PERJALANAN 176 tahun The Straits Times jelas merupakan sebuah perjalanan yang sangat panjang. Surat kabar ini menjadi barometer Singapura baik dalam menyajikan berita-berita yang kredibel maupun sebagai indikator ekonomi.Setiap hari hadir dengan tiga segmen mulai isu nasional dan internasional, bisnis dan olahraga, hingga kehidupan. Kemajuan ekonomi Singapura bisa terlihat dari banyaknya iklan yang terpasang di surat kabar tersebut.Tidak usah heran apabila The Straits Times tumbuh sebagai entitas bisnis yang sehat. Di bawah naungan Singapore Press Holdings (SPH) begitu banyak surat kabar dan majalah yang kemudian diterbitkan. Bahkan, SPH pun berkembang ke bisnis-bisnis nonmedia dan saham mereka pun dicatatkan di Pasar Modal Singapura.Era digitalisasi memaksa SPH melakukan transformasi.

Mereka tidak bisa hanya tampil dalam bentuk cetak, tetapi juga digital. Para wartawan mereka pun dipersiapkan untuk menghadapi tantangan yang baru. Dalam lima tahun terakhir puluhan juta dolar Singapura ditanamkan untuk menghadapi era digital.Namun, semua transformasi itu tidak cukup untuk membuat The Straits Times bisa bertahan. Pandemi covid-19 memberikan dampak yang luar biasa kepada keuangan SPH. Penerimaan iklan turun sangat drastis, padahal pengeluarannya tidak bisa dikurangi setajam penerimaannya.Untuk pertama kalinya tahun lalu SPH membukukan kerugian sekitar S$83 juta, padahal setahun sebelumnya masih mencatatkan keuntungan lebih dari S$200 juta. Padahal, tiras semua media di grup SPH tahun lalu masih naik 5%.

Jumlah pembaca melalui media digital pun naik dua kali lipat mencapai 28 juta setiap bulannya.Setelah menyadari bahwa keadaan tidak akan menjadi lebih baik pascapandemi covid-19, Direksi SPH memilih jalan baru. Model bisnis yang dijalankan diubah total. SPH diputuskan tidak lagi menjadi entitas bisnis yang berorientasi kepada perolehan laba, tetapi menjadi lembaga nonprofit.Sebagai company limited by guarantee (CLG) selanjutnya SPH tidak harus menghadapi rapat pemegang saham untuk melaporkan neraca rugi-laba setiap tahun.

Pendanaan selanjutnya akan datang dari donasi, baik yang akan diberikan pemerintah maupun masyarakat yang merasa peduli kepada hadirnya media yang profesional dan mampu menyajikan berita-berita berkualitas serta kredibel. Dukungan pemerintahPilihan untuk mengubah SPH menjadi CLG mendapatkan dukungan dari pemerintah Singapura. Menteri Komunikasi dan Informasi S Iswaran dalam penjelasan di Parlemen menegaskan langkah pemerintah untuk menyelamatkan SPH dari kebangkrutan bertujuan menyelamatkan masa depan Singapura.“Hadirnya media yang berkualitas tinggi, profesional, dan dihormati, serta berita yang ditulis wartawan Singapura untuk orang Singapura, sangatlah esensial untuk bisa menjaga masa depan bangsa ini,” kata Iswaran, yang sejak 15 Mei menduduki jabatan baru sebagai menteri perhubungan.

Peran untuk selalu menjaga kerukunan masyarakat yang terdiri dari tiga ras, Tionghoa, Melayu, dan India, menjadi salah satu tugas yang harus dilakukan media nasional. Pemerintah Singapura sangat mengharapkan kesadaran pengelola media untuk selalu menjaga persatuan bangsa.Mantan Menteri Perhubungan Khaw Boon Wan, yang akan diserahi tugas memimpin SPH, menggarisbawahi pentingnya media untuk menyajikan berita yang bisa dipercaya, apalagi di tengah perubahan zaman, ketika anak-anak muda Singapura lebih suka membaca dari platform digital dan informasi yang mereka dapatkan kebanyakan berasal dari luar.Kondisi itu akan bisa memperlemah ikatan kebangsaan dan hubungan antarmasyarakat karena media yang mereka konsumsi tidak membawa pesan untuk itu. Belum lagi berita-berita palsu yang marak muncul di platform digital dan dengan cepat disebarkan di tengah masyarakat.Seperti diingatkan Perdana Menteri Lee Hsien Loong pada perayaan ulang tahun ke-170, tiga tugas yang harus terus dijalankan pengelola The Straits Times adalah ‘menyampaikan informasi, mengedukasi, dan menghibur’. Tantangan itu akan terus hidup di tengah perubahan zaman.Meski tidak lagi menjadi entitas yang berorientasi kepada profit, The Straits Times tetap harus dikelola dengan standar manajemen yang profesional.

Baca Juga: Daring atau Luring?

Mereka harus tetap mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan kepada mereka yang mendukung hadirnya jurnalisme berkualitas.  Memetik pelajaranApa yang dialami The Straits Times bukan hanya merupakan persoalan yang dihadapi Singapura. Semua negara menghadapi masalah yang sama. Peran media untuk ‘menginformasikan, mengedukasi, dan menghibur’ mengalami disrupsi.Tiga perubahan besar yang membuat media massa sulit untuk menjalankan peran mereka, pertama, ialah turun drastisnya penerimaan iklan karena diambil platform seperti Facebook dan Google. Kedua, perhatian pembaca tersedot oleh media daring yang umumnya gratis. Ketiga, kebiasaan membaca anak-anak muda berubah dari mendapat informasi melalui media cetak ke mendapatkan informasi dari media sosial atau chat group.

Keadaan ini tentu tidak bisa terus dibiarkan berlangsung karena bisa berpengaruh terhadap eksistensi bangsa. Kehadiran informasi secara terus-menerus, setiap hari, dari luar tanpa mendapatkan konteks kepentingan nasional akan memengaruhi cara berpikir dan juga cara bertindak bangsa tersebut.Jepang melarang adanya kepemilikan asing dalam industri media mereka karena menyadari peran strategis dari media. Media nasional yang berkualitas, profesional, dan kredibel dibutuhkan untuk ikut menjaga nilai-nilai bangsa dan pada akhirnya soliditas dari bangsa itu.Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD menyadari kondisi kritis yang sedang dihadapi bangsa Indonesia, terutama di tengah pandemi covid-19 seperti sekarang ini. Negara perlu hadir untuk menyelamatkan media arus utama nasional karena pilihan lain informasi di tengah masyarakat akan dikuasai media sosial yang cenderung ‘publish and be damned’ serta memecah belah.Informasi melalui media sosial sudah sering kali menimbulkan kehebohan.

Kita sering tidak tahu sumber referensinya, tiba-tiba sudah menjadi kontroversi di tengah masyarakat.Tentu ‘penyelamatan’ media arus utama bukan berarti harus menjadikan mereka sebagai media propaganda. Pemerintah Prancis membantu surat kabar Le Monde bukan untuk dikooptasi. Medianya tetap dibiarkan hadir dengan ruang redaksi yang independen, profesional, dan paham untuk menyajikan informasi yang mencerdaskan, mencerahkan, serta kredibel.Tantangan berat dihadapi pengelola media untuk mampu melakukan perubahan besar. Para wartawan harus mau menjalani peningkatan kapasitas diri agar siap menghadapi era digital.

Bukan hanya cara bekerja dan menulis yang harus berubah, melainkan juga kemampuan untuk memahami kebutuhan para pembaca muda.The Guardian, Inggris, telah mencanangkan dirinya sebagai ‘a print media company with digital products’. The Straits Times sendiri menyebutkan diri sebagai ‘a digital media company with print products’.Khaw Boon Wan mengatakan transformasi SPH akan dilakukan mulai 1 September mendatang.

Perubahan model bisnis yang dilakukan itu baru awal dari semua perjalanan. Apakah The Straits Times akan bisa berhasil melewati tantangan zaman, waktulah yang akan menentukan kelak.( Suryopratomo, Dubes RI untuk Singapura)