Kejadian ini bukan baru terjadi tetapi sudah beberapa bulan terakhir, bahkan tidak hanya di Kota Bula dan Kecamatan Pulau Gorom masyarakat sulit menemukan mitan, tapi di kecamatan lain juga mengalami hal serupa.

Langkahnya mitan, menyebabkan masyarakat harus membeli dengan harga Rp 8000-10.000 per liternya. Itu pun harus didapat dengan sudah payah.

“Karena yang kami pantau belum ada keseriusan pemerintah, mereka terkesan cuek, padahal ini sudah berlangsung hampir satu bulan,” Ketua GPI SBT Irwan Rumoma kepada Siwalima, di Kota Bula, Rabu, (5/10).

Kota Bula menurutnya dikenal sebagai “Kota Minyak,” seharusnya tidak mengalami krisis pasokan Mitan hingga saat ini. Kondisi ini dinilai sangat meresahkan masyarakat, terutama ibu rumah tangga yang sangat bergantung pada mitan sebagai kebutuhan sehari-hari.

“Pemda seharusnya sudah memiliki langkah antisipasi untuk mencegah terjadinya kelangkaan seperti ini. Mitan kebutuhan penting bagi warga, khususnya para ibu rumah tangga,” ungkapnya.

Baca Juga: Jelang Pemilu, Masyarakat Diminta Jaga Kamtibmas

Pemerintah daerah melalui dinas terkait lanjutnya, dapat memberikan perhatian serius terhadap masalah kelangkaan mitan di Kota Bula, sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dengan baik.

Harga Selangit

Diberitakan sebelumnya, harga minyak tanah di Kecamatan Pulau Gorom, Kabupaten Seram Bagian Timur dijual dengan harga selangit akibat terjadi kelangkaan sejak beberapa bulan terakhir.

Agen Premium dan Minyak Solar (APMS) di Kecamatan Pulau Gorom menjual di harga Rp8-10 ribu atau di atas harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah.

Pemerintah kabupaten SBT telah menetapkan HET Mitan di angka Rp 5000 per liter kepada penjual. Hal ini kemudian memicu keresahan di tengah masyarakat

“Awalnya Mitan mudah di dapat di setiap desa, namun entah menga­pa untuk mendapatkan mitan, warga harus membeli di kota kecamatan,” ujar Kelirey salah satu warga kepada Siwalima, Selasa (5/11).

Kelangkaan mitan lanjutnya sudah berlangsung beberapa bulan terakhir dan masyarakat sulit untuk mendapatkannya.

“Minyak tanah sekarang susah. Sudah dari beberapa bulan kemarin. Untuk sekarang ini kita mendapat­kan satu liter saja itu paling susah,” ungkapnya.

Untuk itu dirinya berharap kepada pihak Pertamina untuk turun lang­sung mengatasi masalah tersebut.

“PT Pertamina khususnya terminal pengisian bahan bakar minyak Bula harus turun tangan, agar distribusi Mitan di daerah tersebut kembali normal seperti biasanya,” harapnya.

Sementara Kepala PT Pertamina Terminal Pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) Bula yang dikonfir­masi Siwalima pun belum memberikan tanggapan terkait dengan masalah kelangkaan mitan di wilayah Pulau Gorom.

Sedangkan, Kepala Dinas Ko­perasi dan Perindustrian Perda­gangan SBT Muhammad Lutfi Rumata yang dikonfirmasi Siwalima melalui pesan singkat aplikasi WhatsAppnya Selasa, (5/22) hanya membaca pesan namun enggan untuk membalas. Bahkan ditelepon tidak mau menerima panggilan masuk. (S-27)