BATUK berdarah dalam dunia kedokteran disebut hemoptysis adalah batuk berdahak yang disertai dengan darah. Darah tersebut dapat berasal dari hidung, batang tenggorokan, tenggorokan, ataupun paru-paru. Darah yang dihasilkan pun bisa bervariasi volumenya, bisa mulai dari hanya bercak darah saja hingga darah yang dikeluarkan bisa dalam jumlah banyak. Darah yang dikeluarkan pun bisa beragam warnanya, mulai dari warna merah pink, hingga merah pekat, atau bahkan ada yang dapat bercampur dengan dahak atau busa.

Apakah batuk berdarah itu berbahaya?

Batuk darah merupakan sebuah kondisi yang dapat dialami oleh semua kalangan usia. dan dapat bersifat akut ataupun kronis. Sebelum menentukan seseorang yang mengalami batuk darah itu dalam kondisi yang berbahaya atau tidak, terlebih dahulu kita harus memahami apa saja yang dapat menyebabkan batuk darah.

Batuk berdahak sendiri merupakan kondisi yang menandai adanya sebuah penyakit saluran pernafasan yang bersifat serius dan memerlukan penanganan segera. Apabila batuk berdahak dialami oleh orang yang tidak memiliki riwayat penyakit apapun, maka kondisi ini cenderung tidak menandakan penyakit yang serius. Jika dialami oleh orang dengan riwayat kesehatan yang serius, perokok aktif, atau disertai dengan beberapa gejala penyerta lainnya, maka hal ini kemungkinan mengarah ke kondisi yang lain.

Sebagian besar kasus batuk berdahak disebabkan oleh penyakit ataupun infeksi yang terjadi di paru-paru dan saluran pernafasan. Salah satu kondisi yang paling sering menyebabkan batuk darah adalah penyakit bronchitis, yaitu peradangan pada paru-paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri ataupun virus. Umumnya, penderita akan terlebih dahulu mengalami batuk berdahak, dan semakin panjang periode infeksiusnya, saluran pernafasan akan mengalami cedera dan pada akhirnya menimbulkan munculnya darah pada dahak yang dikeluarkannya.

Selain bronchitis, kondisi batuk darah juga umumnya ditemukan pada penderita Tuberculosis (TBC). Penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis ini adalah salah satu penyakit yang menimbulkan gejala batuk berdarah yang paling sering terjadi di Indonesia. Penyakit ini bersifat kronis dan membutuhkan pengobatan yang tidak sebentar, umumnya pasien harus meminum obat rutin selama 6 bulan setiap harinya dan tidak boleh putus. Dalam kasus yang cukup berat, penderita TBC akan mengalami batuk berdarah terus-menerus dan dapat menganggu hemodinamik pasien secara umum.

Penderita kanker paru juga tidak jarang mengalami batuk berdarah. Kanker paru adalah kondisi dimana terdapat pertumbuhan sel-sel abnormal pada jaringan paru-paru. Sayangnya, kebanyakan kasus paru tidak selalu dapat dideteksi dini, dan penderita kanker paru yang mengalami batuk berdahak biasanya sudah mencapai stadium lanjut.

Selain penyakit pada paru-paru dan saluran pernafasan, penderita gastritis, gastro-esophageal reflux disease (GERD), tukak lambung dan tukak duodenum juga dapat mengalami batuk berdarah. Perlukaan pada lambung, duodenum dan saluran pencernaan dapat menyebabakan iritasi dan perdarahan pada organ tersebut. Darah yang dihasilkan dapat teraspirasi pada saat bernafas, dan kemudian keluar, dan dapat tampak seperti batuk berdarah.

Batuk berdarah pada dasarnya bukanlah sebuah diagnosis melainkan sebuah gejala yang dapat menandakan adanya sebuah penyakit tertentu. Apabila ada pasien yang datang dengan keluhan batuk berdarah maka dokter akan melakukan anamnesis,  pemeriksaan fisik dan melakukan pemeriksaan penunjang. Anamnesis dilakukan dapat meliputi riwayat batuk darah, periode lamamya batuk darah, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat penyakit keluarga, riwayat kebiasaan merokok pasien, riwayat trauma atau keracunan. Adapun pemeriksaan penunjang yang akan direkomendasikan dokter seperti pemeriksaan darah, pemeriksaan radiology (X-ray, CT scan atau MRI), bronchoscopy (memasukan alat seperti kamera melalui rongga hidung atau mulut menuju saluran pernafasan penderita, untuk melihat lokasi, tanda dan potensi penyebab perdarahan), biopsy paru dan kultur dahak.

Gejala batuk berdarah

Hemoptysis adalah sebuah kondisi yang di tandai dengan keluarnya darah ketika batuk, dimana batuk darahnya tergantung tingkat keparahan sebuah penyakit yang dialami penderitanya. Kondisi ini bisa juga disertai dengan gejala lainnya, tergantung penyebabnya. Namun, beberapa gejala umum yang kerap menyertai hemoptysis adalah;

  • Demam yang disertai dengan keringat berlebih pada malam hari
  • Nyeri dada
  • Nyeri otot dan sendi
  • Penurunan berat badan yang signifikan selama kurang lebih 2 bulan terakhir
  • Batuk yang dialami selama berminggu-minggu sebelum akhirnya muncul darah ketika batuk
  • Merasa letih dan lemas
  • Sesak nafas
  • Nafsu makan menurun

Sebaiknya diperiksakan ke dokter apabila mengalami gejala berikut;

  • Batuk disertai darah yang terjadi setelah mengalami cedera atau terjatuh pada bagian dada
  • Darah yang keluar dalam jumlah banyak dan atau terus-menerus
  • Urine atau feses disertai dengan darah
  • Mengalami syok, seperti keringat dingin, pandangan kabur, hingga sesak nafas

Faktor resiko batuk berdarah

Faktor resiko batuk berdarah biasanya tergantung penyebabnya,  seseorang lebih mudah dan lebih beresiko mengalami batuk berdarah bila memiliki faktor di bawah ini :

  • Merokok
  • Penderita HIV/AIDS
  • Sedang mengkonsumsi obat immunosupresant
  • Pernah menjalani operasi atau rawat inap di rumah sakit
  • Memiliki keluarga yang memiliki kelainan pembekuan darah

Kapan harus ke dokter?

Jika batuk berdahak baik berupa darah segar ataupun batuk darah bercampur dahak sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.

Apa pengobatan yang dapat dilakukan kepada penderita batuk berdarah?

Sebagai pertolongan pertama, penderita batuk berdarah dapat diposisikan dalam posisi setengah duduk, dimana posisi ini dapat membantu penderita untuk bernafas dengan lebih baik. Apabila penderita merasa ingin batuk kembali, penderita disarankan untuk menarik nafas panjang terlebih dahulu, karena di khawatirkan darah akan kembali keluar apabila penderita batuk. Penderita juga dapat diberikan air putih hangat, yang selain dapat membantu menyamankan penderita, juga dapat membantu menghindarkan penderita dari dehidrasi atau kondisi syok hipovolemik.

Secara medis, pengobatan yang diberikan kepada penderita batuk berdarah dapat meliputi pengobatan terhadap penyakit yang mendasarinya, dan pengobatan untuk mengurangi efek dari batuk berdarah itu sendiri. Apabila batuk berdarah disebabkan oleh infeksi pada paru-paru atau saluran pernafasan, dokter umumnya akan meresepkan obat antibiotic atau anti virus yang sesuai dengan penyebab infeksinya. Dokter juga umunnya meresepkan obat anti peradangan dengan atau tanpa kortikosteroid, untuk mengurangi peradangannya, yang juga menjadi penyebab batuk berdarah tersebut.

Batuk berdarah yang cukup lama atau terjadi dalam jumlah yang cukup banyak dapat menyebabkan penderitanya mengalami kekurangan darah atau anemia. Untuk menangani kondisi anemia ini penderita perlu dibawa ke rumah sakit untuk diberikan penanganan transfusi darah untuk mempercepat proses pembekuan darah.

Bentuk pengobatan lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan embolisasi arteri brochial, dimana tindakan ini dilakukan untuk menghentikan perdarahan dan mencegah terjadinya perdarahan yang lebih lanjut pada arteri. Dokter akan memblokade arteri yang bermasalah, dan mengalihkan peredaran darah ke arteri lainnya yang lebih sehat. Sebelum melakukan embolisasi, dokter terlebih dahulu melakukan bronchoscopy atau katerisasi untuk mengidentifikasi lokasi perdarahan.

Apabila perdarahan tidak bisa juga dihentikan, biasanya dokter akan melakukan tindakan pembedahan, baik itu bersifat korektif spesifik terhadap suatu penyebab perdarahan, ataupun yang masih bersifat eksploratif, yang bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi perdarahan, sekaligus menghentikan perdarahan.

Batuk darah bisa di cegah?

Batuk darah dapat di cegah dengan menghindari penyakit penyebabnya. Beberapa Perilaku yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan saluran pernapasan adalah : a. Menjaga ventilasi udara di rumah tetap baik, b. Tidak merokok, c. Rajin mencuci tangan, d. menutup mulut saat batuk atau bersin, e. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai saat bekerja, f. Menerapkan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi buah dan sayur, serta berolahraga secara teratur. Penulis: dr. Prizilia Saimima. (*)