Masih segarkah ingatan Anda tentang cerita Malin Kundang? Sebuah cerita rakyat daari Tanah Minang yang menunjukkan kekuatan perkataan seorang ibu yang kecewa. Kalimat yang terucap dari Ibu Malin Kundang mengubahnya menjadi batu. Masih banyak lagi cerita rakyat dari Indonesia yang tersentralisasi pada ibu dan bahasa yang dituturkannya. Tidak heran, warga +62 (sebutan anak milenial untuk masyarakat Indonesia) sangat mengidolakan ibu bahkan banyak lagu yang tercipta untuk ibu. Doktrin itu juga yang membuat anak-anak Indonesia mengagungkan kata-kata ibu. Pada kata-kata ibu ada berkat dan kutuk. Perkataan ibu adalah segalanya. Kata-kata ibu seperti sihir yang tak dapat dihindari. Kata-kata ibu seperti perintah yang harus dilakukan. Itulah yang menjadi keyakinan terbesar setiap anak Indonesia. Sekuat itu juga bahasa ibu.

Bahasa ibu dapat menumpahkan darah seperti sejarah munculnya perayaan International Mother Languange day atau Hari Bahasa Ibu Internasional yang ditetapkan pada setiap tanggal 21 Februari. Saat itu, ketika Pakistan terbentuk pada tahun 1947, ada dua wilayah yang berbeda budaya dan geografi, Pakistan Timur dan Pakistan Barat. Jadi, satu tahun setelah pembentukan negara itu, pemerintah Pakistan menetapkan bahasa Urdu sebagai bahasa resmi negara yang akhirnya mendapat pertentangan dari penduduk Pakistan Timur yang berbahasa Benggali. Puncak pertentangan ini pada tahun 1952 ketika demonstrasi besar-besaran terjadi yang mengakibatkan kematian banyak demonstran. Setelah konflik bertahun-tahun, akhirnya pemerintah pusat memberikan status resmi bahasa Banggali. Pada tahun 2000, UNESCO menetapkan tanggal 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional untuk mengenang dan menghormati rerakan bahasa dan hak etnolinguistik semua bangsa di belahan dunia ini. Kenangan perjuangan bahasa Banggali dibangun pada Monumen Shaheed Minar atau Monumen Martir yang terletak di dekat Dhaka Medical Collage. Sehebat itulah pengaruh bahasa ibu bagi sebuah bangsa.

Apakah kehebatan bahasa ibu juga berdampak individual? Apakah kemagisan bahasa ibu juga berdampak bagi bahasa anak? Apa dampak bahasa ibu bagi anak? Bahasa ibu menurut KBBI adalah bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak lahir melalui interaksi dengan sesama anggota masya­rakat bahasanya, seperti keluarga dan masyarakat lingkungannya. Jadi, bahasa ibu bisa saja bahasa Indonesia, bahasa daerah, atau bahasa asing bergantung bahasa apa yang pertama kali dikuasai.

Sebuah penelitian dilakukan di Kenya oleh Begi. N. tahun 2014 dalam Journal of Education and Practice, “Use of mother tongue as a language of instruction in early years of school to preserve the Kenyan culture”, mengatakan bahwa pada masa sebelum kolonialisasi, bahasa ibu dijadikan bahasa pengantar di sekolah karena bahasa ibu menjadi salah satu media pewarisan budaya dalam bentuk penyebaran dan pelastarian.

Mereka menggunakan bahasa daerah dalam bercerita, menyanyi, dan mengajarkan peribahasa. Selain itu, penelitian ini membuktikan bahwa mengesampingkan penggunaan bahasa ibu dapat memengaruhi proses pembelajaran, psikologi anak, dan identitas anak. Anak akan lambat belajar, tertekan secara psikologi, dan tidak percaya diri.

Baca Juga: Proporsional Terbuka dan Kemandirian MK

Penelitian lain dilakukan di Australia, seperti yang dijelaskan dalam buku “Peran Bahasa Ibu dalam Pembelajaran Sekolah Dasar Awal” yang ditulis oleh H. Iwan Jazadi, S.Pd., M.Ed., Ph.D. dan kawan-kawan tahun 2021, menyatakan bahwa kebebasan menggunakan bahasa ibu di kelas memudahkan anak didik untuk memahami materi dan kegiatan di kelas. Kebebasan ini juga merupakan sebuah bentuk penghargaan terhadap bahasa ibu yang mereka kuasai. Dengan kata lain, sejak dini, anak-anak tersebut secara tidak langsung ditanamkankan rasa bangga akan bahasa ibu mereka.

Pemerintah Indonesia juga telah menerapkan hal yang sama dan tertuang dalam UU No. 20 Bab VII Pasal 33 ayat 2 yang berbunyi “Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam tahap awal pendidikan apabila diperlukan dalam penyampaian pengetahuan dan/atau keterampilan tertentu”.

Namun, tidak dapat dimungkiri bahwa beberapa ibu mengkhawatirkan anaknya yang tidak dapat mengikuti perkembangan zaman sehingga para Ibu tersebut, sebagai guru-rumah, mengajarkan anak mereka dengan bahasa kedua atau bahasa ketiga. Selain itu, ada juga para guru di Indonesia yang bablas menggunakan bahasa ibu dalam proses belajar mengajar, seperti menggunakan bahasa ibu dalam semua pembelajaran, baik diperlukan atau tidak diperlukan atau penggunaan bahasa Ibu bukan hanya pada tahap awal Pendidikan, tetapi ber­kelanjutan hingga tahap akhir Pendidikan.

Inilah yang akhirnya memengaruhi penggunaan bahasa Negara, bahasa Persatuan, bahasa Indonesia. Itulah sisi lain kehebatan bahasa ibu. Ini sejalan dengan temuan UNESCO pada tahun 2017 bahwa anak minoritas berbicara bahasa ibu di rumahnya, tetapi dominan menulis dan membaca dalam bahasa nasional. Hal inilah yang terjadi di tujuh negara Asia yang diteliti. Padahal, menurut UNESCO membaca dan menulis dalam bahasa ibu merupakan inti dari inisiatif keaksaraan dan bilingual yang memberikan keuntungan kemampuan berpikir anak dalam jangka panjang.

Kehebatan lain dari bahasa ibu yang dibahas dalam artikel ini ialah bahasa ibu dapat memengaruhi kemampuan kognitif anak. Kemampuan kognitif menurut Ahmad Susanto (2011) dalam bukunya “Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam Berbagai Aspeknya” ialah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Kemampuan kognitif selalu berhubungan dengan keterampilan memahami konsep baru, keterampilan mengingat, dan memahami lingkungan sekitarnya.

Penelitian Abidogun, Babajide Gboyega, and Adebule, Oluranti Idiat pada 2014 menunjukkan bahwa penggunaan bahasa ibu dapat memaksimal­kan kemampuan kognitif anak. Anak akan lebih mampu berkomunikasi secara efektif dengan lingkungan keluarga dan sekolah. Mereka lebih memahami bahasa di lingkungan terdekat. Anak lebih siap untuk bersekolah, berhasil secara akademis termasuk bahasa, keaksaraan, dan matematika.

Kehebatan terakhir dari bahasa ibu dalam artikel ini ialah bahasa ibu mengingatkan kenangan masa kecil. Kenangan masa kecil akan terlintas ketika sekumpulan orang dewasa berbicara dalam bahasa ibu atau tetiba mengucapkan satu atau dua kata dalam bahasa ibu yang tidak lagi didengar saat dewasa. Ketika seorang dewasa mendengarkan lagu dalam bahasa ibunya, secara otomatis memorinya akan secara sadar kembali pada masa kecilnya. Ketika seorang dewasa membaca kitab sucinya dalam bahasa ibu, secara otomatis dia akan mengingat cara ibunya berbahasa.

Kekuatan bahasa ibu sehebat Ibu berbahasa. Semoga bulan Ini mengingatkan kita akan bahasa ibu dan Ibu kita. Oleh: Evi Olivia Kumbangsila Penerjemah Ahli Muda Kantor Bahasa Provinsi Maluku. (*)