AMBON, Siwalimanews – Perhelatan Pekan Olahraga Nasional XXI Aceh-Sumut, Jumat (20/9) malam nanti resmi berakhir, dimana Provinsi Maluku harus rela turun kasta dengan hanya meraih dua medali emas.

Provinsi Maluku tercatatnya berada di posisi 31 dari 38 peserta dengan capaian dua medali emas, tiga medali perak dan tujuh medali perunggu. Capaian ini berbeda dengan PON XX di Papua tahun 2021 diman Provinsi Maluku berada di peringkat 21 klasmen akhir perolehan medali.

Pada PON Papua ini, Maluku berhasil meraih 15 medali yang terdiri dari lima medali emas, empat medali perak dan enam medali perunggu.

Menyikapi terpuruknya prestasi olahragA di Maluku, pengamat olahraga yang juga wartawan olahraga senior Maluku Novi Pinontoan, menyesalkan prestasi olahraga Maluku yang harus turun di peringkat 31. Atas capaian ini, publik Maluku tidak boleh menyalahkan para atlet, sebab semua atlet telah bekerja keras untuk mengharumkan nama Maluku.

Namun yang perlu disalahkan dalam persoalan olahraga Maluku di ajang PON XXI ini adalah, pemerintah provinsi dan KONI Maluku sebagai penanggung jawab pembinaan olahraga di bumi raja-raja ini.

Baca Juga: Mercy Barends Pimpin Tim Pemenangan JAR-MK

“Ini sangat memalukan. Memang Maluku di tahun 2004 itu berada di peringkat terendah yakni 25 tapi emasnya capaiannya tiga, dan di PON Papua tahun 2021 Maluku naik ke peringkat 21 dengan capaian lima emas, empat perak dan enam perunggu, sekarang justru sangat buruk, karena Maluku berada di posisi 31 dari 38 peserta dengan 2 medali emas. ini memalukan,” kecam Pinontoan kepada Siwalimanews melalui telepon selulernya, Jumat (20/9).

Hasil PON hari ini kata Pinontoan, berbanding terbalik dengan pernyataan Ketua Harian KONI Maluku Mustafa Kamal yang sebelumnya sesumbar mengatakan Maluku akan naik kelas dengan target 10-15 emas.

Secara teknis, pemprov dan KONI harus bertanggungjawab, karena baru membentuk pelatda dua bulan jelang PON, sedangkan daerah lain enam bulan bahkan ada yang setahun sebelumnya sudah jalani pelatda.

Fatalnya lagi, KONI Maluku tidak menggelar try out atau uji coba bagi atlet, padahal di daerah lain melakukan uji coba untuk mengukur kekuatan dan potensi atlet. Sedangkan dari sisi non teknik olahraga Maluku telah disusupi dengan kepentingan pribadi dan politik yang sesungguhnya telah mengganggu sportifitas.

Hal ini terlihat dari warna kostum atlet Maluku, yang sebelumnya berwarna merah-hitam sejak pertama kali ikut PON di tahun 1950, tetapi tiba-tiba menjadi warna biru tanpa alasan hanya karena eforia partai politik.

“Jangan urusan politik dibawah ke olahraga, olahraga itu sportifitas tidak mengenal latar belakang apapun,” kesal Pinontoan.

Fatalnya lagi, Ketua Umum KONI Maluku Murad Ismail, sejak pelepasan atlet hingga penutupan PON tidak sedikit pun terlihat mendampingi atlet yang sedang bertanding di arena PON.

“Ini tidak mengada-ada atau fitnah, tapi Ketua Umum KONI Murad Ismail tidak pernah mengunjungi atlet. Kalau dibilang ada pengurus KONI, ini salah, sebab organisasi KONI itu ketua umum yang berpengaruh,” tandas Pinontoan.

Pinantoan mengaku, urusan politik itu merupakan urusan pribadi, tetapi sebagai Ketua Umum KONI, mestinya bertanggung jawab atas seluruh atlet di arena PON.

Pasalnya, pengalaman dirinya mendampingi PON, Ketua KONI tetap standby dengan para atlet di setiap kejuaraan, bahkan gubernur pun turun dan melihat langsung. Akibat sibuknya Ketua Umum KONI Maluku, menyebabkan kontingen Maluku juga berangkat tanpa adanya ketua kontingen untuk PON XXI.

“Jujur, Maluku pernah buruk di tahun 2004, tetapi ini sangat terburuk dalam sejarah olahraga Maluku,” tegas Pinontoan.

Pinontoan pada kesemepatan itu juga menyampaikan terima kasih kepada para atlet dan pelatih Maluku yang telah berjuang semaksimal mungkin meski pelatda terlambat dan perhatian juga kepada para atlet yang minim. tak lupa juga Pemprov Maluku diwanti-wanti agar jangan sampai tak menjemput para atlet Maluku yang kembali dari PON XXI seperti kejadian ditahun 2021 kemarin saat para atlet kembali dari PON Papua.

Berikut daftar Klasmen peroleh medali PON XXI Aceh-Sumut, Jumat (20/9) seperti yang dikutip dari Sindonews.com  

  1. Jabar (191 emas, 159 perak, 178 perunggu)
  2. DKI Jakarta (182, 148, 142)
  3. Jatim (145, 135, 141)
  4. Sumut (79, 59, 114)
  5. Jateng (70, 74, 114)
  6. Aceh (63, 48, 76)
  7. Bali (33, 36, 59)
  8. DIY (29, 35, 52)
  9. Kaltim (27, 50, 65)
  10. Lampung (22, 16, 30)
  11. Banten (21, 24, 34)
  12. Riau (21, 21, 36)
  13. Papua (19, 25, 24)
  14. Kalsel (15, 15, 24)
  15. NTB (12, 16, 18)
  16. Sulsel (10, 19, 30)
  17. Sulut (10, 13, 18)
  18. Sulteng (8, 7, 20)
  19. Jambi (6, 18, 26)
  20. Sumsel (6, 15, 30)
  21. Pabar (6, 7, 15)
  22. Papeg (6, 0, 3)
  23. Kepri (5, 6, 8)
  24. NTT (4, 9, 11)
  25. Kalbar (4, 7, 19)
  26. Papteng (4, 5, 7)
  27. Sumbar (3, 13, 28)
  28. Gorontalo (3, 4, 6)
  29. Babel (3, 2, 6)
  30. Kaltara (3, 1, 5)
  31. Maluku (2, 3, 7)
  32. Kalteng (1, 9, 3)
  33. Sultra (1, 5, 7)
  34. PBD (1, 0, 4)
  35. Papsel (0, 2, 2)
  36. Sulbar (0, 2, 0)
  37. Bengkulu (0, 0, 7)
  38. Malut (0, 0, 2)

Untuk diketahui, upacara penutupan Pekan Olahraga Nasional XXI Aceh-Sumut 2024 akan ditutup Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendi. (S-20)