AMBON, Siwalimanews – Kepala Penerangan Kodam XV Pattimura Kolonel Inf Heri Krisdianto menegaskan, tak ada rekayasa dalam proses penerimaan calon siswa sekolah calon bintara  (Secaba) prajurit karier (Secaba PK) TNI AD.

Penegaskan Kapendam ini sekaligus menepis isu bahwa, ada dugaan dalam proses pemeriksaan kesehatan peserta calon Secaba PK TNI AD Gelombang II Kodam XV Pattimura penuh rekayasa, dimana ada salah satu calon yang gugur pada saat seleksi kesehatan karena infeksi pada saluran urine.

Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh tim seleksi penerimaan tersebut, sudah sesuai prosedur. Keputusan hasil pemeriksaan kesehatan yang ditetapkan oleh panitia seleksi kesehatan bersifat final, sementara pemeriksaan second opinion maupun pendalaman, hanya bersifat kontrol kesehatan individual, tidak mempengaruhi atau merubah keputusan,” tegas Kapendam kepada wartawan, Sabtu (7/12).

Menurut Kapendam, berdasarkan keterangan Katim Rikkes panitia seleksi penerimaan saat di konfirmasi dijelaskan bahwa, penilaian sedimen urine, berarti mengambil sampel urine saat itu sejumlah tertentu kemudian oleh petugas laboratorium dilakukan pemeriksaan stick test.

Jika pada pemeriksaan ditemukan kelainan, maka dilanjutkan dengan mengambil sampel urine yang bersangkutan untuk dilihat dibawah mikroskop, jika pada pemeriksaan ditemukan sel eritrosit (sel darah merah)> 5/LPB atau sel Leukosit (sel darah putih)>10/LPB per lapang pandang besar), maka sesuai buku petunjuk rikkes ubad dinyatakan Stakes IV (TMS).

Baca Juga: Bodewin-Ely Pemenang Pilwalkot, Lawamena Unggul di Pilgub Maluku

“Sehingga dengan kondisi tersebut, dimana yang bersangkutan akan melanjutkan kegiatan fisik berat ( test garjas) dikhawatirkan kerja organ vital ginjal menjadi berat. Status Kesehatan (Stakes) IV (TMS) ini artinya tidak memenuhi syarat untuk menjadi prajurit, atau gagal dalam tes,” tandas Kapendam.

Untuk itu kata Kapendam, tidak ada yang direkayasa dalam tes penerimaan prajurit ini, semua sudah sesuai prosedur, dengan harapan mendapatkan calon prajurit yang berkualitas.

Pada kesmepatan itu, Kapendam juga menyampaikan permohonan maaf kepada wartawan yang menghubungi pihk Pendam untuk minta klarifikasi, dan menyampaikan mohon pengertiannya agar bersabar menunggu, karena bertepatan dengan banyaknya kegiatan.

“Intinya sekarang kan sudah dijawab,” ujar Kapendam.

Kapendam menambahkan, casis tersebut menjalani Rikes di RS dr Latumeten pada 30 November, dan dalam jedah beberapa hari yakni, Selasa (3/12) baru dilakukan pemeriksaan di RS Siloam.

Sedangkan terkait anggotanya yaitu Kaur media yang memberikan jawaban tidak sesuai dengan keinginan wartawan yang mengkonfirmasi, Kapendam mengaku, sudah diberikan teguran kepada yang bersangkutan dan memberikan pemahaman yang baik dalam menjawab pertanyaan dari media yang mengkonfirmasinya dan segera dilaporkan ke pimpinannya.

“Pangdam akan bertindak tegas, apabila ada prajurit atau panitia yang terlibat menyalahgunakan wewenang,” tandas Kapendam.

Untuk diketahui, salah satu calon siswa Secaba PK TNI AD atas nama Bryan Tubara gugur pada tahapan tes kesehatan oleh panitia penerimaan melalui RS dr Latumeten Ambon. Karena tak terima anaknya gugur orang tua casis kemudian melakukan pemeriksaan di RS Siloam sebagai pembanding.

Menurut orang tua casis Diana Putnarubun, dirinya sangat kecewa dengan hasil pemeriksaan kesehatan, yang mengakibatkan cita-cita anaknya sejak kecil menjadi kandas. Pasalnya, dari hasil pemeriksaan terhadap anaknya Bryan, dijelaskan terjadi infeksi pada saluran urine, sehingga dirinya digugurkan tidak bisa melanjutkan ke tahap selanjutnya

“Karena tidak puas dengan hasil tes kesehatan tersebut, besoknya saya bawa anak saya lakukan tes di RS Siloam Ambon, dan hasil yang diperoleh sangat mengejutkan sebab hasil yang diperoleh berbeda jauh dengan hasil yang didapatkan pada pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pihak RS dr Latumeten Ambon,” tandas Diana.

Dia mengaku, hasil tes yang dilakukan oleh pihak RS Siloam ternyata negative, dimana seluruhnya tidak ada tanda-tanda terinfeksi saluran urine pada diri anaknya. Setelah mendapat hasil dari RS Siloam, anaknya didampingi pamannya langsung ke Kesdam untuk mengkonfirmasi hasil yang diperoleh dari RS Siloam dengan hasil dari RST, namun pernyataan dari salah satu dokter disana kalau hasil yang sudah diperoleh tersebut tidak dapat dirubah lagi

“Dari keterangan salah satu dokter di RST kalau tidak salah, dia bilang walau bagaimanapun itu tidak bisa dirubah karena sudah dikirim ke pusat,” ungkap Diana dengan nada kecewa

Diana mengaku, kecewa sebab hanya dalam jangka waktu satu hari hasil pemeriksaan yang dilakukan di RS Siloam berbeda sangat dengan hasil pemeriksaan di RS Dr Latumeten Ambon. (S-06)