AMBON, Siwalimanews – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan didesak agar lebih mengutamakan pengembangan pendidikan karakter pada SMA dan SMK di Maluku.

Demikian disampaikan Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Maluku Samson Atapary kepada Siwalimanews melalui telepon selulernya, Sabtu (14/10) merespon maraknya aksi kekerasan di lingkungan sekolah di Maluku.

Atapary menyebutkan, akhir-akhir ini siswa SMA/SMK di Maluku dalam menyelesaikan permasalahan di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah lebih cenderung dengan cara-cara kekerasan.

Cara-cara Kekerasan tersebut, ternyata telah menjadi budaya atau kultur dalam sistem pendidikan yang berpotensi mencoreng nama lembaga pendidikan.

“Memang metode pembinaan baik yang dilakukan oleh guru ke murid maupun dari kakak kelas ke adik kelas telah berlangsung lama di setiap sekolah terutama di SMA/SMK yang ada di Maluku dengan cara kekerasan, dan hal ini selalu terjadi dari tahun ke tahun,” ungkap Atapary.

Baca Juga: Kemendagri Boboti DPRD Kota Ambon Tentang Penyusunan APBD

Hal tersebut menurut Atapary, sudah seperti tradisi dan dianggap biasa, jika kakak kelas melakukan pembinnan ke adik kelas dengan cara-cara yang bersifat fisik dan kekerasan.

Budaya atau kultur kekerasan di sekolah sudah harus segera diputuskan atau diakhiri, agar tidak berkepanjangan dan menimbulkan korban seperti yang terjadi di Aru dan SMA Siwalima beberapa waktu lalu.

“Dinas Pendidikan Maluku dan sekolah-sekolah SMA/SMK harus memutuskan budaya kekerasan dari sistem pendidikan di sekolah dengan dan mengembangkan metode pengajaran yang mengutamakan pengembangan pendidikan karakter,” tegas Atapary.

Menurutnya, sepanjang budaya kekerasan tidak diubah dengan memperkuat metode pengembangan pendidikan karakter, maka kekerasan di lingkungan sekolah masih berpotensi terjadi.(S-20)