Dua tahun dipercayakan sebagai Penjabat Walikota Ambon, ternyata tidaklah cu­kup untuk membenahi dan membangun Kota Ambon. Mengapa ? karena Kota Ambon butuh inovasi dan tero­bosan, Kota Ambon butuh sosok pemimpin yang  hadir untuk menjawab apa yang menjadi kebutuhan warga kota bertajuk  manise ini.

Berikut nukilan wawancara Reporter Harian Siwalima, Fabiola Jolanda Koenoe ber­sama Drs Bodewin Melkias Wattimena, M.Si, pria berke­lahiran Ambon, 4 Mei 1975, bakal calon Walikota Ambon pe­riode 2024-2029, melalui telepon selulernya, pekan kemarin.

Apa yang memotivasi anda untuk mencalonkan diri sebagai Wali­kota Ambon di Pilkada Serentak 2024 ?

Saya lahir dan tumbuh di Kota Ambon, tentunya berkeinginan agar Kota  Ambon  lebih maju, paling tidak kehadiran saya bisa menjawab apa yang menjadi kebutuhan dasar masyarakat saat ini.

Saat dipercayakan sebagai Pen­jabat Walikota Ambon selama dua periode, anda dinilai cukup ber­hasil melalui program dan inovasi yang dilakukan.  Bagaimana tang­gapan anda terhadap penilaian masyarakat terkait kepemimpinan anda itu ?

Baca Juga: Bawaslu Temukan 35 Warga Malteng Terdaftar Jadi Pemilih di SBB

Berhasil tidaknya kepemimpinan bukan semata karena pemimpinnya saja tetapi tergantung kepada se­luruh pihak yang bekerja sama menghasilkan keberhasilan itu tetapi memang jadi seorang pe­mimpin itu tidak mudah, ketika berhasil dipuji tetapi ketika tidak berhasil dihujat. Itu konsekuensi seorang pemimpin tetapi  bagi saya keberhasilan yang dicapai selama dua tahun terakhir, tidak semua hal bisa diselesaikan dengan baik tetapi paling tidak ada hal-hal yang paling prinsip saya mencoba melakukan­nya. Paling tidak memberikan keper­cayaan publik kepada pemerintah dan masyarakat dapat merasakan bahwa pemerintah betul-betul hadir dan menjawab apa yang menjadi kebutuhan mereka.

Tentu keberhasilan itu tidak ha­nya dinarasikan tetapi ada data, fakta yang menunjukan bahwa selama memimpin dua tahun ada perubahan, ada peningkatan dari yang sebelumnya yang mungkin sudah baik menjadi lebih baik, dari yang kurang baik menjadi baik. Karena itu, dari sekian banyak indikator penilaian yang dimiliki oleh pemerintah pusat kepada pemerin­tah kota/kabupaten, paling tidak apresiasi, penghargaan yang diberi­kan kepada Pemerintah Kota Ambon cukup banyak dan itu pertanda bahwa Pemerintah kota selama dua tahun terakhir berjalan dalam rell on the track itu paling tidak menjawab dua hal, yakni satu, memperbaiki persoalan yang ada saat masuk menjadi penjabat dan kedua,  me­ningkatkan apa yang sudah baik menjadi lebih baik dan jika diapre­siasi maka saya kira itu hasil kerja bersama saya selaku penjabat kepa­la daerah dengan seluruh ASN mau­pun seluruh stakeholder yang ada.

Apa arti Slogan Tau Pi, Tau Bale, Tunggu Beta Bale, yang nampak  pada spanduk dan flayer di khayak ramai saat ini ?

Itu sebenarnya sesuatu yang mun­cul secara spontan ketika se­orang teman bertanya saat penye­rahan surat tugas Partai Demokrat di Gong Perdamaian, beberapa waktu lalu bahwa bagaimana dengan tanggapan  masyarakat ‘Tau Pi Tau Bale’  lalu  saya jawab ‘Tunggu Beta Bale’,  sebenarnya bukan dimaknai se­bagai incumbent untuk balik seba­gai penjabat tapi paling tidak ketika saya menjadi penjabat, saya  sudah mengidentifikasi secara baik apa sebenarnya persoalan di Kota Ambon yang harus kita selesaikan, karena menyelesaikan persoalan itu tentu harus kembali dan menjadi walikota, oleh sebab itu makna ‘Tau Pi Tau Bale’ artinya mengakhiri masa tugas sebagai Penjabat Walikota Ambon kita harus keluar dari pe­merintah kota tapi kalau masya­rakat mengatakan ‘Tau Pi Tau Bale’ berarti ‘Tunggu Beta Bale’ dan dengan ‘Beta Bale’ itulah bisa menjawab berbagai persoalan yang dialami dan menjawab apa yang menjadi keinginan kecil masyarakat di kota ini.

Untuk memuluskan keinginan anda sebagai calon Walikota Ambon maka anda harus mengantongi du­kungan dari partai politik, minimal tujuh kursi di DPRD Kota Ambon. Lantas, partai politik mana saja yang sudah anda daftarkan untuk memperoleh rekomendasi ?

Ada 13 partai politik yang memiliki kursi di DPRD Kota Ambon dan saya sudah mendaftarkan diri di seluruh partai politik yang memiliki kursi, hal itu saya lakukan karena memang saya bukan seorang politisi yang memiliki sandaran partai politik namun saya seorang birokrat yang masuk ke  politik sehingga saya memilih mendaftar di seluruh partai politik dan berproses dengan hara­pan bahwa seluruh partai yang saya berproses itu saya bisa menda­patkan rekomendasi sebagai bakal calon Walikota Ambon dan sampai hari ini, publik juga sudah menge­tahui bahwa saya sudah menda­patkan rekomendasi dari Partai NasDem dan di  beberapa partai politik yang lain juga sementara berproses untuk mudah-mudahan saja memberikan dukungan rekmen­dasi kepada saya dan pada waktu­nya nanti saya  akan maju berkon­testasi dalam Pilkada Walikota dan Wakil Walikota Ambon periode 2024-2029 di tanggal 27 November nanti  dan puji syukur sampai hari ini semuanya berjalan dengan baik, paling tidak ada beberapa partai politik yang menurut saya sudah mengerucut dan mudah-mudahan pada waktunya bisa memberikan rekomendasi kepada saya untuk menambah  empat kursi yang sudah diberikan kepada saya.

Apa visi anda sebagai bakal calon Walikota Ambon periode 2024-2029 ?

Tentu sebagai orang yang turut berproses sebagai calon walikota, saya memiliki visi untuk membangun Kota Ambon kedepan yakni Ambon Manise (Maju Nyaman  Indah Manis Sejahtera),  yang inklusif, toleran  dan berkelanjutan.

Visi besar ini lahir dari hasil kajian kita terhadap kondisi Kota Ambon hari ini baik lingkungan strategis internal maupun eksternal dengan mempertimbangkan semua hal dan pernyataan visi ini nantinya dija­barkan dalam  misi dan program kerja sehingga bisa menjawab seluruh persoalan yang terjadi di Kota Ambon saat ini.

Apa yang ingin anda sampaikan menjelang perhelatan Pilkada 27 November mendatang ? 

Saat ini kita ada dalam kontestasi menjelang Pilkada serentak 2024 yang membutuhkan cara dan strategi kita untuk berupaya menang dalam kontestasi tersebut,  namun menurut saya hal yang perlu kita lakukan selain berkotenstasi, kita harus memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bagaimana kita menghadirkan pemimpin yang berkualitas, pemimpin yang baik bagi kota ini, paling tidak mestinya kita jalani dengan upaya kita untuk meyakinkan masyarakat lewat adu gagasan, adu strategi yang seka­ligus mengedukasi masyarakat ten­tang bagaimana mereka mendapat­kan potret seorang pemimpin yang baik dan tidak dibaringi dengan upaya-upaya yang menjatuhkan, menyerang, kampanye hitam yang pada akhirnya nanti bukan meng­edukasikan masyarakat tetapi mengajar masyarakat untuk memilih karena kesukaan dan kebencian. Saya rasa itu tidak baik untuk kita di Kota Ambon. Prinsipnya, saya meme­gang pesan yang disampaikan Franz Magnis Suseno bahwa ‘Pemilu bukan untuk memilih yang terbaik tetapi untuk mencegah yang ter­buruk berkuasa’.

“Su Kase Par Ambon Sampe Ambon Su Jadi Par Samua, Maka Beta Biking Tarus”.

Untuk diketahui, Drs Bodewin Melkias Wattimena, M.Si meru­pakan alumni Sekolah Tinggi  Peme­rintahan Dalam Negeri (STPDN) Tahun 1997. Menikah dengan  Felisa Maria Kalalo dan dikaruniai tiga orang anak.

Ia menggeluti pendidikan Sekolah Dasar pada SD Naskat Ama Ori Ambon, 1987 kemudian melanjutkan ke bangku SMP Hang Tuah Ambon, 1990 dan SMA Negeri Lateri, 1993.

Selanjutnya, Diploma IV, STPDN, Ilmu Pemerintahan, 1997 dan men­jadi Sarjana, Politik Pemerintahan 2002.

Adapun karir yang pernah diem­baninya, Kepala Seksi Pembangu­nan Masyarakat Desa pada Kantor Camat TNS Maluku Tengah, Kepala Bagian Dokumentasi pada Sekre­tariat DPRD Provinsi Maluku, Ke­pala Sub Bagian Pengawasan pada Sekretariat DPRD Provinsi Maluku, Kepala Sub Bagian Anggaran dan Pembayaran pada Sekretariat DPRD Provinsi Maluku, Kepala Bagian Keuangan pada Sekretariat DPRD Provinsi Maluku, Plt Sekretaris DPRD Provinsi Maluku, Sekretaris DPRD Provinsi Maluku, dan Pen­jabat Walikota Ambon selama dua periode Mei 2022-2024. (*)