AMBON, Siwalimanews – Universitas Pattimura kembali melakukan kerjasama dengan Yayasan Fokus Nexus Tiga.

Kerjasama itu ditandai dengan penandatanganan MoU yang berlangsung di ruang rapat lantai III  Gedung Rektorat Unpatti yang dilakukan oleh Rektor Unpatti, Prof Fredy Leiwakabessy bersama pihak Yayasan yang diwakili  Wakil Ketua Yayasan Yuyun Ismawati Drwiega.

Rektor dalam rilisnya yang diterima redaksi Siwalimanews, Kamis (5/9) menjelaskan, kerjasama ini bertujuan melakukan pengumpulan sampel dan penyusunan kajian teknis, untuk penyusunan rencana aksi daerah pengurangan dan penghapusan mercuri di Provinsi Maluku.

“Kita sudah banyak menjalin kerjasama, baik didalam negeri maupun luar negeri. Baik dengan institusi pemerintah, swasta maupun lainnya. Untuk hari ini, mengingat Maluku dengan SDA yang melimpah, seperti emas, nikel dan marmer, namun untuk mengelolanya, belum banyak yang paham apakah pengelolaan itu membawa dampak bagi masyarakat dan juga lingkungan sekitar, maka itu diberikan edukasi lewat dukungan berbagai pihak,” tulis rektor.

Rector mengaku, kerjasama ini juga dalam rangka mengoptimalkan prinsip kemitraan yang saling memberikan manfaat, sehingga diharapkan, kerjasama ini dapat diimplementasikan bersama, serta dapat mendatangkan hasil yang baik bagi masyarakat.

Baca Juga: Alami Kerusakan Mesin, Enam Penumpang Long Boat di Tual Berhasil Dievakuasi

Masih dalam rilis itu, Wakil Ketua Yayasan  Yuyun Ismawati Drwiega menjelaskan, Nexus Foundation for Environmental, Health, and Development, bekerja untuk melindungi masyarakat, terutama populasi yang rentan terhadap dampak dari pembangunan bagi kesehatan dan lingkungan masyarakat.

Nexus3 sendiri bekerja menuju masa depan yang adil, bebas beracun, dan hidup berkelanjutan.

“Indonesia merupakan produsen merkuri, sehingga kegiatan tambang emas masih sangat massif, dimana pada awal tahun 2015 hingga 2016, harga mercuri masih terbilang murah, Rp. 250.000/kilo. Itu sehingga Ibdonesia masih jadi produsen. Itu yang membuat kami melakukan studi tentang perdagangan Mlmercuri di Indonesia, dan kami juga melakukan identifikasi dan mengamati para pedagang. Karena dampaknya, banyak anak yang lahir cacat,”ujatnya.

Dari kasus itu sambungnya, sehingga mendorong pihak yayasan untuk membuat sebuah program, yaitu chime, children’s health interventions in Mmercury-polluted environment.

Chime sendiri merupakan sebuah program inisiatif untuk meningkatkan kesehatan anak di daerah pertambangan emas skala kecil, dimana rakyat yang telah terkontaminasi mercuri dari kegiatan penambangan emas.

Tujuan keseluruhan program ini adalah untuk menegakkan hak anak untuk hidup dilingkungan yang sehat melalui kegiatan peningkatan kesadaran, advokasi, serta peningkatan kapasitas bagi wanita usia subur, pemuda, guru, dan petugas kesehatan untuk mencegah keracunan mercuri dari kegiatan penambangan emas.

“Karena itu kami berharap, kerjasama ini terus berjalan dan implementasinya dapat berdampak bagi masyarakat,”harapnya. (S-25)