AMBON, Siwalimanews – Sekretaris Kota Ambon, Agus Ririmasse, Senin (5/8) siang, mendatangi Polresta P Ambon, melaporkan Ronny Diaz, salah satu pendukung Bodewin Wattimena.

Ririmasse yang juga salah satu bakal calon Walikota Ambon ini tiba di Polresta sekitar pukul 11.20 WIT dengan menggunakan kendaraan dinas DE 9 A. Ia kemudian dipersi­lahkan masuk ke Polresta dan didampingi oleh kuasa hukumnya Ongky Hattu.

“Saya datang didampingi peng­acara saya dalam rangka membuat laporan terkait video yang beredar di media sosial facebook maupun tik tok dengan menggunakan akun palsu. Yang mana sana video ter­sebut sangat merugikan saya secara pribadi dan keluarga,” ungkap Ririmasse kepada wartawan usai menyampaikan laporan.

Menurutnya, video tersebut tidak semestinya disebarkan karena hal itu untuk kunsumsi pribadi. Ditambah lagi, video rekaman tersebut diambil oleh Ronny Diaz secara diam-diam tanpa sepengetahuannya.

Dijelaskan, kronologi yang terjadi sebenarnya mengenai video maupun rekaman suara yang beredar di media sosial tersebut, yang mana pada saat itu ia dihubungi oleh Saniri Negeri Rutong, Frengky yang tidak lain adalah sahabat Ririmasse. Yang mana Frengky ingin berkunjung ke rumah pribadi Ririmase bersama dengan Ketua Saniri Negeri Leahari, terlapor Ronny Diaz.

Baca Juga: Polisi Bekuk Pengedar Ganja, 28 Paket Diamankan

Setelah tiba, Ririmasse menjamu Frengky maupun Diaz untuk makan bersama. Selanjutnya mereka bercerita lepas di meja makan, namun saat itu direkam oleh Diaz, tanpa diketahui Ririmasse.

“Jadi gini, saat itu saya dihubungi oleh Saniri Negeri Lehari, Pak Frenky yang merupakan sahabat saya dan bilang mau bertamu bersama ketua Saniri Negeri Leahari. Lalu saya masih di kantor dan saya bilang kalau mau bertemu ya tunggu sampai saya pulang kantor. Kemudian saya pulang lalu kita makan dirumah saya, kita cerita santai-santai yang sifatnya pribadi. Akan tetapi tanpa saya sadari ternyata direkam apa yang kita cerita bersama itu, dan alangkah kagetnya saya ternyata hal itu sudah disebarkan di media sosial,” ujarnya.

Mengetahui hal itu, Ririmasse sudah mengkonfirmasi rekaman tersebut kepada Diaz, dan yang bersangkutan telah mengaku bahwa dirinya yang merekam. Parahnya lagi, setelah merekam seluruh perbincangan mereka di meja makan rumah Sekot, Diaz memberitahukan hal itu kepada salah satu kandidat bakal calon walikota Ambon, Bodewin Wattimena.

“Masa saya sudah terima, kemu­dian ajak makan lalu duduk cerita santai-santai tetapi alangkah kagetnya saya bahwa dia sebarkan di media sosial. Itu kan konsumsi pribadi tetapi kemudian dipublika­sikan, tanpa izin dan sepengetahuan saya,” tuturnya.

Merekam dan mempublikasikan tanpa sepengetahuan maupun persetujuan dari seseorang, kata Sekot, bertentangan dengan Undang Undang ITE.

“Saya sudah panggil yang bersangkutan, kita berbicara dan dia mengaku, tetapi terkesan meng­hindar, “terangnya.

Ia berharap, dengan dilaporkan­nya kasus tersebut ke Polresta maka seluruh pihak yang terlibat dalam merekam dan menyebarkan rekaman tersebut bisa terungkap.

“Saya serahkan semuanya kepada penyidik. Biarkan hal ini berproses secara hukum sehingga pihak-pihak yang terlibat itu bisa dipanggil semuanya,” ujar Ririmasse.

Sekedar tahu, dalam rekaman yang dilakukan oleh Ketua Saniri Negeri, Ronny Diaz mengatakan, rekaman itu dia putar di rumah Bodewin Wa­ttimena.

“Hari itu beta rekaman lalu beta putar akan di pa Bodewin rumah lalu ada bapa satu minta akang lalu beta pi beli rokok, setelah itu bale beta ambil HP lalu beta pulang. Itu saja pa seng ada beta sebar-sebar lai. Kalau itu beta seng tahu lai, yang lain pun beta tidak tahu lai,” ujar Ronny.

Jangan Bikin Gaduh

Kalangan akademisi mengecam isu miring yang memanas dan sengaja dimainkan jelang perhelatan pilkada serempak 27 November 2027.

Menurut mereka, ajang politik lima tahunan itu semestinya memberikan pendidikan politik yang baik bagi masyarakat dan bukan isu-isu miring yang saling menjatuhkan.

Akademisi Fisip UKIM, Amelia Tahitu, meminta bakal calon Walikota untuk tidak membuat gaduh dengan isu-isu miring yang saling menjerang.

Kata Taihitu, isu yang perlu dijual yakni visi-misi dalam membangun Kota Ambon ini kedepannya lebih baik, sehingga memberikan pen­didikan politik yang baik pula bagi masyarakat.

“Bakal calon sebenarnya harus jual program kerja dan visi-misi bukan isu miring seperti yang terjadi akhir-akhir ini,” ujar Tahitu saat diwawancarai Siwalima melalui telepon selulernya, Senin (5/8).

Menurutnya isu-isu miring tersebut tidak akan berdampak pada peningkatan elektabilitas, sebab masyarakat Kota Ambon merupakan pemilih kritis yang cenderung rasional dalam memilah isu.

“Jadi bakal calon harus pandai melihat isu sebab masyarakat kita itu merupakan karakteristik pemilih cerdas. Figur punya program kerja. Jadi jangan buat gaduh dengan permainan isu yang sebenarnya tidak produktif,” tegasnya.

Merugikan

Sementara itu, akademisi FISIP Unpatti, Paulus Koritelu menilai, isu miring yang dimainkan beberapa waktu belakangan berpotensi merugikan bakal calon Walikota Ambon.

Kepada Siwalima, Senin (5/8) Koritelu mengungkapkan dalam teori politik memang persebaran isu dan center of issue dalam perebutan kekuasaan biasanya berjalan bersamaan dan tidak dapat dilepas pisahkan.

Dalam konteks Pilkada di Kota Ambon, lanjut Koritelu tentu ada trend dinamika yang sengaja diciptakan termasuk isu-isu miring yang sesungguhnya tidak produktif bagi pendidikan politik pemilih.

Menurutnya, Bodewin Watimena dan Agus Ririmase tentu memiliki latar belakang birokrasi dengan tingkat pengenalan sangat besar karena keduanya pernah menjadi pemimpin Kota Ambon.

Fakta ini telah menimbulkan konflik yang tidak dapat diselesaikan sebab keduanya sama-sama menge­tahui kelemahan saat menjadi pemimpin kota.

“Pengetahuan dan pengalaman dalam mengelola birokrasi tentu akan dijadikan isu yang dikelola secara rasional untuk meningkatkan elektabilitas tetapi juga mende­gradasi pasangan lain,” ungkap Koritelu.

Permainan isu yang tidak pro­duktif tersebut lanjut Koritelu dapat berdampak pada basis masa yang sudah di kapling dan tersosialisasi diobrak-abrik untuk diambil.

Koritelu menegaskan, isu yang dibangun tentu akan kontrak produktif bagi bakal calon atau tim sukses yang sengaja mengelola isu tersebut.

“Jangan lupa pada basis masa yang rasional situasi ini akan lebih meng­untungkan pihak yang dikebiri atau dibuli dengan isu tersebut. Artinya pasti ada bakal calon yang dirugikan atas isu yang ada,” tegas Koritelu.

Dikatakan, sejarah perpolitikan di Indonesia mencatat pihak yang bertubi-tubi mendapatkan serangan secara universal akan banyak yang mendapatkan keuntungan politik.

Apalagi, jika pemilih di Kota Ambon didominasi oleh pemilih dengan kategori rasional karena akan muncul kekuatan arus bawah yang berdampak pada meningkatnya elektoral.

Kendati begitu, Koritelu menya­rankan kepada bakal calon walikota agar membangun isu yang produktif guna mendongkrak pendidikan politik pemilih.

Isu Miring

Seperti diberitakan sebelumnya, panggung politik menuju Pemilu kepala daerah Kota Ambon 2024 kian panas. Bahkan bakal calon pun tak luput dari terpaan isu tak sedap itu.

Belakangan, situasinya kian panas dengan aksi saling serang antara bakal calon melalui media sosial yang memenuhi ruang publik.

Pakaian dinas Penjabat Wali Kota Ambon, Bodewin Wattimena menjadi sorotan karena dikabarkan menghabiskan Rp400 juta.

Kabar itu awalnya dihembuskan Kamaruddin Simanjuntak, yang konon mendapat informasi tersebut dari Ferly Tahapary, salah satu calon walikota lainnya.

Tak terima diserang, Bodewin Wattimena, melalui tim kuasa hu­kumnya Rhony Sapulette, meminta Kamaruddin klarifikasi dan minta maaf kepada kliennya.

Kamaruddin dinilai telah menye­barkan fitnah terhadap kliennya di media sosial dan beberapa media online.

Dimana dalam beberapa video yang kemudian viral, Kamaruddin menyampaikan anggaran baju dinas Penjabat Walikota Ambon tahun 2023 senilai Rp400 juta.

Wattimena sendiri menjabat sebagai Penjabat Walikota Ambon dua periode, tahun 2022 dan 2023 dan baru mengakhiri masa jabat­annya pada 24 Mei 2024 lalu.

Akibat penyebaran berita bohong ini menurut Sapulette, Bodewin Wattimena selaku kliennya, merasa nama baiknya telah dicemarkan. Untuk itu dia memberikan teguran dan atau somasi kepada Kamaru­ddin dan meminta agar yang bersangkutan harus mengklarifikasi apa yang telah disampaikan, baik lewat media online maupun media sosial.

Terpisah, pelaksana tugas Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kota Ambon Ronald H Lekransy membantah kabar yang menyebut bahwa harga pakaian dinas Penjabat Wali Kota Ambon mencapai Rp 400 juta.

“Tidak benar. Meski memang benar Pemkot Ambon berkewajiban memfasilitasi pejabat daerah untuk mendapatkan pakaian dinas,” tutur Lekransy melalui siaran persnya, Minggu (16/6) lalu.

Tidak Elok

Akademisi Fisip Unpatti Victor Ruhunlela menilai aksi tak elok itu sebagai bentuk ketidakdewasaan orang-orang yang akan ikut kontestasi.

Kepada Siwalima melalui telepon selulernya, Minggu (4/8), Ruhunlela mengatakan, saling serang antara bakal calon Walikota baik secara langsung atau melalui tim sukses di media sosial menunjukkan sikap tidak dewasa.

Dari beberapa bakal calon Walikota Ambon yang hari telah menyatakan sikap maju di pilwalkot hanya Jantje Wenno yang memiliki kedewasaan politik

Menurutnya, sejak tahapan pilwalkot berjalan hanya AR dan BW yang terlihat saling serang di media sosial, padahal mestinya proses politik ini dilakukan dengan santun, sebab dalam politik ada moralitas dan etika yang mesti dijunjung.

Saling serang antara kedua bakal calon atau tim sukses kata Ruhunlela merupakan buntut dari keti­dak­harmonisan keduanya sejak menjadi pemimpin Kota Ambon dua tahun terakhir.

Diakuinya, untuk mendapat kekuatan saling serang itu biasa dalam politik tetapi mestinya yang serang itu berkaitan dengan dengan materi kampanye, program kerja, visi-misi maupun kebijakan.

Bukan menyangkut hal-hal seperti rekaman pembicaraan dan lain-lain, sebab hal itu menunjukkan sikap kekanakan dan ketidakdewasaan.

Ruhunlela menegaskan pola-pola penyerangan pada hal-hal tidak substansial seperti yang terjadi dapat berdampak pada akar rumput masing-masing calon, apalagi karakter pemilih di Kota Ambon merupakan pemilih yang cepat bosan dengan hal-hal yang tidak penting dan terkesan membabi buta.

Hati-hati Bikin Isu

Sementara itu akademisi Fisip Unidar Zulfikar Lestaluhu mengatakan, para calon walikota harus lebih hati-hati dalam membangun isu di ruang publik.

Pasalnya, saling serang yang terja­di beberapa waktu terakhir dengan beredarnya narasi-narasi saling serang tentu tidak meng­untungkan.

“Memang ini salah satu kelema­han ketika isu-isu yang sudah lama dan tidak penting itu diputar kembali, kenapa karena masing-masing bakal calon tidak mem­berikan pendidikan politik yang baik bagi masyarakat,” jelas Lestaluhu kepada Siwalima melalui telepon selulernya, Minggu (4/8).

Menurutnya, saling serang antara bakal calon tidak dapat dihindari dalam politik dan lumrah terjadi, tetapi harus difokuskan pada visi-misi dan program pembangunan Ambon sehingga publik ter­bantukan dalam menentukan pilihan. (S-20/S-29)