Manis dan kenyalnya boba berhasil memikat hati banyak orang. Tak sedikit orang yang rela mengantre selama berjam-jam demi bisa menikmati sejumlah minuman kekinian yang paling hits di kota.

Tak hanya dalam minuman, boba juga tengah ‘melebarkan sayap’ ke berbagai makanan, mulai dari mie goreng boba, pizza boba, pie boba, hingga kue-kue dengan topping boba.

Namun, kebanyakan olahan boba di­anggap mengandung kalori tinggi namun rendah gizi, seperti yang terdapat dalam segelas minuman boba. Risiko gangguan pencernaan, obesitas hingga diabetes bisa mengintai jika konsumsi minuman boba berlebihan.

Kabar baiknya, penyakit tadi ‘hanya’ mengintai bila Anda terlalu sering me­ngonsumsi boba. Menurut dokter spesialis penyakit dalam RS Atma Jaya Pluit Laurentius Aswin Pramono, bukan berarti orang sama sekali tak boleh mengonsumsi boba.

Menurutnya, minuman boba sah-sah saja untuk dinikmati. Hanya saja, agar boba-boba kenyal tak menyebabkan masalah kesehatan, berikut beberapa kiat sehat untuk me­ng­onsumsi boba.

Baca Juga: 9 dari 10 Anak Kurang Serat, Gangguan Pencernaan Mengintai
  1. Takar jumlah

kalori segelas minuman boba setara dengan seporsi nasi plus lauk pauk. Aswin menuturkan, meski kandungan kalori setara, tetapi kandungan gizi dalam minuman boba jelas jauh dari kebutuhan tubuh. Minuman boba dinilai hanya mengandung karbohidrat, nyaris tanpa kandungan gizi lain.

“Kalau dimakan sesekali waktu enggak apa-apa, tubuh kan perlu gula, perlu karbohidrat,” kata dia saat dihu­bungi CNNIndonesia.com, Kamis (5/9).

Dia menyarankan konsumsi minuman boba baiknya hanya seminggu sekali atau dua kali. Minuman boba dapat menjadi pilihan sebagai pengganti camilan sore dan menjadi penyelamat ketika perut lapar.

  1. Imbangi dengan asupan serat

Seorang wanita di China ditemukan alami sembelit selama seminggu akibat terlalu sering mengonsumsi minuman boba. Boba-boba yang terbuat dari tepung tapioka tersebut ternyata menggumpal di usus dan menyebabkan gangguan pencernaan.

Salah satu penyebab sembelit yang dialami sang wanita bisa dise­babkan karena kurang­nya asupan serat sehingga boba-boba sulit dicerna. Sehingga ada baiknya untuk mengimbangi asupan boba dengan makanan yang mengandung serat.

Agar cukup serat, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan konsumsi sayuran dan buah-buahan sekitar 400 gram per orang per hari, yang terdiri dari 250 gram sayur (setara 2 gelas sayur setelah dimasak dan ditiriskan) dan 150 gram buah (setara dengan 3 buah pisang ambon ukuran sedang atau 1 potong pepaya ukuran sedang atau 3 buah jeruk ukuran sedang).

  1. Prinsip 4 sehat 5 sempurna

Bola-bola boba yang terbuat dari te­pung tapioka bisa cukup menge­nyang­kan. Namun tubuh tak butuh sekadar ke­nyang, tubuh butuh asupan yang seimbang.

Aswin mengatakan prinsip empat sehat lima masih sangat relevan dengan kondisi saat ini. Kebutuhan gizi musti tetap dipenuhi seperti karbohidrat dari nasi, kentang, roti, kemudian protein dari daging, telur, lemak serta vitamin plus mineral dari buah dan sayur.

“Jadi enggak hanya terkonsentrasi pada minuman bergula,” imbuhnya.

Bila tergila-gila dengan minuman boba, Anda bisa menyiasatinya dengan menga­sup makanan lengkap gizi pada pagi dan siang hari. Anda bisa memanfaatkan sore hari untuk menikmati boba-boba nikmat, lalu lanjutkan dengan konsumsi salad sayur atau buah untuk makan malam. Hindari untuk mengonsumsi karbohidrat usai menikmati boba, karena asupan gula akan berlipat ganda.

  1. Cek gula darah

Tak hanya orang tua, kawula muda kini juga dianjurkan untuk melakukan cek kesehatan rutin, seperti gula darah dan kolesterol, akibat tren gaya hidup yang tengah berubah.

Minuman boba dan minuman kekinian umumnya tinggi pemanis sehingga kadar gula darah begitu cepat naik. Saat konsumsi dilakukan terus-menerus, dalam waktu lama, gula bisa bertahan dalam darah dan meningkatkan risiko prediabetes hingga diabetes. Kondisi ini bisa menjadi parah karena tak ada gejala apa-apa saat kadar gula darah tinggi. Berbeda saat tubuh kekurangan darah.

“Kalau (gula) tinggi, tubuh enggak kasih sinyal sehingga wajib cek kadar gula darah. Gejala biasanya muncul kalau sudah timbul penyakit seperti sering minum, sering makan tapi kurus, juga sering kencing,” jelasnya. (*)