Pemda Jamin Pendidikan Anak-anak Masihulan, Mari Jaga Persaudaraan

MASOHI, Siwalimanews – Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah merespons dampak konflik antara Negeri Sawai, Rumaolat dan Masihulan, yang turut mepengaruhi kelangsungan pendidikan anak di wilayah tersebut.
“Atas perintah lisan dari bapak Gubernur Maluku dan Bupati Maluku Tengah terkait situasi darurat pendidikan, kami telah melakukan koordinasi lapangan yang berlangsung di Dusun Rumaolat, Desa Sawai, Kecamatan Seram Utara. Koordinasi lapangan itu kami lakukan, Minggu 6 April kemarin,” ungkap Pj Kadis Dikbud Malteng, Husen Mukadar kepada Siwalima di Masohi, Selasa,(8/5).
Mukadar bilang saat melakukan koordinasi lapangan, Ia didampingi Kepala Seksi Peserta Didik Melyan Corputty, Kepala SD Negeri 148 Maluku Tengah Aksa Minna Samasal, Kepala SD Negeri 267 Negeri Masihulan Norlina Notanubun, serta Kepala Dusun Rumaolat Hans Marolan.
Dalam pertemuan tersebut, disepakati bahwa sebanyak 24 siswa SMP Negeri Masihulan yang terdampak konflik sementara digabungkan dengan siswa SMP dari Dusun Rumaolat dan menempuh proses belajar di SD Negeri 148 Dusun Rumaolat.
Dinas Pendidikan, lanjutnya, juga akan menempatkan guru bantu dari sekolah-sekolah terdekat, dengan prioritas guru-guru asal Rumaolat dan Masihulan guna mendukung proses pembelajaran.
Baca Juga: LSM Dorong Polisi Usut Proyek RS HaulussyKepala dinas dan tim turut juga meninjau langsung kesiapan ruang belajar yang akan digunakan oleh para siswa tersebut.
Tak hanya itu, Mukadar juga telah menemui Raja Negeri Masihulan dan para guru setempat untuk menyampaikan rencana pemerintah daerah dalam mengusulkan pembangunan SMP di Negeri Masihulan.
Pemerintah juga akan memberikan bantuan berupa seragam dan buku tulis kepada siswa yang terdampak.
Terpisah raja Negeri Masihulan Yondry Patalatu menyampaikan apresiasi atas perhatian dan langkah cepat dari Dinas Pendidikan, serta berharap agar guru-guru asal Masihulan dapat diberdayakan untuk mengajar di wilayahnya sendiri.
Diminta Jaga Persaudaraan
Masyarakat Desa Sawai, Rumaolat dan Masihulan diminta tetap menjaga semangat persaudaraan yang telah terjaga selama ini.
Permintaan kepada masyarakat tiga desa di Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah ini pasca pertikaian yang mengakibatkan korban jiwa dan harta benda pada pada Kamis (4/4) lalu.
Akademisi Hukum Unidar, Rauf Pellu kepada Siwalima melalui telepon selulernya, Selasa (8/4) menyambut baik kondisi kamtibmas di ketiga desa yang telah kondusif.
Menurutnya kondusifitas yang telah terbangun mestinya dijaga oleh semua elemen masyarakat yang ada di tiga desa tersebut.
“Kita menyambut baik upaya pengamanan yang dilakukan aparat kepolisian dan TNI sehingga kondisi di tiga desa ini sudah pulih seperti sedia kala. Kondisi ini yang mesti dijaga,” ucap Pellu.
Dikatakan, masyarakat ketiga desa tidak perlu lagi mengingat pertikaian yang telah terjadi, tetapi sebaliknya harus mempercayakan semuanya kepada aparat penegak hukum.
Apalagi Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa telah memastikan bahwa proses hukum dari pertikaian tersebut terus berjalan guna memberikan efek jera bagi oknum-oknum terlibat.
“Proses hukum memang harus berjalan supaya diketahui aktor-aktor yang menyebabkan terjadinya insiden tersebut supaya masyarakat puas,” tegas Pellu.
Pellu pun meminta masyarakat ketiga desa ini untuk terus menjaga persaudaraan yang telah terbangun, sehingga kedepan kedamaian tetap terjaga di Seram Utara.
Jaga Perdamaian
Sementara itu, akademisi Fisip Unidar, Sulfikar Lestaluhu juga meminta masyarakat untuk menjaga perdamaian dan persaudaraan di tiga negeri baik, Sawai, Rumaolat maupun Masihulan.
Dikatakan, pertikaian mestinya tidak terjadi ditengah upaya pemerintah untuk menjaga stabilitas keamanan dalam mendukung pembangunan daerah.
Namun jika telah terjadi, maka proses hukum harus berjalan dan masyarakat harus mempercayakan aparat penegak hukum untuk menyelesaikan persoalan ini.
“Soal insiden yang terjadi biarlah aparat penegak hukum yang menyelesaikannya dan tugas dari masyarakat adalah mempercayakan seluruh prosesnya kepada aparat penegak hukum,” jelasnya.
Menurutnya semangat persaudaraan hidup orang basudara yang telah terbangun selama ini mestinya terus dijaga dan dipelihara.
Masyarakat kata Lestaluhu, tidak boleh terpengaruh atau terprovokasi dengan isu-isu yang bertujuan untuk mengganggu kamtibmas dan perdamaian ditengah-tengah masyarakat.
“Kalau ada isu atau informasi yang tidak benar tidak boleh dipercayai, sehingga tidak terjadi hal-hal yang berujung pada konflik atau bentrok apapun,” tegasnya.
Jaga Persaudaraan
Seruan untuk menjaga persaudaraan juga diserukan putra Seram Utara, Nataniel Elake.
Menurutnya, masyarakat Wahai hingga Taniwel merupakan orang bersaudara yang telah terbangun sejak dahulu kala hingga saat ini dan mestinya dijaga oleh generasi saat ini dengan hidup saling menghormati dan menjaga.
“Kalau ada persoalan antar oknum tertentu atau keluarga jangan dibawah menjadi persoalan yang melibatkan desa atau negeri apalagi berujung konflik,” ucap Elake kepada Siwalima melalui telepon selulernya, Sabtu (5/4).
Menurutnya masyarakat di Seram Utara termasuk di Sawai, Rumaolat dan Masihulan tidak boleh terpengaruh dengan berbagi isu-isu atau provokasi yang bertujuan untuk memecah belah perdamaian selama ini.
Dengan adanya persoalan ini, aparat keamanan harus responsif dan bergerak cepat untuk menciptakan kondusifitas dengan mengedepankan cara-cara yang persuasif.
Elake juga mengingatkan Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah untuk menyelesaikan persoalan batas wilayah dan status desa yang menjadi penyebab insiden tersebut.
“Rumaholat dan Masihulan itu Negeri adat dan punya petuanan sendiri, tapi Pemkab Malteng seakan mengabaikan fakta ini. Jadi saya ingat bupati untuk selesai masalah ini,” tegasnya.
Jangan Ada Provokasi
Sebelumnya, Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa menghimbau seluruh elemen masyarakat di Maluku, agar tidak termakan isu dan aksi provokasi, serta infomasi tidak benar atau hoaks.
Hal itu disampaikan Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa, merespon insiden pertikaian yang terjadi akhir-akhir ini.
Gubernur mengatakan,Pemprov Maluku bersama TNI dan Polri terus berupaya untuk memastikan kondisi kamtibmas tetap terjaga.
Namun, upaya menjaga kamtibmas tersebut tidak dapat dilakukan Pemprov sendiri melainkan membutuhkan dukungan dari masyarakat.
“Sebagai gubernur, saya mengimbau kepada masyarakat di Maluku untuk tidak terhasut, terprovokasi dan juga tidak termakan isu yang tidak benar atau hoaks yang bertujuan untuk memperkeruh situasi dan memecahkan belah sesama warga Maluku,” ungkap Gubernur kepada Siwalima melalui pesan whatsapp, Sabtu (5/4).
Menurutnya jika ada informasi atau berita yang beredar dan belum diyakini kebenaran maka masyarakat dapat menghubungi aparat kepolisian untuk meminta klarifikasi terkait dengan isu atau infomasi tersebut.
Pemprov kata Gubernur, tetap bertindak sigap, cepat dan tanggap dalam merespon setiap informasi atau kejadian ditengah masyarakat, apalagi yang berujung pada jatuhnya korban jiwa.
“Kita tidak mau terlambat untuk menangani masalah yang terjadi dalam masyarakat, apalagi mengakibatkan jatuhnya korban di masyarakat, jadi kita akan tanggap dan responsif,” tegas Gubernur.
Gubernur memastikan dalam batas-batas kewenangan dan sumber daya, dirinya akan senantiasa proaktif tanggap untuk merespon situasi, namun tidak ada artinya apa yang kita lakukan jika tidak mendapat dukungan masyarakat.
“Saya meminta masyarakat di Maluku tokoh agama, masyarakat pemuda, tokoh adat, tokoh perempuan, aktivis, kaum cendekiawan, LSM, media masa dan aparat penegak hukum untuk bersama-sama bertangung jawab merawat perdamaian di Maluku,” harap Gubernur.
Mantan anggota DPR ini juga meminta semua stakeholder bersama-sama bersikap untuk tidak mentolerir adanya upaya yang bertujuan memecah belah sesama anak negeri di Maluku.
Berangsur Kodusif
Situasi keamanan di Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, kini berangsur kondusif pasca bentrok antar warga dari Desa Sawai, Rumaolat, dan Negeri Masihulan pada Kamis (3/4).
Namun, dampak dari konflik tersebut masih dirasakan ratusan warga yang kehilangan tempat tinggal dan harta benda.
Sebanyak 337 warga masih mengungsi dan menempati tenda-tenda darurat yang dibangun oleh Dinas Sosial Maluku Tengah.
Sebagian dari mereka bahkan tidur di dalam Gedung Gereja Hapare Haloi, Jemaat GPM Masihulan.
Data yang dihimpun Siwalima hingga kini tercatat sedikitnya 69 bangunan hangus terbakar terdiri dari 68 rumah warga, satu Gedung Sekretariat Ekowisata, serta satu gedung gereja serta 34 unit sepeda motor turut terbakar dalam insiden tersebut.
Camat Seram Utara, Ahmad Ohorella kepada Siwalima membenarkan jumlah kerusakan tersebut.
Ohorella mengaku, akan terus berkoordinasi dengan aparat keamanan dan pemerintah daerah untuk menjamin keselamatan serta pemenuhan kebutuhan dasar para pengungsi.
“Kami terus berupaya memastikan warga terdampak mendapat tempat tinggal sementara, makanan dan layanan kesehatan yang memadai. Situasi saat ini sudah aman, tapi pemulihan masih membutuhkan waktu dan perhatian serius,” ungkap Ohorella kepada Siwalima di Masihulun, Sabtu (5/4).
Ohorella menyebutkan, bentrokan itu juga mengakibatkan 11 orang warga mengalami luka-luka. Dua di antaranya dirujuk ke RSUP Dr. J. Leimena dan RST Ambon, tiga lainnya dirawat di RSUD Masohi, sementara sisanya mendapat perawatan jalan. (S-17/S-20)
Tinggalkan Balasan