AMBON, Siwalimanews – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Norviarsano Manullang mengaku, akibat pandemi Covid-19 angka pertumbuhan ekonomi Maluku pada triwulan II-2020 tercatat tumbuh negatif 0,92%.

Angka ini turun jika dibandingkan dengan capaian triwulan I 2020 sebesar 4,01%. Perkembangan ini tidak terlepas dari menurunnya aktivitas ekonomi di Maluku sebagai dampak kebijakan dari PSBB untuk mencegah penyebaran virus ini.

“Walaupun demikian, kontraksi ekonomi Maluku pada triwulan II 2020 masih lebih baik dibandingkan dengan kontraksi ekonomi nasional yang tumbuh negatif 5,32%,” ungkap Manullang dalam rilisnya yang diterima redaksi Siwalimanews, Senin(10/8).

Sementara dari sisi pengeluaran kata dia, kontraksi ekonomi Maluku utamanya disebabkan oleh kontraksi konsumsi. Konsumsi pemerintah pada triwulan II 2020 mengalami kontraksi negatif 4,55%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan kinerja triwulan I 2020 sebesar 3,36%.

Kontraksi tersebut disebabkan oleh tertundanya realisasi belanja modal Pemerintah Daerah di tengah pandemi Covid-19. Dalam triwulan II tersebut, pemda fokus dalam merealisasikan anggaran operasional dan realokasi anggaran belanja, antara lain untuk penguatan jaring pengaman sosial, pemberian bansos, serta pembayaran biaya kesehatan untuk perawatan pasien Covid.

“Selanjutnya, konsumsi rumah tangga dan konsumsi LNPRT juga mengalami kontraksi, masing-masing negatif 1,90%  dan 0,06%,” tuturnya.

Menurutnya, meluasnya penularan Covid-19 di Maluku serta pemberlakuanPSBB di Kota Ambon memberikan andil terbesar terhadap turunnya permintaan masyarakat.  Sementara, kontraksi pada konsumsi LNPRT diakibatkan adanya pembatasan aktivitas sosial dan keagamaan sepanjang triwulan II 2020.

Namun demikian, kinerja ekspor luar negeri Maluku masih mencatatkan kinerja positif, yaitu tumbuh sebesar 1,57%. Tumbuhnya kinerja ekspor luar negeri Maluku pada triwulan II  ditopang oleh tingginya ekspor hasil laut Maluku yaitu komoditas udang, mutiara dan ikan olahan.

“Ekspor udang dari Maluku terpantau terus mengalami peningkatan yang signifikan seiring dengan meningkatnya permintaan dari Tiongkok,” imbuhnya.

Dari sisi lapangan usaha (LU) tambah Mnaullang, kontraksi ekonomi Maluku utamanya disebabkan oleh kontraksi pada LU transportasi dan pergudangan, LU penyediaan akomodasi, makanan, dan minuman serta LU perdagangan.

LU transportasi dan pergudangan tercatat mengalami kontraksi negatif sebesar 17,97% ini sejalan dengan turunnya permintaan masyarakat terhadap jasa transportasi akibat pemberlakukan PSBB. Hla ini juga menyebabkan turunnya jumlah wisatawan asing dan wisatawan domestik ke Maluku, dan menyebabkan LU penyediaan akomodasi, makanan, dan minuman mengalami kontraksi negatif 11,88%.

“Kita berharap, ekonomi Maluku pada triwulan III 2020 diperkirakan mulai membaik, meskipun masih akan dibayangi oleh dampak Covid-19 yang membatasi konsumsi masyarakat,” harapnya.(Mg-5)