DALAM dunia pendidikan, setiap guru membawa keunikan masing-masing dalam mendidik anak-anak. Ada yang mampu menghadirkan inspirasi melalui kelembutan, memberikan rasa aman, dan menunjukkan kebijaksanaan. Sebagai lulusan FKIP jurusan matematika, kini saya mengajar sekolah dasar (SD) di Sekolah Sukma Bangsa (SSB) Lhokseumawe.Saat tes menjadi guru 10 tahun lalu, saya berharap ditempatkan di jenjang SMP. Namun, berdasarkan kebutuhan sekolah, saya ditempatkan di jenjang SD. Meskipun awalnya merasa tertantang dan kurang akrab dengan dunia anak-anak, seiring dengan berjalannya waktu, saya menemukan keberagaman alami di antara mereka.Dunia anak-anak, yang sebelumnya hanya menjadi impian banyak orang dewasa, memberikan peluang untuk memperoleh pengetahuan baru, khususnya seni mendidik dengan penuh kesabaran, kasih sayang, dan keahlian mencintai serta dicintai kembali oleh anak-anak.

Dalam perjalanan pendidikan dan karier saya, saya menyadari bahwa menjadi guru tidak hanya tentang mengajarkan anak-anak untuk mendengarkan, tetapi juga memberi mereka panggung untuk menjadi diri mereka. Setiap langkah kecil mereka ialah bagian dari perjalanan panjang menuju potensi tersembunyi.Saya mengamati lebih mendalam siswa-siswa SSB Lhokseumawe, terutama siswa kelas satu SD yang menjadi tanggung jawab saya saat ini. Saya melihat keajaiban tersembunyi di dalam setiap anak-anak muda ini. Mereka bukan hanya murid-murid, melainkan juga potensi terbaik yang sedang berkembang. Sebagai pendidik, tugas saya ialah memahami langkah-langkah mereka menuju kesempurnaan. Saya ingin berbagi pengalaman menggali potensi tersembunyi dan mendorongnya menjadi kelebihan anak. Mendidik dengan keterbukaan Sering kali anak-anak sulit mengungkapkan apa yang sebenarnya mereka rasakan. Mungkin itu karena usia yang masih dini atau mungkin karena dunia mereka yang penuh dengan kebingungan. Sebagai pendidik, keterbu­kaan ialah kunci untuk melihat dunia mereka. Dengan mendengarkan, saya tidak hanya men­dapatkan wawasan tentang bagaimana mereka memandang dunia, tetapi juga mendapatkan pandangan tentang potensi-potensi yang belum tergali.Dalam setiap cerita yang mereka bagikan, dalam setiap senyuman yang merekah, saya menemukan potensi unik yang menanti untuk berkembang.

Membangun dasar pendidikan bukan hanya tentang transfer pengetahuan, melainkan juga tentang membuka pintu hati dan pikiran siswa, sehingga mereka dapat menggali potensi terbaik mereka dengan keberanian dan keyakinan.Guru juga perlu terbuka bahwa sebenarnya mereka ‘belajar’ ketika berada dalam kelas. Guru dan siswa sebenarnya sama-sama sedang belajar. Siswa belajar tentang segala informasi, sedangkan guru belajar dari respons siswa terhadap materi dan cara mengajar guru. Hal itu membuktikan bahwa murid-murid mengajarkan semua yang perlu diketahui guru tentang mengajar.Saat belajar strategi pengajaran, tanpa disadarinya, pengalaman dengan murid-murid membuatnya berpikir untuk memastikan keefektifan strategi tersebut (Tonya Perry, 2003).

Proses tersebut melibatkan analisis informasi dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan demikian, dia mengakui perannya sebagai guru terbentuk melalui kontribusi berharga yang diberikan murid-muridnya. Ruang belajar aman dan nyamanAnak-anak perlu merasa aman dan nyaman untuk dapat berbagi dan belajar. Tanggung jawab saya ialah menciptakan ruang belajar setiap siswa merasa diterima dan didukung. Ruang itu bukan hanya tentang meja dan kursi di kelas, melainkan juga suasana hati yang hangat dan ramah.Pendidik harus mengetahui hal-hal yang anak butuhkan, seperti lingkungan pendidikan yang nyaman, rasa dicintai gurunya tanpa syarat dengan tetap memberikan batas-batas yang jelas tentang hal yang boleh atau tidak boleh siswa lakukan. Mereka dapat melakukan kesalahan dalam suasana yang tidak mengancam. Jika anak-anak sudah mulai merasa bahwa gurunya mencintai dan mendukung mereka, di sanalah mereka berkembang (Kelly Barreira, 2003).

Dengan mencipt­akan lingkungan yang bebas dari tekanan dan penuh kepedulian, anak-anak dapat dengan lebih mudah mengekspre­sikan diri. Mereka tidak hanya mendengarkan pengetahuan yang saya bagikan, tetapi juga men­dengarkan panggilan batin mereka. Kelas yang nyaman ialah kanvas setiap anak dapat melukis dan mengeksplorasi impian mereka dengan bebas. Pendekatan dari hati ke hatiSebagai pendidik, saya menyadari bahwa setiap anak memiliki bahasa sendiri. Bahasa itu tidak selalu terucapkan dalam kata-kata, tetapi bisa ditemukan dalam ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan bahkan dalam mainan favorit mereka. Pendekatan ‘dari hati ke hati’ (heart to heart) ialah kunci memahami bahasa siswa. Menurut Vicki Donovan dalam Frank Sennet (2003), guru perlu membangun kesadaran penting­nya memahami dan mendidik anak-anak menggunakan hati; mengetahui isi benak mereka, dan bagaimana cara menjangkau mereka.Dengan bersikap dekat dan ramah, saya bisa menembus batas-batas komunikasi kon­vensional. Saya belajar membaca isyarat tidak langsung yang diberikan setiap anak. Itu ialah seni mengerti murid, mengenal isi benak mereka, dan menjangkau mereka melalui hati.

Baca Juga: NU dalam Dekapan Kekuasaan dan Politik Pemilu 2024

Dengan pendekatan ini, saya bisa menjadi lebih dari sekadar guru; saya bisa menjadi teman yang memahami dan mendukung mereka di setiap langkah perjalanan mereka. Menyemai cinta, membangun masa depan gemilangPendidikan bukan hanya tentang mengisi pikiran anak dengan fakta dan angka. Lebih dari itu, pendidikan ialah tentang menyemai benih cinta untuk pembelajaran. Sebagai pendidik, saya menyadari bahwa kecintaan anak-anak terhadap pembelajaran akan menjadi kunci untuk masa depan mereka yang gemilang. Untuk menjadi guru yang dirindu­kan siswa, sudah seharusnya guru memiliki rasa cinta dan penuh kasih untuk mengajar anak-anak.Dengan menciptakan kelas yang penuh kasih ketika anak-anak merasa dicintai dan didukung, saya berharap mereka akan membawa semangat belajar ini sepanjang hidup mereka.

Cinta ialah daya yang mampu memotivasi mereka untuk mengeksplorasi, mencipta, dan terus belajar bahkan ketika mereka meninggalkan ruang kelas.Melalui sudut pandang pendidik, saya terus belajar bahwa setiap anak ialah cerita yang menunggu untuk ditulis, potensi yang menanti untuk ditemukan, dan mimpi yang bersiap untuk direalisasikan. Mengejar pemahaman tentang anak-anak bukan hanya tanggung jawab saya sebagai pendidik, melainkan juga suatu kehormatan dan panggilan hati yang saya terima dengan tulus.Mari kita bersama-sama membantu anak-anak melangkah menuju potensi terbaik mereka, satu pelajaran, satu senyuman, dan satu kisah belajar pada satu waktu. Wallahualam.Oleh: Venni Siska Guru SD Sukma Bangsa Lhokseumawe. (*)