Mayoritas orang berkomunikasi secara lisan menggunakan bahasa dengan kosakata yang mudah dipahami. Namun, saat digunakan dalam tulisan resmi atau artikel, kadang kala ada kata sulit dipahami karena ada beberapa kata kurang populer di masyarakat. Kata yang kurang populer adalah kata yang jarang digunakan oleh penutur. Ketika seseorang menemukan kata yang tidak sering digunakan tersebut di sebuah artikel atau tulisan resmi, kata tersebut sering dianggap kata asing. Padahal, mungkin saja kata tersebut sudah termuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Hanya saja,  kata tersebut kurang dikenal oleh masyarakat atau kurang populer di masyarakat.

Salah satu kata yang kurang populer adalah tulat. Mayoritas orang menyebut kata tersebut dengan setelah lusa. Ada juga kata selumbari biasanya disebut dengan kemarin-kemarin atau kata lainnya seperti naratama yang artinya ‘orang yang perlu mendapat perilaku khusus’. Ada pula kata sepah yang artinya ’ampas’ dan kata adarusa yang artinya ’orang yang meminjam sesuatu (tentang uang atau barang), tetapi tidak ada kemauan untuk mengembalikan uang atau barang tersebut’.

KBBI memuat kata seperti adarusa, naratama, tulat, selumbari, dan sepah yang diambil berdasarkan penggunaan bahasa di masyarakat, tetapi sayangnya kata tersebut kurang dikenal secara luas. Walaupun Redaksi KBBI melakukan pembaruan kosakata setiap tahun pada bulan April dan Oktober, tetap banyak kata yang belum dikenal oleh masyarakat luas. Apa saja kata yang kurang dikenal itu? Berikut ini uraian 24 kata yang kurang dikenal dan termuat di KBBI.

  1. adarusa ‘orang yang meminjam sesuatu (tentang uang atau barang), tetapi tidak ada kemauan untuk mengembalikan uang atau barang tersebut’
  2. walakin ‘tetapi; akan tetapi’
  3. menggangsir ‘membuat tembusan atau meng­gali dalam tanah’
  4. monsun ‘iklim yang ditandai oleh pergantian arah angin dan musim hujan atau kemarau selang lebih kurang enam bulan, mengikuti posisi matahari pada bulan Juni dan Desember, terdapat di daerah tropis dan subtropis yang diapit oleh benua dan samudra’
  5. femisida ‘pembunuhan seorang perempuan oleh laki-laki karena kebenciannya terhadap perempuan’
  6. feronikel ‘paduan antara besi dan nikel’
  7. trengginas ‘lincah dan terampil (dalam permainan dan sebagainya); tangkas’
  8. coklit ‘pencocokan dan penelitian’
  9. ijon ‘kredit yang diberikan kepada petani, nelayan, atau pengusaha kecil, yang pembayarannya dilakukan dengan hasil panen atau produksi berdasarkan harga jual yang rendah’
  10. defile ‘persamaan dari kata parade atau pawai’
  11. selumbari ‘kemarin dulu’
  12. tulat ‘hari sesudah lusa’
  13. tubin ‘tubin adalah hari keempat dari sekarang’
  14. menahbiskan ‘memberkati, meneguhkan, mengukuhkan (orang, rumah, dan sebagainya)’
  15. snob ‘orang yang senang meniru gaya hidup atau selera orang lain yang dianggap lebih daripadanya tanpa perasaan malu’.
  16. alergen ‘substansi yang dapat menye­babkan alergi, misalnya serbuk sari, bulu binatang, dan makanan tertentu’
  17. cono ‘bentuk tanduk sapi jantan yang ujungnya melengkung ke belakang’
  18. aristokrat ‘orang dari golongan bangsawan; ningrat’
  19. sepah ‘ampas sesuatu yang sudah dikunyah dan diisap air atau sarinya’
  20. generalis ‘orang yang keterampilan atau minatnya mencakupi beberapa bidang yang berbeda’
  21. prevalensi ‘jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi pada suatu waktu tertentu di suatu wilayah’
  22. pantarlih ‘pendaftaran pemilih’
  23. naratama ‘orang yang diberikan pelayanan khusus, seperti ruangan, makanan, minuman, dan kebutuhan tambahan’
  24. naratetama ‘orang yang diberikan pela­ya­nan sangat khusus, seperti ruangan, makanan, dan minuman’

Sebanyak 24 kata tersebut kurang populer walaupun sudah termuat dalam KBBI. Ketidakpopuleran tersebut didasarkan pada hasil penelusuran penggunaan kata melalui Google Trends (https://trends.google.co.id/trends/) dengan data penggunaan dari tahun 2004 sampai dengan 31 Juli 2024 yang memperlihatkan bahwa 24 kata tersebut kurang digunakan oleh penutur. Penggunaan kata rumah yang terdata oleh Google Trends dari tanggal 30 Juli 2024 pukul 11.02 WIT sampai dengan 31 Juli 2024 pukul 11.02 WIT adalah sebanyak 2.740 kali. Jika dibandingkan dengan kata rumah yang dalam waktu 1 hari saja sudah ribuan kali digunakan, 24 kata di atas dalam kurun waktu kurang lebih 19 tahun masih minim digunakan. Itulah sebabnya 24 kata itu dikatakan kurang populer. Berikut ini adalah data penggunaan 24 kata tersebut.

  1. adarusa: 213
  2. walakin: 188
  3. menggangsir: 0
  4. monsun: 175
  5. femisida: 240
  6. feronikel: 62
  7. trengginas: 182
  8. coklit: 393
  9. ijon: 138
  10. defile: 33
  11. selumbari: 95
  12. tulat: 276
  13. tubin: 75
  14. menahbiskan: 185
  15. snob: 82
  16. alergen: 225
  17. cono: 0
  18. aristokrat: 217
  19. sepah: 48
  20. generalis: 344
  21. prevalensi: 86
  22. pantarlih: 155
  23. naratama: 108
  24. naratetama: 192

Semoga tulisan ini dapat memberikan informasi kepada pembaca bahwa masih banyak kata dalam KBBI yang tidak populer akibat tidak digunakan secara masif. Sebagai penutur bahasa Indonesia, kita harus turut serta melazimkan atau memo­pulerkan kata bahasa Indonesia dengan penggunaan sangat jarang tersebut agar dikenal luas.Oleh: Indrayadi, S.S.Staf Teknis di Kantor Bahasa Provinsi Maluku.(*)

Baca Juga: Ketika Phishing Diperkuat GenAI, Saatnya Update Pelatihan Keamanan Siber