KITA ketahui bahwa di penghujung tahun 2023 ini kasus covid-19 ternyata meningkat. Informasinya bermula dari Singapura, lalu Malaysia dan kini di negara kita juga. Di Jakarta saja, per 11 Desember 2023 sudah tercatat dua kasus covid-19 meninggal di Desember 2023 ini, padahal selama Oktober-November sudah tidak ada kasus kematian sama sekali.

Selain berbagai program penting pengendalian covid-19 maka kini banyak kembali disorot tentang vaksinasi. Di Desember ini juga WHO mengeluarkan dokumen catatan informasi (information note) tentang perkembangan terkini vaksinasi covid-19 dalam bentuk pesan kesehatan, strategi vaksinasi, dan rekomendasi kebijakannya dalam judul resmi Increasing Covid-19 Vaccination Uptake – An update on Messaging, Delivery Strategies and Policy Recommendations.

Dokumen yang isinya sedikit banyak sesuai kebutuhan kita karena kasus sedang naik itu ialah hasil dari tim yang dibentuk WHO yang bernama Strategic Advisory Group of Experts on Immunization (SAGE) dengan anggota para pakar tingkat dunia, yang mengeluarkan laporan pada November 2023. Walaupun bukan anggota SAGE, saya sudah pernah beberapa kali mengikuti pertemuan SAGE dan memahami betul bobot ilmiah yang dibahas.

Rekomendasi terbaru

Dokumen terbaru ini bermula dari setidaknya empat hal, juga beberapa hal baru yang perlu kita ketahui dan bila mungkin diterapkan di negara kita. Pertama, covid-19 masih ada dan masih terus menyebar dan bahkan mungkin mengancam jiwa, dan ini kembali terbukti di negara kita.

Baca Juga: Kenapa Orangtua Menganiaya Anaknya?

Kedua, vaksinasi jelas menurunkan risiko mendapat sakit berat dan juga kematian. Ketiga, vaksinasi covid-19 jelas terbukti aman. Sejauh ini sudah lebih dari 13 miliar dosis vaksin yang disuntikkan di dunia. Keempat, bila tersedia maka dianjurkan pemberian vaksin covid-19 bersama dengan vaksin influenza kepada mereka yang kelompok risiko tinggi. Ini yang agak baru untuk kita karena vaksinasi influenza memang belum terlalu banyak dikenal luas.

Yang disebut sebagai kelompok risiko tinggi ialah para warga lansia, penyandang penyakit kronik, mereka dengan gangguan daya tahan tubuh (immunocompromised), wanita hamil (untuk perlindungan sang Ibu dan anak yang dikandungnya), serta petugas kesehatan.

Memang secara umum kita dapat saja memberi vaksin covid-19 bersama dengan vaksin yang lain. Hanya, kalau diberikan pada saat yang sama, memang dianjurkan pada sisi tubuh yang berbeda (satu di kiri dan satu di kanan), lebih baik lagi satu di ekstermitas atas dan satunya di ekstremitas bawah

SAGE juga menyampaikan bahwa bagi mereka yang sekarang belum divaksin dapat segera mendapatkan vaksin pertamanya, lalu diulang lagi 6 bulan sampai 1 tahun kemudian. Rekomendasi baru dengan prosedur yang lebih praktis ini berdasarkan pertimbangan bahwa covid-19 sekarang relatif lebih ringan, sudah cukup banyaknya imunitas pada penduduk, serta kelancaran implementasi program dan meningkatkan penerimaan masyarakat luas.

Disampaikan pula bahwa prioritas yang amat utama (high priority-use groups) untuk mendapat vaksinasi covid-19 ialah mereka yang sudah amat tua (oldest adults), mereka yang lansia lebih tua khususnya dengan penyakit penyerta (komorbid), serta mereka dengan obesitas berat atau berbagai komorbid bermakna seperti diabetes, penyakit paru kronik, penyakit jantung, penyakit hati, dan gangguan ginjal.

Satu hal lagi ditegaskan bahwa WHO merekomendasikan vaksinasi ulangan kepada mereka yang sudah pernah menerimanya, termasuk yang sudah pernah tertular dan sakit covid-19. Di sisi lain, WHO menyatakan belum ada bukti ilmiah yang memadai untuk merekomendasikan vaksinasi ulangan setiap tahun, walaupun disebut juga bahwa negara-negara yang memang sudah punya program rutin tahunan vaksinasi untuk penyakit paru dan pernapasan lain (seperti influenza dll) dapat saja mempertimbangkan vaksinasi ulang covid-19 sebelum masuk musim yang lebih dingin cuacanya, sesuatu yang tampaknya tidak sesuai kalau diterapkan di negara kita.

Disampaikan juga, WHO akan terus memonitor situasi yang berkembang dan mungkin saja memperbarui rekomendasi bila diperlukan dan ada bukti ilmiah memadai. Jenis vaksin yang disebut dalam dokumen ini ialah vaksin dari virus yang dilemahkan (inactivated vaccines) yang kini digunakan luas di negara kita, vaksin vektor dan vaksin mRNA termasuk jenis bivalen (untuk varian yang lalu dan varian omikron), serta vaksin khusus untuk varian XBB (monovalent XBB vaccines).

Akan baik kalau di negara kita juga tersedia vaksin bivalen dan vaksin XBB monovalen. Kajian SAGE ini menyebutkan, walaupun vaksin ulangan dapat menggunakan jenis yang mana pun juga, kalau vaksin awal ialah jenis inactivated vaccines, akan lebih baik kalau vaksin ulangan yang disuntikkan ialah yang jenis vaksin vektor dan vaksin mRNA.

Program di masyarakat

Dalam dokumen terbaru ini juga diperkenalkan istilah imunitas hibrida (hybrid immunity), yakni proteksi yang didapat dari vaksin dan juga dari infeksi covid-19. Disebutkan bahwa imunitas hibrida memicu perlindungan untuk mendapat dampak parah kalau tertular covid-19 lagi dan memberi proteksi yang lebih panjang.

Di bagian akhir dokumen ini disebutkan bahwa WHO merekomedasikan agar negara-negara mempertimbangkan pengalihan/transisi dari vaksinasi covid-19 secara massal dalam bentuk program khusus menjadi program yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan primer, serta berbagai pendekatan khusus untuk dapat menjangkau kelompok risiko tinggi.

WHO menganjurkan agar program bermula dengan analisis dan penggunaan data sosial serta perilaku masyarakat sehingga dapat dilakukan pendekatan efektif sesuai kebutuhan di lapangan. Dianjurkan pula agar ada koordinasi, perencanaan, dan kemitraan dengan berbagai elemen masyarakat sehingga vaksinasi dapat mencapai sasaran, khususnya pada kelompok risiko tinggi. Disebutkan juga pentingnya advokasi untuk mendapatkan komitmen politik di berbagai tingkat, serta penyuluhan kesehatan yang terstruktur baik kepada masyarakat luas. Akhirnya, WHO pun menyampaikan peran penting petugas kesehatan untuk kesuksesan vaksinasi ini, dan tentu harus disertai sistem monitoring dan evaluasi yang baik.

Nah, untuk kita di Indonesia, kalau di tahun depan vaksinasi covid-19 akan diintegrasikan ke program vaksinasi di puskesmas, misalnya, maka tentu idealnya ialah dengan biaya amat terjangkau, seperti juga pelayanan kesehatan lain yang diterima masyarakat di seluruh puskesmas kita.

Data Kementerian Kesehatan versi 11 Desember 2023 menyebutkan bahwa cakupan vaksinasi dosis ketiga di negara kita ialah 38,17%. Adapun cakupan dosis keempat bahkan hanya 2%. Mungkin sebagian anggota masyarakat sudah agak lama mendapatkan vaksinnya, bukan tidak mungkin lebih dari beberapa bulan.

Dengan meningkatnya kasus sekarang ini, perlu dikelola dengan baik bagaimana pola dan strategi pemberian vaksinasi kepada masyarakat kita, tentu dengan mempertimbangkan berbagai analisis dan rekomendasi dari tim WHO, yakni Strategic Advisory Group of Experts on Immunization (SAGE). Di samping itu, tentu akan lebih baik kalau kita bisa mendapat pilihan jenis vaksin covid-19 yang terbaik, sesuai dengan varian yang sekarang dominan ada di sekitar kita. Oleh: Tjandra Yoga Aditama Direktur Pascasarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta Kepala Balitbangkes (*)