanya menyimpulkan dari judul berita saja. Perjuangan harus ditegakkan, demi kesuksesan vaksinasi corona.
Kampanye gerakan literasi anti hoax corona bisa kita mulai dari lingkungan terdekat. Untuk balita yang masih belum bisa membaca, beritahukan bahwa vaksinasi membuat tubuh bebas corona, sehingga ia wajib disuntik.
Sementara untuk anak-anak yang sudah agak besar, kampanyekan bahwa vaksinasi akan membuat mereka sehat dan boleh belajar lagi di sekolah.
Anak-anak saat ini sudah pegang gawai untuk belajar di rumah. Ajari mereka cara membedakan berita asli dengan hoax, sehingga tidak mudah percaya jika ada antivax yang menyebarkan kepalsuan. Mereka akan bertanya kepada orang tuanya, dan berdiskusi ternyata ada hoax di media sosial.
Sebenarnya di Instagram, Facebook, dan Twitter, postingan hoax tentang vaksinasi corona juga sudah diblokir permanen. Namun tak ada salahnya untuk memberi tahu anak-anak, jadi ketika belum dblokir, mereka bisa melaporkannya ke pihak media sosial.
Kampanye literasi vaksinasi corona juga bisa dilakukan di lingkungan tetangga, teman kantor, dan keluarga besar. Tantangan yang paling besar adalah ketika memberi tahu orang yang mudah percaya hoax, karena rata-rata mereka sudah berusia lanjut, atau memang tak tahu beda antara hoax dan berita asli. Jangan tegur dengan keras, namun beritahu dengan perlahan.
Gerakan literasi anti hoax juga bisa kta lakukan di akun media sosial sendiri. Sehingga para followers tahu perbedaan berita palsu dengan asli, dan mereka rela divaksin corona.
Satu status di Facebook bisa mengubah pandangan banyak orang, oleh karena itu mar kita berkampanye agar vaksinasi nasional berhasil. (Dita Subagya, Pemerhati Masalah Social)
Tinggalkan Balasan