Dewan Minta Direktur Haulussy Selesaikan Hutang Obat
AMBON, Siwalimanews – DPRD Maluku melalui Komisi IV meminta, Plt Direktur RSUD Haulussy, Adonia Rerung menyelesaikan hutang obat.
Wakil Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Maluku, Rovik Akbar Afifuddin menjelaskan, pergantian Direktur RSUD Haulussy bukan hanya sekedar mengganti yang lama tetapi semua pola dan manajemen harus menjadi perhatian.
“Pasca menjadi Plt Direktur RSUD yang baru, maka Direktur harus menyiapkan langkah perbaikan secara massif, cepat dan terarah,” ujar Rovik kepada wartawan di Baileo Rakyat Karang Panjang, Jumat (2/2)
Sebagai rumah sakit milik pemerintah daerah, lanjut dia, maka semua persoalan yang selama ini terjadi di RSUD Haulussy harus diperbaiki.
Salah satu persoalan yang wajib diselesaikan yakni hutang obat miliaran rupiah kepada pihak ketiga yang belum dituntaskan Direktur RSUD yang lama.
Baca Juga: Infrastruktur Jalan & Jembatan Jadi Prioritas“Hutang obat RSUD Haulussy itu harus diselesaikan agar pihak ketiga kembali mensuplai kebutuhan obat-obatan guna menunjang pelayanan,” tegasnya.
Diakuinya, penyelesaian hutang obat tidak semua membalik telapak tangan tetapi harus ada upaya perbaikan.
Rovik menegaskan, sepanjang hutang obat tidak diselesaikan, maka pihak ketiga juga berkeberatan untuk mensuplai obat ke rumah sakit.
“Kita berharap persoalan hutang obat ini segera diselesaikan dan kebutuhan obat kembali normal,” tambahnya.
Penyebab Hutang Obat
Kedok persoalan meningkatnya hutang obat di RSUD Haulussy selama dipimpin direktur lama, Nazaruddin pun mulai terbongkar.
Aluh-alih datang untuk menyelesaikan sejumlah persoalan di RSUD Haulussy, kehadiran Nazaruddin justru menambah beban bagi RSUD Haulussy.
Pasalnya, sejak dipercaya memimpin RSUD Haulussy, Nazaruddin sering membuat kebijakan yang merugikan keuangan rumah sakit. Kerugian RSUD Haulussy salah satunya terletak dari belanja obat yang mengisahkan hutang miliar rupiah bagi rumah sakit berplat merah tersebut.
Usut punya usut, ternyata kenaikan harga obat di RSUD Haulussy lantaran kebijakan Direktur RSUD Haulussy, Nazaruddin yang tidak menggunakan e-katalog untuk pemesan obat.
Hal ini diungkap Wakil Direktur Bidang Pelayanan RSUD Haulussy dr Elna Anakotta kepada wartawan usai aksi demonstrasi dokter dan tenaga kesehatan di RSUD Haulussy, Senin (18/12/2023) lalu.
Anakotta mengungkapkan, selama ini manajemen RSUD dalam membeli obat biasanya menggunakan sistem e-katalog, dimana harga obat yang ditetapkan rendah sehingga tidak memberatkan rumah sakit.
Namun setelah dipimpin Nazaruddin, seluruh pembelian obat tidak lagi menggunakan e-katalog dan akhirnya berdampak pada naiknya harga yang harus dibayar RSUD.
“Kenapa harga obat naik, karena kita tidak ambilobat dari pihak ketiga yang menyebabkan obat itu naik harga,” beber Anakotta.
Menurutnya, sebagai rumah sakit pemerintah yang melayani BPJS, mestinya seluruh obat diambil dengan e-katalog sesuai arahan pemerintah yang harganya dibawah jika dibandingkan dengan pihak ketiga.
Anakotta menegaskan, Nazaruddin tidak punya hati untuk masyarakat Maluku dan RSUD, sebab jika punya maka ia tidak melakukan semuanya yang merugikan RSUD, apalagi kondisi keuangan rumah sakit saat ini defisit.
“Kita lagi devisit, mestinya dia punya keprihatinan dengan pegawai RSUD, bukan mengambil kebijakan yang merugikan RSUD,” cetus Anakotta. (S-20)
Tinggalkan Balasan