Musim Hujan tak Pengaruhi Produktivitas Padi di SBT
Musim hujan tidak mempengaruhi produktivitas pertanian padi yang dikembangkan di kabupaten Seram Bagian Timur SBT, Maluku saat ini.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) Hasanuddin Kelian saat dikonfirmasi terkait dampak curah hujan yang melanda wilayah SBT sekarang ini.
Menurut Kelian, curah hujan yang tinggi umumnya berdampak terhadap produktivitas padi, namun di fase awal pertumbuhan curah hujan yang tinggi baik untuk perkembangan padi.
Hal ini terutama untuk padi lahan basah seperti yang dikembangkan di wilayah Bula Barat.
Kelian menjelaskan, dampak curah hujan yang tinggi akan sangat berdampak pada saat padi sudah mulai keluar bulir karena akan mempengaruhi hasil panen.
Baca Juga: Capaian Vaksinasi di SBT Ditargetkan 70 persen“Kalau awal menjelang panen itu sebisa mungkin hujan-hujan itu jangan terlalu tinggi tapi kan kondisi alam kita tidak bisa prediksi,” ucapnya kepada wartawan di ruang kerjanya, Kamis (15/1).
Olehnya itu, perlu diatur musim tanam agar padi yang dikembangkan tetap berproduksi meskipun curah hujan tinggi.
Kelian menjelaskan, tidak saja padi, produktivitas tanaman pangan dan hortikultura lainnya juga akan terdampak curah hujan yang tinggi jika musim tanamnya tidak diatur dengan baik.
Selain musim tanam, sistem drenaise juga perlu diatur dengan baik sehingga air hujan dapat tersalurkan melalui jalur-jalur irigasi.
“Yang bagusnya itu padi lahan kering. Padi lahan kering itu bagus hujan sedang. Intinya curah dengan intensitas tinggi itu berdampak dalam arti bahwa gagal panen karena kebanjiran terus juga berdampak terhadap pertumbuhan virus-virus yang lainnya dengan karena kelembaban tinggi itu dia berdampak,” jelasnya.
Kelian mengatakan, pengembangan padi seperti di wilayah Bula Barat saat ini tetap tidak terpengaruh oleh curah hujan yang tinggi karena musim tanamnya sudah diatur menyesuaikan curah hujan yaitu meng-gunakan pola Aset (April-September) dan Okma (Oktober-Maret).
Selain itu, didukung kondisi tanah yang memiliki tekstur yang meski saat musim hujan air dapat tergenang tetapi cepat kering. “Karena mungkin istilahnya kondisi topografi maupun kondisi tekstur tanah itu yang cepat merembes atau menghilangkan air yang bisa ditampung,” tukasnya.
Dengan topografi tanah seperti itu, air hujan tersebut lanjut Kelian, bisa ditampung jika ada bendungan atau embung.
Bendungan atau embung itu, biasanya menampung air saat hujan dan digunakan pada saat musim kemarau.
Untuk sekarang ini, Kelian mengungkapkan embung seperti itu yang digunakan di wilayah seperti Seram Laut.
“Itu dibutuhkan curah hujan yang tinggi dalam arti dalam kondisi hujan sedang tinggi itu ditampung sehingga pada musim kemarau air bisa digunakan,” ujarnya.
Kelian mengatakan, di satu sisi curah hujan yang tinggi memang berdampak terhadap produktivitas padi, tetapi di sisi lain air hujan itu bisa dimanfaatkan untuk pengairan di saat musim kemarau. Intinya, Kelian menambahkan, bagaimana menata kelola air hujan agar bisa bermanfaat bagi pertanian padi. (*)
Tinggalkan Balasan