7 Bahaya Vape, Candu Hingga Penyakit Paru
Terpikir untuk berhenti merokok, Anda tidak sendirian. Sekitar 7 dari 10 perokok di dunia juga mengatakan keinginannya untuk berhenti. Kehadiran vape atau rokok elektrik sejak 2003 silam sempat menjadi angin segar bagi sejumlah perokok yang ingin lepas dari rokok konvensional.
Sayangnya, kini vape diduga menimbulkan sejumlah masalah kesehatan, bahkan terbukti gagal untuk membuat orang benar-benar berhenti dari rokok konvensional.
Melansir Johns Hopkins Medicine, Michael Blaha, M.D., M.P.H. yang merupakan direktur penelitian klinis di Johns Hopkins Ciccarone Center untuk Pencegahan Penyakit Jantung mengatakan bahwa vape bukanlah pilihan sehat pengganti rokok. Karena itu, setiap orang perlu mengenal tentang bahaya vape sesungguhnya.
- Picu penyakit paru
Vitamin E asetat kimia yang terkandung dalam vape dicurigai jadi penyebab penyakit paru-paru yang berujung kematian. Melansir CNN Rabu (11/9), enam orang dinyatakan meninggal dunia akibat penyakit paru yang terkait dengan kebiasaan vaping.
- Mengandung senyawa mirip formalin
Mengutip Science Daily, sejumlah penelitian menemukan adanya kimia aldehida, yaitu kimia sejenis formaldehida yang diketahui menyebabkan kanker pada manusia, ditemukan dalam emisi vape.
Baca Juga: Beda Manfaat dan Kegunaan Gula Pasir dan Gula JawaPenelitian yang dilakukan Desert Research Institute (DRI) dan University of Nevada menunjukkan bahwa sejumlah besar bahan kimia penyebab kanker seperti formaldehida diserap oleh saluran pernapasan selama sesi vaping.
- Tidak mendapat izin resmi
Meski diklaim sebagai cara untuk membantu Anda berhenti merokok, kehadiran vape ternyata belum mendapat persetujuan Food and Drug Administration (FDA) sebagai perangkat untuk ‘menyembuhkan’ kecanduan merokok.
“Anda bahkan membiarkan diri Anda untuk terpapar zat yang tidak diketahui keamanannya dan mungkin bisa sangat berbahaya,” tutur Blaha.
- Bisa meledak
Seorang remaja berusia 12 tahun di Nevada, Amerika Serikat, mengalami pendarahan mulut, gigi patah, dan lubang di bagian rahang akibat vape yang meledak. Korban harus menjalani prosedur operasi untuk memperbaiki tulang rahang yang hancur.
“Orang-orang perlu tahu bahwa perangkat ini bisa meledak, bahkan di wajah Anda,” ujar dr Katie Russel, yang menangani kasus tersebut di Primary Children’s Hospital, melansir CNN.
- Menciptakan candu baru
Pada 2015, ahli bedah umum AS melaporkan bahwa penggunaan vape di kalangan siswa sekolah menengah telah meningkat 900 persen. Sebanyak 40 persen pengguna vape bahkan tidak pernah merokok tembakau biasa. Menurut Blaha, ada tiga alasan mengapa vape mungkin sangat menarik bagi kawula muda dan membentuk sebuah candu baru.
Alasan pertama ialah anggapan bahwa vape lebih sehat karena mendung vitamin dan perasa sari buah. Lalu, biaya untuk menghisap vape tergolong lebih murah ketimbang rokok konvensional. Ketiga, bau asap vape yang wangi serta tampilan yang trendi, juga membuat mengguna vape terlihat bergengsi. Padahal, ini tak sebaik apa yang dikira.
- Konsumsi dua rokok sekaligus
Sebuah studi baru menemukan bahwa kebanyakan orang yang menggunakan vape untuk menghentikan candu nikotin, justru terjebak dalam penggunaan keduanya. Sehingga tak sedikit orang yang kini terjebak dalam risiko kesehatan akibat rokok konvensional sekaligus vape.
- Rokok tembakau modern
Vape kini berkembang menjadi generasi baru rokok tembakau karena ditemukan mengandung nikotin, termasuk ganja bahkan mariyuana. Nikotin sendiri memiliki efek candung yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan seseorang terkena serangan jantung, stroke, dan kanker. (*)
Tinggalkan Balasan