NAMLEA, Siwalimanews – Diduga, Bunda Mirna cs, masih terus menggarap tambang ilegal Gunung Botak, bahkan terkesan mereka tidak pernah takut dengan tindakan hukum.

Padahal areal Gunung Botak sudah beberapa kali ditertibkan oleh aparat keamanan, namun anehnya Bunda Mirna cs tetap leluasa beraktivitas di kawasan itu tanpa tersentuh oleh aparat penegak hokum, dalam hal ini Polres Buru.

“Bunda Mirna cs tidak ada di lokasi tambang Gunung Botak, tapi aktivitas domping mereka yang ditunggui para pekerja masih tetap berjalan normal,” ungkap pemilik Dusun Kayu Putih Rana Katin Lahin, Ibrahim Wael kepada wartawan.

Bunda Mirna sendiri tidak dapat dikonfirmasi langsung di tempat. Bahkan rumahnya di Wayasel, Kaiely terlihat tertutup rapat dan menurut beberapa tetangganya, kalau Bunda Mirna dan suaminya sementara bepergian ke luar daerah.

Untuk melihat jelas aktivitas di Gunung Botak, maka Ibrahim Wael mengajak sejumlah wartawan ke lokasi tambang Gunung Botak, agar menyaksikan langsung aktivitas tambang ilegal itu pada, Minggu (23/6), kini lokasi tambang itu kembali ramai.

Baca Juga: Dua Tahun Polda Berhasil Ungkap 52 Kasus Perjudian

Bahkan di areal Ketel Rana Katin Lahin milik Ibrahim Wael, puluhan domping milik Bunda Mirna cs masih tetap normal beroperasi dan nyaris tidak tersentuh penyisiran beberapa waktu lalu. Yang mengejutkan, saat para wartawan mulai beranjak meninggalkan lokasi tersebut, ada satu oknum ASN Pemkab Buru, yang dikalangan para penambang dipanggil dengan sebutan guru Syarif, nyaris beradu mulut dengan Ibrahim Wael.

Pasalnya, Syarif Balun sesumbar, kalau mereka leluasa bekerja disana karena sudah menyetor uang sebesar Rp25 juta/domping kepada ponakan Ibrahim Wael bernama Alvin Armando Wael. Bahkan konon katanya, setiap bulan Syarif menyetor Rp50 juta (2 domping) kepada ponakan Ibrahim Wael ini.

Yang memiriskan hati lagi, oknum ini menyebut kalau mereka bekerja atas restu oknum di kepolisian dan telah dibuat kesepakatan tertulis di ruang SPKT Polres Buru.

“Alangkah terkejutnya saya ternyata di lokasi tersebut sudah ada orang yang di komandoi oleh guru Syarif untuk melakukan aktivitas dan menurut pengakuan guru Syarif, aktivitas ini dilakukan atas dasar petunjuk oknum-oknum di polres dengan menyetor Rp25 juta/domping/bulan,” beber Wael.

Di lokasi itu kata Wael, Bunda Mirna operasikan tiga domping, guru Syarif 2 domping. Domping yang dikelola guru Syarif  juga bukan punya dia, tapi milik satu pengusaha yang tinggal di Desa Dafa bernama Asmani.

Saat awak media di ketel Rana Katin Lahin, bukan hanya Bunda Mirna dan Syarif saja yang beroperasi di sana, tapi sejumlah pengusaha melalui para kaki tangan mereka  juga tetap beroperasi. Bahkan ada satu oknum berpakaian dinas terlihat sedang menunggui empat unit domping milik Haji Anas. Sejumlah oknum aparat lagi disebut-sebut terlibat aktif di tambang ilegal GB.

“Persoalan ini sudah dilaporkan ke polres dan telah dilakukan penertiban. Namun fakta di lapangan masih ada aktivitas seperti biasa,” sesal Wael.

Dengan kesal Ibrahim menegaskan, laporan polisi terkait penyerobatan lahan sudah cukup lama disampaikan lewat kuasa hukumnya, namun terkesan pihak Polres mengabaikannya. Untuk itu ia berharap, pihak kepolisian yang menangani persoalan ini harus benar-benar memperhatikan dengan serius untuk menyelesaikannya dengan baik.

“Harus serius tangani sehingga tidak terkesan pihak kepolisian yang menangani kasus ini mengabaikan laporan yang sudah cukup lama dilaporkan dan terkesan  mengamankan kejahatan,” ucap Wael.

Ditanya tentang fakta di lapangan hari ini sepertinya penertiban 9 hari lalu itu hanya terkesan main- main, Wael mengaku dapat dibenarkan, sebab buktinya pada lokasi-lokasi tertentu seperti alur janda, dan beberapa lokasi lainnya, seperti di Wasboli aktifitas tetap berjalan seperti biasa.

Ia mengaku lahan Ketel Rana Katin Lahin, adalah milik bapaknya Raja Petuanan Kaiely, almarhum Abas Wael. Ketel itu hanya warisan untuk dirinya dan tiga saudara perempuannya dan ponakannya, Alvin tidak ada hak waris di ketel tersebut.

“Di GB yang ditemukan emas ada pada tiga ketel (dusun kayu putih). Dua ketel yang lain baru warisan bersama yang juga melibatkan seluruh keturunan dari Raja Kaiely , almarhum Mansur Wael, kakek kami,” jelas Wael.

Alvin Wael yang dikonfirmasi Siwalimanews, Senin (24/6) malam mengaku telah menyampaikan jawabannya lewat salah satu media online.

Dalam media itu, Alvin membenarkan menerima pembayaran satu domping 25 juta per bulan dari Syarif, namun uang itu bukan untuk oknum polisi.(S-15)