AMBON, Siwalimanews – Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Dicky Rahmad Afriyanto mengaku, ditengah musim penghujan saat ini, inflasi Maluku tercatat melandai.

Bank Indonesia Perwakilan Maluku dalam rilisnya yang diterima redaksi Siwalimanews, Rabu (3/7) menjelaskan, realisasi inflasi Indeks Harga Konsumsi  gabungan kabupaten/kota di Provinsi Maluku, mulai melandai pada Juni 2024.

Dimana angka realisasi IHK secara bulanan mengalami inflasi sebesar 1,33 persen (mtm). Ini lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi Mei 2024 yang mengalami inflasi 1,89 persen (mtm). Sementara inflasi gabungan kota di Provinsi Maluku dimaksud lebih tinggi dibandingkan angkah nasional yang mengalami deflasi sebesar 0,08 persen (mtm).

“Secara spasial, inflasi bersumber dari seluruh kabupaten/kota IHK, yaitu Kabupaten Maluku Tengah, Kota Ambon, dan Kota Tual, yang tercatat masing-masing sebesar 2,43 persen (mtm), 0,72 persen (mtm) dan 0,38 persen (mtm),” ujarnya.

Namun meski demikian, inflasi di Maluku yang meningkat itu tidak setinggi periode sebelumnya seiring dengan realisasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang melandai.

Baca Juga: Pedagang Amplaz Gugat Pemkot ke PTUN

Dimana inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau pada Juni 2024 tercatat sebesar 3,06 persen (mtm), lebih rendah dibanding bulan sebelumnya sebesar 4,30 persen (mtm).

“Realisasi inflasi kelompok tersebut utamanya bersumber dari komoditas hortikultura dan perikanan, antara lain pada sawi hijau, kangkung, dan ikan tongkol dengan andil masing-masing sebesar 0,22 persen(andil, mtm), 0,21 persen (andil, mtm) dan 0,20 persen (andil, mtm),” tulis Bi dalam rilis tersebut.

Sementara tingkat curah hujan sebesar 300-500 mm (kategori tinggi) serta gelombang laut dengan tinggi 1,25-2,50 m (kategori sedang) pada Juni 2024 ikut menahan produksi komoditas hortikultura dan perikanan.

Tekanan inflasi lebih lanjut pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau tertahan oleh deflasi yang terjadi pada beberapa komoditas, seperti bawang merah, tomat, dan bawang putih yang mengalami deflasi dengan andil masing-masing sebesar 0,14 persen, 0,13 persen, dan 0,08 persen.

“Penurunan tekanan harga bawang merah sejalan dengan masih adanya panen di daerah sentra serta dukungan program fasilitasi distribusi pangan dari daerah sentra ke Maluku oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Maluku. Sejalan dengan itu, harga tomat juga turun seiring dengan melimpahnya pasokan dari daerah sentra (Maluku Tengah) dengan berlangsungnya panen raya dan dengan menurunnya harga bawang putih seiring dengan masuknya impor bawang putih,” jelasnya

Tetapi secara tahunan, bulan Juni 2024, tekanan inflasi gabungan Kabupaten/Kota lHK di Provinsi Maluku meningkat. Dimana inflasi tahunan pada Juni 2024 inj tercatat sebesar 3,63 persen (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yangvl tercatat sebesar 3,21 persen (yoy).

“Inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi Nasional sebesar 2,51 persen (yoy). Adapun tingkat inflasi gabungan kota di Provinsi Maluku berada sedikit di atas rentang sasaran inflasi Nasional tahun 2024 yangditetapkan pada rentang 2,5+1 persen (yoy),” tambahnya.

Untuk itu ke depan, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) akan terus memperkuat berbagai upaya sinergis, secara intensif untuk meredam tekanan inflasi, khususnya yang berasal dari kelompok Mlmakanan, Mlminuman dan tembakau.

Sehingga dalam rangka menghadapi risiko kedepan, khususnya risiko curah hujan dan tingginya gelombang yang berpotensi mempengaruhi harga perikanan dan hortikultura, TPID wilayah Maluku akan terus menjalankan berbagai program termasuk mengoptimalkan program pasar murah, gerakan tanam, bantuan alsintan screenhouse, serta kerjasama antar daerah.

“Untuk menjaga keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif,”ujarnya.(S-25)