NAMLEA, Siwalimanews – Anggota DPRD Buru, Iksan Tinggapy di hadapan masyarakat Kayeli menegaskan kalau mereka bukan saja tertinggal tapi ditinggalkan.

“Kayeli bukan tertinggal, tapi ditinggalkan. Kalian Harus bisa  bedakan tertinggal dan ditinggalkan. Kalian ini ditinggalkan sebenarnya,” pungkas Iksan Tinggapy, menanggapi keluhan warga setempat karena daerah yang mereka diami masih tertinggal dari kecamatan lain di Kabupaten Buru.

Keluhan itu  sampaikan masyarakat saat vokalis DPRD Buru, Iksan Tinggapy bersama dua rekannya Erwin Tanaya dan Naldy Wally ini melakukan jaring aspirasi masyarakat di Kota Tua Kayeli, Kecamatan Teluk Kayeli, Selasa (2/3).

Iksan yang akrab dipanggil Iksan ini menegaskan, kalau Kota Tua  Kayeli punya sejarah panjang di negeri ini.

Dimana-mana ketika orang datang ke sini, orang akan menyebut Kota Tua Kayeli.

Baca Juga: Santunan Kematian Dilanjutkan

Ia lalu menyentil Kota tua dulu di jaman  Rifai Chaines yang  punya radio Mandala Putra, disaat mengudara menyebut kota tua dengan nama Kayeli Cauntry.

“Cauntry itu berarti negara, kalau sifatnya negara berarti ada punya pemerintahan yang sudah dari dulu ada di sini,” ucapya.

Dirina menilai  masyarakat yang hadiri kegiatan jaring aspirasi masyarakat itu sangat masuk akal. Karena sejak pemerintahan masih di Maluku Tengah hingga berdirinya kabupaten Buru yang telah berusia 22 tahun, kota tua ini telah ditinggalkan, terutama dalam hal geliat pembangunan infrastruktur, ekonomi, pertanian dan parikanan. Geliat membangun di tempat lain dari pada membangun kota tua Kayeli.

Ibrahim Wael, salah satu tokoh Kayeli mengungkapkan kalau sepupunya Raja Fuad Wael pernah melepas tanah dan diberikan kepada pemerintah Kabupaten agar secepatnya kota tua itu dibangun.

Namun akui Ibrahim Wael, mau bangun kantor Polsek dan kantor Koramil saja di kota tua masih belum dapat terlaksana karena pemerintah belum menjatah kedua instansi vertikal itu dengan sebidang tanah.

Ibrahim Wael juga menyampaikan rasa prihatin masyarakat Kayeli dari niat baik pemerintah kabupaten yang pembangunan pertanian hanya vokus terbesar di Waeapo dan kayeli terabaikan. “Masyarakat tidak meminta yang muluk-muluk, seperti membangun sawah dan sebagainya. Tapi setidaknya ditempatkan tenaga PPL agar dapat membantu warga berkebun dan bertani dengan baik,” harapnya. (S-31)