AMBON, Siwalimanews – Mantan Bupati Kepulauan Tanim­bar, Petrus Fatlolon setelah me­mimpin kabupaten berjulukan Duan Lolat mampu membawa perubahan yang signifikan.

Hampir seluruh pemim­pin di dunia ini mengalami kondisi terpuruk karena pandemi Covid-19, ter­masuk kita di Tanimbar.

Dalam Kurun waktu 5 tahun, kala itu Bupati Ke­pulauan Tanimbar Petrus Fatlolon hanya mengen­dalikan APBD dan peru­bahan APBD selama ku­rang lebih 3 tahun, namun peru­bahan dirasakan signifikan.

Hal ini terbukti dengan kema­juan Kabupaten Kepulauan Tanim­bar semakin jauh dari kekumuhan, pembangunan terus berjalan, bangunan sekolah baru, gedung puskesmas baru dengan konsep bangunan modern plus rawat ngi­nap yang dibangun hingga ke pelosok kecamatan.

Selain itu, perbaikan jalan dan jembatan di beberapa kecamatan terluar termasuk mengkoor­dinasi­kan dengan Kementerian PUPR percepatan pembangunan jemba­tan Leta Oar Ralan yang menghu­bungkan pulau Yamdena dengan pulau Larat, dan jalan penghubung Kota Larat hingga ke Desa Lam­desar Timur.

Baca Juga: Puluhan Rumah di MBD Terendam Banjir

Selanjutnya, akses jalan masuk ke beberapa desa tertinggal yang menjadi prioritas penyelesaian seperti dari Desa Arma ke Desa Wat­muri yang puluhan tahun terkendala.

“Setengah bagian jalan masuk ke Desa Atubul, Wowonda dan Kabiarat serta akses jalan masuk ke pantai wisata Weluan Olilit yang juga terbengkalai belasan tahun lamanya, peningkatan jalan untuk 5 desa di Seira Kecamatan Wer­maktian,” jelas Agustinus Rahan­wara, salah satu warga Tanimbar kepada Siwalima, Rabu (26/1).

Berikutnya kata dia, pembangu­nan jalan di Kecamatan Fordata, peningkatan jalan penghubung antar desa di Kecamatan Selaru, median jalan dan drainase serta peningkatan jalan Ir. Soekarno di ibu kota Saumlaki, disertai lampu penerangan jalan, pembangunan dan renovasi ribuan rumah layak huni (Program bedah rumah).

Prestasi lainnya yaitu, bangunan baru pasar tradisional Ngrimase Olilit di Saumlaki, pasar rakyat di Desa Kabiarat dan beberapa di kecamatan terpencil, pembangu­nan RSUD Magretti dengan desain kontemporer di kawasan Ukurlaran sebagai cara ampuh menaikan akreditasi rumah sakit, serta peningkatan pelayanan di bidang kesehatan

Pada sektor Pendidikan, kata­nya, juga dibangun ruang kelas baru, renovasi ruang belajar, pe­nambahan tenaga guru, pening­katan produksi rumput laut dengan memperbanyak bantuan bibit bagi petani rumput laut di desa-desa pesisir barat Kepulauan Tanimbar, bantuan ratusan longboat bagi para nelayan tangkap, peningkatan jaringan telekomunikasi seluler dan jaringan internet 4G yang membantu masyarakat pelosok dan pesisir mengakses informasi secara bebas dan mudah,  dengan turut serta me­ningkatkan mutu pelayanan pen­didikan berbasis internet.

Kemudian, bantuan 2 unit generator dengan kapasitas besar untuk membantu PLN ranting Larat dalam peningkatan penerangan listrik bagi masyarakat di Keca­matan Tanimbar Utara dan seki­tarnya, yang sebelumnya tidak pernah dibantu serta bantuan TPU baru yang manfaatnya sudah dirasakan masyarakat di Larat.

Perubahan signifikan lainnya juga yakni,  peningkatan kerjasama pemda dengan PEM Akamigas Cepu untuk perkuliahan khusus program beasiswa bagi lulusan SMA/SMK, perubahan nama ka­bupaten Maluku Tenggara Barat menjadi Kabupaten Kepulauan Tanimbar, perjuangan pengelo­laan PI 10% yang sebelumnya 0% diputuskan menjadi 3%, sukses membangun fasilitas MTQ dan tercatat sebagai bupati yang berhasil menjadikan Tanimbar sebagai rumah toleransi dengan penduduk muslim yang hanya 4%, namun bisa menyelenggarakan MTQ Maluku ke-29 dan tersiar bahkan ke negara-negara muslim seperti di Kazakhstan.

Menurutnya, Bupati Petrus Fat­lolon juga dicatat sebagai bupati yang paling banyak melakukan kunjungan kerja sampai ke ke­camatan dan desa terpencil, ber­bagi dengan anak-anak sekolah dalam kunjungan kerja ke sekolah-sekolah, bertatap muka dengan penyandang disabilitas, para lansia, janda dan duda, kaum buruh, petani dan nelayan.

“Menjamu para tamu yang datang dari desa-desa serta tamu daerah dari ibu kota provinsi dan dari Jakarta, menjadwalkan tamu dari unsur masyarakat pada hari Ka­mis serta menetapkan hari Kamis sebagai hari tematis Tenun Ikat Tanimbar yang wajib dipakai saat bekerja di kantor atau tempat kerja bagi para pelaku usaha, serta BUMN/BUMD dan ASN disetiap instansi vertikal lainnya,” rincinya.

Kebijakan ini, ikut menumbuh kembangkan usaha menenun bagi para pengrajin tenun ikat Tanimbar sehingga  perekonomian tak surut di pusaran pelaku usaha.

Terobosan lainnya adalah, mem­permudah para ASN menerima upah dan tunjangan melalui transfer online dengan sistem penarikan melalui mesin ATM kapan saja dan bukan secara manual yang mana pernah terjadi pada pemerintahan sebelumnya. Walau pemerin­ta­hannya berhadapan dengan situasi pandemi secara global, namun banyak bantuan sosial terus me­ngalir ke masyarakat, organisasi kemasyarakatan pemuda, LSM, pelaku UMKM, serta tak keting­galan bantuan sosial bagi rumah-rumah ibadah (Gedung gereja Protestan, Katolik serta gedung Masjid yang berdiri megah di jantung kota Saumlaki).

Tercatat anggaran belanja hibah untuk pembangunan gedung gereja baru (Protestan maupun Katolik, dan Kristen Denominasi lainnya, ada beberapa gereja yang bahkan mendapatkan bantuan 1 miliar rupiah, dan ada yang ratusan juta rupiah yang tersebar sampai ke pelosok umat dan jemaat di desa-desa terpencil.

Ini tergolong bantuan sosial tertinggi bagi rumah-rumah ibadah sejak kabupaten ini berdiri. tak terlupakan juga bagi Umat Islam mendapat bantuan hewan kurban beberapa ekor hewan sapi yang dibagikan ke beberapa masjid di Saumlaki, Larat, Kilon, Karatat & Labobar. Bahkan perihal bantuan hewan kurban bagi Umat Islam di Tanimbar ini sudah dilakukan jau hari sebelum Petrus Fatlolon men­jabat sebagai bupati.

Yang sangat spektakuler terjadi ialah pada pemerintahan Bupati Petrus Fatlolon; ternyata kabu­paten yang dipimpinnya ini meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Ke­uangan (BPK) Republik Indonesia pada tahun anggaran 2018, 2019 dan tahun anggaran 2021.

“Amazing! 3 kali dalam 5 tahun kepemimpinannya. Ini tak terjadi pada pemerintahan sebelumnya sejak berdiri pada tahun 1999. Bukankah ini suatu prestasi?. Sebuah media cetak ternama di Ma­luku pada tahun 2021 meng­ekspos LHKPN harta kekayaan  para Bupati se-provinsi Maluku yang dilaporkan ke Komisi Pem­berantasan Korupsi (KPK) dan mencatat Bupati Petrus Fatlolon memiliki kekayaan urutan kedua setelah Bupati Maluku Tengah Abua Tuasikal. Tahukah kita?,”. Jumlah kekayaan itu terbilang sebelum menjabat sebagai bupati dan rupanya jumlah keseluruhan angka kekayaannya menurun. Bu­kankah harusnya angka kekaya­an­nya meningkat atau bertambah?.

Sosok Inspiratif

Sosok bupati inspiratif asal desa Meyano Bab ini menghabiskan pemberiannya diluar penghasilan­nya sebagai Bupati. Pantas saja jumlah kekayaannya malah me­nurun saat menjadi Bupati.

“Memang benar, ia masih tetap dermawan sejati yang tidak memanfaatkan posisi bupati untuk memperbanyak harta kekayaan serta menambah tumpukan uang pada brankas pribadinya. Hal yang patut dicontohi para pemimpin lainnya,” katanya

Petrus Fatlolon juga memiliki ke­bun di Karawang-Jawa Barat dan di Desa Ilngei Kecamatan Tanim­bar Selatan jauh sebelum menjadi bupati pada tahun 2017, bahkan menyempatkan waktu berkebun menanam Wortel, Bawang Merah, Nenas, disela-sela kesibukannya se­bagai bupati, serta banyak lagi prestasi yang hanya memakan waktu kira-kira 3 tahun sedangkan sisanya termakan penanganan pandemi Covid-19, bayangkan saja bagaimana bila 10 tahun me­mimpin.

Pada pertarungan Pilkada 2017, sosok Petrus Fatlolon terbuka tetapi tak mengandalkan donatur siapapun dalam pemenangannya, karena ia berpikir hal itu sama saja dengan menggadaikan seluruh pembiayaan Negara melalui APBD kepada para kontraktor; dan pada Pilkada 2024 nanti hal yang sama akan dilakukan yakni terbuka tetapi tidak mengandalkan kerjasama dengan pengusaha manapun se­bagai donatur. Dengan kantongnya sendiri ia akan membiayai segala bentuk pemenangan menuju pe­riode kedua nanti.

“Satu hal yang takjub dari ke­ren­dahan hatinya ialah setelah dilantik pada 22 Mei 2017, Bupati Petrus Fatlolon merangkul tokoh-tokoh yang kalah dalam kontestasi Pilkada ber­samanya sebagai lawannya dan mengakomodir mereka, tanpa dendam politik dalam niat yang tulus membangun Tanimbar.

Katakanlah, Wakil Bupati periode 2012-2017 Petrus Paulus Werem­binan yang adalah lawan politik dalam Pilkada 2017 akhirnya di­lantik memimpin BUMD PT. Kida­bela yang mengurus transportasi laut berupa kapal ferry penye­berangan antar pulau kecil. Ini suatu terobosan menarik yang mana pada tahun 2019 dilakukan juga oleh Presiden Joko Widodo yang melantik Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertaha­nan di mana Prabowo sendiri adalah rival kandidat Presiden pada Pilpres 2019 bersama Joko Widodo, dan tak lama berselang juga melantik Sandiaga Salahudin Uno sebagai Menteri Pariwisata Dan Ekononi Kreatif di mana Sandiaga menjadi rival kandidat Wakil Pre­siden di Pilpres 2019.

Bupati yang tercatat telah memiliki rumah pribadi plus pera­botan mewah di Tanimbar, sejum­lah tanah, penginapan di Larat, 2 unit rumah mewah di Jakarta, vila eksklusif dan elegant di Bali, rumah di Ambon; semuanya itu dimiliki bapak Petrus Fatlolon jauh se­belum menjadi Bupati Kepulauan Tanimbar.

Ia bahkan telah menyumbang di berbagai rumah ibadah di Papua, Ambon dan terutama di  Tanimbar sejak tahun 2002 sampai tahun 2016 sebelum bertarung dalam kontestasi Pilkada 2017.

Bukankah cerita ini menarik?.

Soal pengangguran?. Pemerin­ta­han sebelumnya tidak berani mengakomodir tenaga honor atau kontrak daerah karena pembia­yaan yang memberatkan APBD dan dibatasi berdasarkan peraturan pemerintah. Namun di masa kepemimpinannya, 2000an orang lebih diangkat untuk mengisi po­sisi teknis di pemerintahan dengan metode perjanjian kerja. Selama sekitar 4 tahun lamanya,

2000an orang lebih itu menik­mati kehidupan yang pantas dan layak sebagai tenaga kontrak daerah. Ini suatu kebijakan dan terobosan yang menguntungkan rakyat Tanimbar. Keberanian ini me­ngurai persoalan pengang­guran yang terjadi di kabupaten Kepulauan Tanimbar. Hanya saja saat ini tak ada satu pun pejabat di pemerintah Kabupaten Kepulauan Tanimbar yang berani mengako­modir tenaga kontrak daerah itu. Mereka sudah kembali ke rumah. Diberhentikan. Mungkin ada kepentingan lain yang lebih besar ketimbang mengurus recehan di kantong para honorer.

“Hebat kan sosok ini?. Masih percaya dengan berita bohong yang dihembuskan mereka yang ingin menjatuhkan popularitas sang visioner dan inovatif, Petrus Fatlolon? Jangan mudah dipe­ngaruhi dengan informasi yang bohong menyesatkan!,” ujarnya.

Dia mengajak basudara Tanim­bar, ayo bersama membangun Ta­nim­bar. Jangan terprovokasi dengan pihak tertentu yang suka memfitnah dan hanya banyak bicara dengan re­torika yang berapi-api tapi bisa saja datang dengan modus mengejar kekayaan priba­di. Petrus Fatlolon sudah miliki hidup yang mapan sebelum menjadi Bupati. Sudah punya rumah pribadi dan harta yang cukup kemudian baru memimpin kabupaten dengan julukan bumi duan-lolat. Ini fakta bukan dongeng!

*Mari kita lawan isue bohong, fitnah, dengki,  dengan menga­ta­kan yang benar berbasis data dan fakta serta terus berkarya dan melayani, bersama kita membangun Ta­nim­bar,” ajaknya.(S-05)