JAKARTA, Siwalimanews – Aksi demontrasi yang dilakukan Persatuan Mahasiswa Adat Buru Petak Talo Jakarta di depan Kantor Kementerian ESDM, guna menuntut PT Ormat Geothermal Indonesia angkat kaki dari Kabupaten Buru, Jumat (18/8).

PT OGI melakukan pengeboran panas bumi di belakang perkampungan Desa Wamsalit, Kecamatan Lolongquba, Kabupaten Buru, hingga kini meresahkan masyarakat adat sekitar lokasi pengeboran. Video yang beredar di media sosial berhasil diterima wartawan mengungkapkan, puluhan mahasiswa  tergabung dalam mahasiswa adat melakukan aksi dengan bakar ban di depan Kantor ESDM memberikan perhatian warga yang melawati poros jalan di depan kantor kementerian tersebut usai sholat Jumat.

Puluhan mahasiswa ini menuntut pemerintahan Jokowi menghentikan operasional PT OGI yang melanggar hak ulayat masyarakat adat Buru. Dalam aksi itu, Koordinator lapangan Akmal Nustelu mendesak pihak Kementerian ESDM untuk segera mencabut izin PT OGI yang beroperasi di wilayah Titar Pito tanpa mengantongi AMDAL.

“Kami mendesak Kementerian ESDM untuk mencabut izin perusahan panas bumi di Buru, karena telah masuk di wilayah hukum adat masyarakat Buru,” teriak Nustelu.

Selain kementerian, pihak kepolisian juga didesak untuk mengusut aktor intelektual dibalik operasi perusahan di Titar Pito.

Baca Juga: Pemkab Tanimbar Peroleh Bantuan Peralatan Pertanian

“Selain menangkap aktor intelektual, kami juga mendesak Mendagri untuk memanggil Penjabat Bupati Buru, karena tidak proaktif atas rusaknya lingkungan hidup,” tandas Nustelu.

Para demosntran juga menolak keberadaan PT OGI beroperasi di wilayah hukum adat Titar Pito yang merupakan wilayah cagar budaya dan hutan lindung.

Datangi Rumah Ali Wael

Sementara itu sehari sebelumnya, nyaris terjadi insiden di rumah Kaksodin Ali Wael di sore hari. Ada sejumlah oknum berpakaian loreng mendatangi Ali Wael guna meminta kunci mesin air milik PT OGI.

Dalam video yang diedarkan di reel instagram dan facebook serta WA, tertulis kalimat, Menolak PT Ormat Geothermal Indonesia, Raja Gunung di Intimidasi oleh Pihak berpakaian TNI dengan satu unit mobil mendatangi rumah Kaksodin (kepala Adat) yang disebut Raja Gunung.

Rumah Kaksodin didatangi dengan cara tidak sopan dan melakukan kekerasan, sehingga memicu keributan, dikarenakan masyarakat adat tidak terima pemimpin adatnya mendapat perlakuan tidak beradab tersebut.

“Mama-Mama yang tidak terima lalu memprotes Intimidasi tersebut, diusir keluar agar mereka tidak boleh turut mengetahui maksud kedatangan pihak-pihak yang diduga ingin melanggengkan eksploitasi PT. OGI,” beber pemosting video itu.

Dalam satu video lainnya yang sampai ke tangan wartawan, Kaksodin Ali Wael menceritakan, kalau oknum berpakaian loreng itu mendatanginya karena kunci mesin air milik perusahan telah diambilnya.

Tujuan mengambil kunci mesin air, agar perusahan stop beroperasi dahulu sebelum masalah pelanggaran adat diselesaikan. kunci mesin air itu diserahkan oleh pegawai di perusahan secara baik-baik. Namun setelah Kaksodin pulang ke rumah, ada oknum yang menyerang ke sana.

Ali menggunakan istilah “serang” karena saat mereka datang, ada satu oknum yang menendang pintu rumahnya sebanyak tiga kali dan pukul pintu rumah sebanyak lima kali.

Sesudah itu, oknum itu mengeluarkan kalimat ancaman dan melontarkan makian serta sesumbar akan menginjak Kaksodin dari rumahnya sampai ke perusahan yang berjarak beberapa kilometer dari perkampungan.

“Baru kata itu ulang-ulang bukan hanya satu kali, namanya orang emosi karena dapat sewa ini, ” ucap Ali Wael.

Ali sangat sesalkan PT OGI yang tidak datang secara baik-baik. Tetapi nemperlakukannya seperti itu. Masalah dengan oknum berpakaian loreng itu telah mediasi dan diselesaikan secara baik-baik. Namun Ali sudah kadung tidak suka dengan tindakan perusahan dan meminta agar PT OGI segera angkat kaki dari sana.

“Perusahan datang ke tanah saya. Kenapa tidak ijin saya dengan baik-baik. Malah memperlakukan saya seperti ini, ” kesal Ali.(S-15)