IDUL Fitri 1446 H merupakan momen suci bagi umat Islam untuk kembali kepada fitrah, menyucikan hati, dan mempererat silaturahmi. Lebaran ini bukan hanya ajang berpesta, tetapi juga merupakan refleksi dari nilai-nilai spiritual yang telah ditempa selama Ramadan.

Nilai yang sangat penting untuk dipertahankan adalah qana’ah, sikap merasa cukup dan bersyukur atas segala rezeki yang Allah berikan, serta saling memohon maaf untuk menyucikan hati dan memulihkan hubungan antar sesama.

Memaknai Idul Fitri, dengan nilai qana’ah yang disertai kesederhanaan, syukur, serta silaturahmi dan saling memohon maaf.

Idul Fitri berasal dari kata ‘Id’ yang berarti kembali dan ‘Fitri’ yang bermakna suci atau berbuka. Perayaan ini merupakan momentum untuk kembali ke keadaan fitrah, yakni jiwa yang bersih dari dosa setelah menjalani ibadah Ramadan.

Kemenangan ini tidak hanya terlihat dari keberhasilan menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tercermin dalam kemenangan spiritual seperti pengendalian hawa nafsu, peningkatan ketakwaan, dan perbaikan hubungan dengan sesama.

Seorang muslim yang selama Ramadan menahan diri dari perbuatan dosa dan meningkatkan ibadahnya, kemudian merayakan Lebaran dengan hati yang suci dan niat untuk memperbaiki hubungan antar keluarga, menunjukkan bahwa Idul Fitri adalah tentang kemenangan batin.

Satu bulan penuh dibulan ramadhan menjadi sarana untuk mengasah dan menjernihkan pikiran kita, mengajak kita merenung dan memaknai setiap episode hidup kita masing masing.

Makna bulan puasa adalah menahan diri dari dorongan hawa nafsu yang menyesatkan, hawa nafsu bukan hanya dirana hati dan jiwa, melainkan juga pikiran yang liar, pikiran liarlah yang pertama dikontrol dalam bulan puasa karena pikiran liar cenderung menghasilkan pikiran yang negatif yang akan melahirkan kata kata negatif, kata kata yang buruk, dari kata kata yang buruk akan lahir prilaku yang buruk, dari prilaku yang buruk akan lahir nasib buruk.

Puasa melatih kita menjadi manusia yang pandai bersyukur dan ikhlas. Sesungguhnya telah kami berikan hikmah kepada Lukman, yakni hendaklah bersyukur kepada Allah, sesungguhnya dia telah bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barang siapa tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah maha kaya lagi Maha Terpuji” ( QS. : Lukman : 12 ).

Jika seseorang yang suda berada diwilayah tasyakur, suda pan­dai bersyukur wilayah inilah yang terlihat semuanya adalah baik, semua kejelekan, kebencian, dan keputusasaan hidup ter­tinggal oleh yang namanya kebaikan, dan inilah kendaraan yang akan menghantarkan kita pada tahap kehidupan berikutnya pada saat itu semuanya adalah keindahan, seseorang yang telah sampai kepada keindahan maka ia telah menemukan hakekat jiwanya.

Jika kita menjalani ibadah puasa ini dengan baik dan benar di­sertai dengan keikhlasan hati, maka kita akan mencapai titik ke­hidupan dimana semuanya adalah indah dan rayakanlah ke­hidupan, mungkin itu sepanggal kata yang penuh makna bagi orang yang melewati bulan puasa dengan baik, merayakan dengan kemenangan, menyambut manusia baru yakni di hari raya idul fitri.  Idul fitri secara harfia mengandung makna kembali ke fitra, Sabda Nabi “orang yang beribadah dibulan ramadhan dengan penuh iman dan harapan kepada Allah maka semua dosa yang lalu akan diampuni”.  (*)