SAUMLAKI, Siwalimanews – Calon Gubernur Maluku no­mor urut 3, Hendrik Lewerissa menjanjikan Tanimbar akan dibangun kawasan ekonomi khusus (KEK). Pembagunan kawasan ekonomi khusus dinilai sebagai salah satu langkah antisipasi berope­rasinya inpex Masela dan target penurunan kemisikinan ekstrem.

Demikian disampaikan mantan Anggota DPR RI itu saat melak­sanakan kampanye dialogis di Kota Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Sabtu (2/11).

“Visi – misi pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa – Abdullah Vanath adalah melakukan transformasi Maluku menuju Ma­luku yang maju adil dan sejahtera menyongsong Indonesia emas 2045. Kalau misi ada 7 yang kita sebut istilahnya Sapta Cipta Lawamena, misi yang sudah kita sampaikan pada saat debat kandidat lalu,” ujarnya.

Selain visi misi ada juga program-program prioritas, salah satu program prioritas dari sisi pertumbuhan ekonomi adalah membangun kawasan ekonomi khusus atau KEK di Pulau Seram Bagian Barat dan di Tanimbar,” ungkap Lewerissa di depan ratusan pendukung yang menghadiri kampanye yang dipu­satkan di Tanimbar Centre, Kota Saumlaki.

Ditambahkan, apakah program ini sesuatu yang tidak realistis? tidak, sangat realistis. Karena Kawasan ekonomi khusus seram dan Tanimbar itu bukan suatu program yang istilahnya tidak realistis atau yang sarat dengan muatan politik, karena kepentingan elektoral Pilkada, bukan. tapi itu nanti dipikirkan secara matang olehnya dan sang Wagub.

Baca Juga: Kastella-Kelian Perioritas Guru Tersebar di Seluruh Desa

“Kalau Hendrik Lewerissa – Abdullah Vanath pasangan Lawa­mena mendapat mandat dari rakyat Maluku secara prioritas, dipilih dan terpilih menjadi gubernur dan wakil gubernur maka nanti kedepannya kita pasti akan mengkaji dan akan melaksanakan secara serius.

Mungkinkah Tanimbar menjadi kawasan ekonomi khusus? Sangat mungkin, lakukan studi perban­dingan dengan Bitung atau sabang atau kawasan KEK yang jumlahnya pulu­han di tanah air ini, memang mereka memenuhi syarat gak? Biasa saja.

Tanimbar kalau blok abadi blok masela berproduksi, sangat mung­kin. pemerintah bisa, BUMN misalnya PT Pupuk Indonesia bisa membangun pabrik pupuk di Tanimbar untuk menjadi produser mensuplai kebutuhan petani di kawasan Indonesia Timur, tidak harus dari Jawa,  Makassar, Kalimantan, tidak harus. karena syarat membangun pabrik pupuk adalah 80 persen harus ada suplai gas terus menerus.

Kalau mau bangun lebih cepat blok masela belum jalan kan bisa ambil dari Seram Barat yang sekarang akan di bangun oleh. Kan ditemukan juga blok kandungan gas baru di Seram dan lumayan juga itu sangat ekonomis karena onshore artinya pembangunannya di darat bukan di laut jadi dari sisi kos produksi biaya produksi itu lebih murah dan menguntungkan,” tambah Lewerissa

Lewerissa mengatakan,  di Tanim­bar bukan cuma soal tambang tetapi juga perikanan. Menurutnya  Tanim­bar juga merupakan kawasan yang berdekatan dengan 718 yang merupakan zona perikanan terkaya di Indonesia.

“Jadi nanti akan harus dibangun dan kalau bisa membangun kawasan ekonomi khusus Tanimbar itu bisa dilaksanakan,  realisasi sektor perikanan ini kan kawasannya sudah ada Tinggal bagaimana infrastruktur Pembangunan seperti jembatan karena pelabuhan dan bandara sudah ada dan karena kalau memang harus dibangun jembatan khu­sus akan dibangun.

Di Seram juga demikian kalau Tanimbar saja pasangan Lawamena bisa berpikir membangun daerah ekonomi khusus apalagi Seram. Nah ini yang membuat kami bisa Melakukan lompatan ke depan kalau Maluku mau mengejar keterting­galan atau mau keluar dari keterpu­rukan yang saat ini kantong alami kebijakan-kebijakan pembangunan di Maluku terutama ekonomi tidak bisa kebijakan yang biasa saja tidak bisa hanya berjalan dengan ritme yang normal karena daerah lain juga ritme normal bahkan ada yang lompatan Maluku harus Melakukan lompatan besar kalau tidak Mela­kukan lompatan besar kita akan dikejar kita akan kalah dalam segala hal,” bebernya

Lebih lanjut jelas Lewerissa, tidak ada cara lain mengeluarkan atau menguraikan mengentaskan kemis­kinan ekstrem kecuali memacu pertumbuhan ekonomi di kawasan itu.

“Pertumbuhan ekonomi ini kan banyak strateginya. Bisa mendo­rong investasi masuk ke situ (Tanim­bar dan Maluku) atau lewat instru­men kebijakan misalnya kita harus memeratakan pertumbuhan ekonomi yang diperoleh Maluku ke semua daerah termasuk Tanimbar nah misalnya contoh kasus waktu pemerintahan Gubernur sebelumnya utang SMI 700 miliar Berapa banyak yang dikucurkan ke Tanimbar tidak sampai 5 miliar mau diapain itu, kebijakan Seperti apa itu. Itu kebijakan yang Setengah Hati setengah akal begitu.

Bagaimana mungkin semua diserap di Ambon Maluku Tengah dan sekitarnya, itu kan harus merata di semua daerah secara profesional tentu dengan skala prioritas kalau misalkan itu untuk menguraikan kemiskinan maka harus dipakai untuk hal tersebut dengan cara apa?,  banyak caranya lakukan pemberdayaan masyarakat petani, UMKM , bangun infrastruktur di kawasan wisata baru, buka destinasi wisata baru infrastruktur juga paling kurang ada jalan ada air bersih pasti akan tumbuh ekonomi UMKM.

Ketika UMKM diberdayakan dan dibantu maka petani juga terbantu, kalau tidak melakukan kebijakan tersebut Bagaimana menguraikan kemiskinan itu? pasti susah kemiskinan itu terjadi kita semua tahu bahwa keluarga keluarga tidak mempunyai income tetap. Padahal mestinya harus banyak paling kurang bisa memenuhi kebutuhan dasar makan, pangan dan papan.

“Kalau kebutuhan tidak terpenuhi maka kita masih terjebak di kemis­kinan dan kita terjebak di kemiskinan ekstrem. kita mau berbangga dengan sumber daya kita yang tak tepat sasaran ini? Mestinya sumber daya alam yang melimpah harus bisa dikelola untuk memberikan nilai tambah yang real dan konkrit bagi kebutuhan masyarakat dan daerah, ngapain kita bangga dengan ikan dan tambang tapi tidak menjadi sesuatu kita harus memastikan kekayaan Maluku tidak harus bawa keluar tapi harus dikelola di Maluku rakyat harus menikmati, daerah harus menikmat,” katanya. (S-26)