SAUMLAKI, Siwalimanews – Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati nomor urut 4, dr Julianus Aboyaman Uwuratuw dan Polikarpus Lalamafu memiliki komitmen yang tinggi membuat perubahan bagi Tanimbar.

Pasalnya, Tanimbar saat ini belum merdeka dari kemiskinan, kesehatan dan juga Pendidikan. Tak hanya itu budaya Duan Lolat kedepan akan tergusur saat beroperasinya Blok Masela.

Demikian diungkapkan calon Wakil Bupati Kepulauan Tanimbar nomor urut 4 Polikarpus Lalamafu saat menyampaikan orasi politik dan kampanye dialogis yang ber­langsung di Desa Olilit Timur, Kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Jumat (4/10).

“Slogan JUARA itu tidak sekedar slogan, tapi juara itu terimplementasi dalam program-program JUARA. Boy-Poli hari ini menawarkan program-program kesejahteraan, Tanimbar maju, Tanimbar berke­pribadian Duan-Lolat. Beberapa tahun ke depan ketika operasi Blok Masela, maka suka atau tidak suka tetap akan dapat bonus demografi atau bonus kependudukan, dan yang akan datang jumlahnya lebih dari masyarakat ini juga akan mengusur budaya kita,” ungkap Lalamafu

Terkait kemiskinan ekstrem dilabelkan pada Kabupaten Tanim­bar, kata Lalamafu, bukan secara alami tetapi merupakan peninggalan yang sengaja dilakukan.

Baca Juga: Biarkan ASN Jadi Ajudan Widya, Akademisi Desak Evaluasi Sekda

Kata dia, hari ini Tanimbar mengalami satu kondisi yang disebut dengan krisis multidimensi padahal orang Tanimbar itu rajin, orang Tanimbar punya sumber daya alam yang luar biasa, tapi kita terjebak dalam apa yang disebut dengan perangkap kemiskinan.

Perangkap kemiskinan itu, lanjutnya, cuman ada tiga hal yaitu, satu sumber daya alam yang sangat luar biasa melimpah, namun sumber daya manusia tidak mampu untuk melakukan secara baik.

Kedua sumber daya manusia yang tidak siap karena persoalan teknologi dan inovasi yang sangat murah. Ketiga pendapatan masyarakat yang sangat dibawah.

Dia menjelaskan, berdasarkan data data BPS ada kurang lebih angkatan kerja usia produktif dari 18 sampai 65 tahun punya pendapatan itu di bawah Rp600 ribu.  Artinya pendapatan kerja itu tidak mampu untuk membiayai kehidupan, dimana dari angkatan kerja sekitar 27.000 punya penghasilan dibawah 600.000

“Kalau untuk bilang bahwa itu 600.000 dibagi 30 hari maka satu orang angkatan kerja dia hanya punya kemampuan untuk mendapatkan uang satu hari di bawah 20.000 rupiah yang artinya 1 hari cuma bisa makan 1 kali,” cetusnya.

Dari hal ini kehadiran Boy-Poli untuk memutus mata rantai kemiskinan itu, dengan program prioritas yakni Mama- Mama Juara, Pemuda Juara dan Juara lainnya.

Khusus untuk mama mama juara, kata dia, pihaknya telah mempro­gramkan untuk membangkitkan pendapatan ekonomi melalui home industri.

“Dimana bapak atau suami mencari pekerjaan atau pendapatan di luar rumah, ibu-ibu juga ber­penghasilan dari dalam rumah, dengan SDA Tanimbar yang tersedia yakni pangan,” katanya.

Selain itu, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan pemerintah desa untuk nantinya Bumdes menjadi penada hasil Home industri tadi. Kemudian dari Bumdes itu dicari investor dari luar maupun dalam daerah untuk membeli hasil dari Bumdes tersebut.

Kesehatan & Pendidikan

Senada dengan itu, calon Bupati, dr Julianus Aboyaman Uwuratuw menambahkan, selain kemiskinan yang sudah dijelaskan wakilnya, terdapat dua visi lainnya ialah kesehatan dan pendidikan.

Menurutnya, dengan adanya status miskin dikarenakan kesehatan dan pendidikan tak memadai dari segi SDM dan juga faskes.

“Saya hanya mau sampaikan bahwa kemiskinan ekstrem yang dijelaskan oleh Wakil Bupati itu benar adanya bahwa kita ada pada peringkat 2 miskin ekstrem. Soal kesehatan misalnya gizi buruk kjuga ada diurutan 2 angka gizi buruk tertinggi di Maluku.

“Untuk itu kami ingatkan Boy Poli tolak politik uang merah-merah. Tolong juga diingat bahwa tanggal 27 November jika ada yang datang deng uang ambil uangnya dan jangan coblos dia, karena itu membawa sengsara 5 tahun kedepan nanti,” ujarnya.

Dia yakin, -orang Tanimbar adalah orang orang yang bebas dan merdeka, orang-orang yang memiliki hak konstitusi sebagai warga negara, orang-orang yang memiliki hak politik secara berdaulat. Untuk itu Jangan pernah menggadaikan hak politik untuk uang merah-merah.

Terkait Kesehatan, lanjut Boy, pastikan kedepannya satu desa satu dokter,” kita punya banyak dokter yang ada tetapi tidak dipakai, sehingga lari ke tempat lain. Demikian juga dengan pendidikan, pemerataan guru yang akan kita lakukan juga,” katanya.

Impian Boy-Poli kedepan semua elemen akan diperbaharui, trans­portasi akan disesuaikan dan yang  murah untuk membantu akses masyarakat. (S-26)