NAMLEA, Siwalimanews – Sebanyak 12 desa di tiga kecamatan pada dataran Waeapo, Kabupaten Buru, dilanda banjir bandang. Banjir ini terjadi diduga, akibat luapan air dari bendungan waeapo yang kini masih dalam tahap pekerjaan .

Banjir bandang yang terjadi di dataran Waeapo itu terjadi, Jumat (5/7) siang dimana intensitas hujan semakin tinggi pada sore hari sekitar pukul 17.00 WIT, hingga malam dini hari. Namun menjelang Sabtu (6/7) pagi hujan mulai berhenti dan luapan sungai Waeapo juga mulai mereda.

Warga pada 12 ini yang mengungsi belum berani kembali ke rumah mereka, karena rumah-rumah mereka masih terendam air dan lumpur .

12 Desa yang dilaporkan terendam itu meliputi, dua Desa di Kecamatan Waeapo, yakni Desa Waenetat dan Wanareja, kemudian di Kecamatan Lolongquba yakni Desa Grandeng, Wanakarta, Ohilahing, dan   Desa Waegernangan.

Selanjutnya di Kecamatan Waelata, meliputi, SP 2 Desa Debowai, Desa Persiapan Wamsait, Waileman, Waitina, Waehata dan Waplan.

Baca Juga: Assagaff: Saya tak Maju di Pilkada Maluku

Akibat banjir bandang ini, kurang lebih ada ratusan unit rumah warga dan beberapa fasilitas pendidikan terendam banjir. Desa yang paling terparah dilanda banjir bandang yaitu, Desa Waelemen di Kecamatan Waelata.

Pasalnya, air memasuki rumah warga dengan ketinggian lebih dari dua meter, sehingga warga yang tidak sempat mengevakuasi diri, memilih mengungsi bersama keluarga di atap rumah. Bahkan selain rumah warga yang tergenang, sejumlah fasilitas desa dan bangunan sekolah juga tidak luput dari banjir .

Bahkan warga di desa ini meminta pertolongan lewat media massa facebook  dengan mengirimkan foto dokumentasi dan video kalau ada air sudah mencapai ujung atap rumah mereka.

Sejak Jumat sore kemarin , air yang melintasi badan jalan nasional di Grandeng setinggi pinggang orang dewasa, juga menyebabkan jalur lintas Buru – Buru Selatan di poros tersebut juga tidak dapat dilewati, namun kini air telah surut .

Walaupun demikian, jalan lintas darat Buru – Buru Selatan (Mako – Namrole) untuk sementara belum dapat dilewati kendaraan roda empat, karena pada kejadian kemarin juga ada terjadi musibah tanah longsor di pegunungan, sehingga jalan sempat terputus.

Hingga berita ini dipublikasikan, belum ada keterangan resmi dari Pemkab Buru maupun pihak yang bertanggungjawab perihal banjir bandang yang baru pernah terjadi dan melanda sampai 12 desa tersebut.

Bahkan, pihak pengelola proyek Bendungan Waepo maupun Satker SDA juga sulit dihubungi untuk dimintai tanggapan. Selain itu pihak pengelola proyek juga belum merespon balik kicauan di berbagai media sosial yang menuding banjir bandang ini akibat tanggul jebol dan luapan air di proyek tersebut .

Informasi yang berhasil dihimpun menyebutkan, diduga kalau proyek Bendungan Waeapo juga ikut beri andil dalam kejadian banjir bandang sehari sebelumnnya.

“Bukan tanggul yang jebol, tapi yang benar itu kerusakan pada temporary cover dam (Bendungan Penutupan Sementara),” tulis sumber terpercaya di proyek bendaungan waeapo lewat pesan WhatsApp.

Paska banjir bandang ini juga, donasi berupa makanan, air mineral serta pakaian kepada para korban banjir terus mengalir  kepada masyarakat di 12 desa ini.

Sejumlah tokoh parpol juga mengulurkan bantuan, seperti dari Ketua DPD Partai Nasdem Buru MDR bersama sang istri Bella Shofie yang mengirimkan 700 karton mie instan dan 500 karton air mineral.

Keluarga besar IKKTB yang dikomandani Je Ibrahim Tan dan Erwin Tanaya, juga membuka posko di lokasi bencana dan memberikan bantuan kepada para korban banjir. Sehari sebelumnya, donasi bantuan kepada korban banjir pertama kali datang dari Polres Buru dan Kodim 1506 Namlea. Bukan hanya memberi bantuan saja, tapi sejumlah personel dari kedua kesatuan ini terjun langsung di lapangan untuk membantu para korban.

Pemkab Buru juga telah mengirim bantuan untuk diberikan kepada para korban bencana.(S-15)