Rakor TPID, Inflasi Daerah Berangsur Baik
DOBO, Siwalimanews – Rapat Koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Kepulauan Aru bersama Bank Indonesia, berlangsung di lantai dua kantor Bupati Aru, Kamis (25/3).
Rakor TPID tersebut dilakukan dalam rangka mengendalikan inflasi daerah dan memperkuat sistem logistik di tengah masa pandemi covid-19.
Bupati Aru, Johan Gonga dalam sambutannya mengatakan, perkembangan di Kabupaten Kepulauan Aru dari tahun ke tahun Aru merupakan daerah yang cukup subur pertumbuhan ekonomi, dan semakin naik melebihi angka standar nasional 5 persen yakni 6 sekian persen.
“Tahun 2016, ketika saya dilantik periode pertama kami koordinasi dengan statistik pada saat itu inflasi angka 16 persen. Kita sudah melaksanakan penekanan dan mulai menurun,” ujarnya.
Dikatakan, terkait dengan pengendalian harga barang kedepan, diharapkan inflasi harus dalam batas wajar, karena tidak ada gunanya jika pertumbuhan ekonomi tinggi, namun inflasinya juga tinggi.
“Yang terpenting dari Disperindag dapat lakukan pengendalian harga barang agar dapat menstabilkan harga di pasaran serta menormalkan harga ekspor lokal hasil budi daya laut kita yang saat ini mengalami penurunan, sehingga butuh upaya yang lebih maksimal dengan melibatkan pihak perbankan dan pengusaha bersama pemerintah daerah untuk dapat mengendalikan inflansi pada level yang wajar dan normal,” jelasnya.
Kata dia, pemberdayaan UMKM dalam hal permodalan sangatlah penting, sehingga bisa membantu pengurangan inflansi dalam masa pemulihan ekonomi dalam pandemi Covid 19.
Sementara itu, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Maluku, Noviarsano Manullang, dalam arahan mengatakan, situasi yang dihadapi saat ini mengenai pandemi covid ini poinnya semua aktivitas akan normal jika pandemi covid sudah tidak ada.
“Pada triwulan IV 2020 ekonomi Indonesia terkontraksi sebesar 2,19 persen, karena masih lemahnya konsumsi swasta dan investasi bangunan sebagai dampak terbatasnya mobilitas akibat pandemic Covid-19. Meskipun lebih rendah dari perkiraan ekonomi pada triwulan IV 2020, kini membaik dengan kontraksi yang lebih rendah dari triwulan sebelum sebesar 3,49 persen secara keseluruhan tahun 2020 ekonomi terkontraksi 2,07 persen,” bebernya.
Dijelaskan, Bank Indonesia memperkirakan tahun 2021 pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kisaran 4.3 persen sampai 5.3 persen lebih rendah dari perkiraan sebelumnya pada kisaran 4.8 persen sampai 5.8 persen sejalan dengan realisasi pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2020.
“Menjaga inflasi kelompok bahan pangan bergejolak (volatile food) dalam kisaran 3.0 – 5,0 persen. Upaya ini dilakukan de-ngan memperkuat empat pilar strategi yang mencakup keterjangkauan harga, ketersediaan paso-kan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif (4K) di masa pandemi Covid-19,” jelasnya.
Dikatakan, Inflasi Maluku tercatat rendah dan terkendali selama 4 (empat) tahun terakhir. Karakteristik bahan pokok di Maluku sebagian besar didatangkan dari luar Maluku.
Menurutnya, Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memastikan ketersediaan bahan pokok di Maluku adalah melalui kejasama antar daerah (KAD)
“Perekonomian Maluku ditopang oleh tiga utama, yaitu pertanian, administrasi pemerintah, dan perdagangan. Kehutanan dan perikanan mengalami penurunan meski tercatat masih tumbuh positif. Sementara perdagangan mengalami kontraksi cukup dalam yang utamanya disebabkan karena terbatasnya daya beli masyarakat, terutama untuk komoditas sekunder dan tersier,” katanya. (S-25)
Tinggalkan Balasan