AMBON, Siwalimanews – Dalam rangka upaya meningkatkan kualitas manusia Indonesia, maka Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menjalin kerjaama dengan Tanoto Foundation.

Tanoto Foundation merupakan salah satu organisasi filantropi independen menjalin kerjasama dengan BKKBN pada program pengembangan dan pendidikan anak usia dini yakni early childhood education and development (ECED).

Langkah ini, berawal tahun 2021, dimana Pemerintah Indonesia menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen di tahun 2024.

Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo yang juga menjabat sebagai Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting, menjelaskan stunting adalah, kekurangan gizi pada bayi di 1000 hari pertama kehidupan yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak.

“Karena mengalami kekurangan gizi menahun, bayi stunting tumbuh lebih pendek dari standar tinggi balita seumurnya. Tapi ingat, stunting itu pasti bertubuh pendek, sementara yang bertubuh pendek belum tentu stunting,” jelas Hasto dalam rilisnya yang diterima redaksi Siwalimanews, Jumat (21/5).

Baca Juga: Pattipelohy Dukung Sistim Buka Tutup di Jalan Rijali

Ia mengaku, masalah stunting penting untuk diselesaikan, karena berpotensi mengganggu potensi SDM dan berhubungan dengan tingkat kesehatan, bahkan kematian anak.

Hasil dari survei status gizi balita Indonesia, menunjukkan bahwa terjadi penurunan angka stunting berada pada 27,67 persen pada tahun 2019. Walaupun angka ini menurun, namun angka tersebut masih dinilai tinggi, mengingat WHO menargetkan angka stunting tidak boleh lebih dari 20 persen.

Angka stunting disebabkan berbagai faktor kekurangan gizi pada bayi, diantara 5 juta kelahiran bayi setiap tahun, sebanyak 1,2 juta bayi lahir dengan kondisi stunting.

“Stunting merupakan produk yang dihasilkan dari kehamilan, ibu hamil yang menghasilkan bayi stunting,” ucapnya.

Saat ini, bayi lahir sudah 23% prevalensi stunting. Kemudian setelah lahir, banyak yang lahirnya normal, tapi kemudian jadi stunting hingga angkanya menjadi 27,6%. Artinya dari angka 23% muncul dari kelahiran yang sudah tidak sesuai.

Ia berharap, sebagai lembaga pemerintah, BKKBN mendapat mandat langsung dari Presiden untuk menjalankan upaya-upaya pencegahan stunting dalam skala nasional.

“Tanoto Foundation mewujudkan kerja sama dengan BKKBN sebagai dukungan untuk mengurangi jumlah stunting di Indonesia dan demi tercapainya pendekatan multi generasi pencegahan stunting,” tuturnya.(S-51)