Laha Jadi Desa Peduli TBC dan Stunting
AMBON, Siwalimanews – Desa Laha, Kecamatan Teluk Ambon, dipilih sebagai salah satu desa Peduli TBC dan Stunting di Provinsi Maluku.
Penunjukan Desa Laha oleh Pemerintah Provinsi Maluku bersamaan dengan diluncurkannya Pojok Peduli TBC dan Stunting Mandiri, bertepatan dengan Peringatan Hari TBC Sedunia, yang berlangsung di Balai Desa Laha,, Senin (3/4).
Penjabat Walikota Ambon, Bodewin Wattimena pada kesempatan itu, memberikan apresiasi atas terpilihnya Desa Laha oleh Pemerintah Provinsi Maluku dan penujukan ini sudah tepat, karena merupakan lokus penanganan TBC dan stunting Pemkot Ambon.
“Laha termasuk lokus untuk penanganan TBC dan stunting dikarenakan angka prevalensi di desa ini masih cukup banyak,” ujar walikoya.
Walikota menjelaskan, data program penanggulangan TBC Kota Ambon saat ini menunjukkan bahwa, kasus baru TBC dalam 3 tahun terakhir, cenderung meningkat, dimana pada tahun 2020, jumlah kasus baru TBC sebanyak 716 penderita, di tahun 2021 meningkat jadi 961 penderita dan di tahun 2022 meningkat lagi menjadi 1.296 penderita.
Baca Juga: Pegadaian Dukung Program Jiku BataSementara jumlah kematian penderita TBC pada tahun 2020 sebanyak 32 orang, tahun 2021
23 orang dan di tahun 2022 juga 23 orang.
“Angka ini memberikan indikasi, bahwa tingkat penularan TBC di masyarakat masih cukup tinggi. Karena itu, kita harus terus berusaha untuk menekannya, agar Kota Ambon dapat mencapai target dalam eliminasi TBC di tahun 2030 mendatang,” ujar walikota.
Selanjutnya berdasarkan data riset kesehatan dasar ungkap walikota, menunjukkan angka prevalensi stunting di Kota Ambon pada tahun 2021, tercatat sebanyak 28,1 persen dan mengalami penurunan menjadi 21,1 persen pada tahun 2022.
Berdasarkan gambaran singkat tentang kondisi TBC dan stunting di Kota Ambon, maka dorongan promosi derajat kesehatan masyarakat melalui intervensi serta eliminasi penyakit menular TBC i bukan hanya menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan semata, tetapi juga seluruh stakeholder, baik pusat maupun provinsi.
“Untuk itu, kegiatan ini diharapkan menjadi salah satu solusi dan motivasi untuk meningkatkan kolaborasi dan penyelesaian masalah-masalah kesehatan di masyarakat,” harap walikota.
Menjadi desa peduli kata walikota, berarti pemerintah dan penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi TBC dan penanganan stunting secara mandiri di wilayahnya.
Pogram penggerak motor ini adalah kader yang terhubung dengan pengetahuan mengenai TBC dan stunting untuk nantinya bertugas di pojok peduli di balai desa, sehingga masyarakat yang datang menangani, mendapatkan informasi dan komunikasi mengenai TBC dan stunting.(S-25)
Tinggalkan Balasan