Jejak Pilu Pembelajaran
PANDEMI covid-19 yang tak kunjung usai telah memberikan pengaruh besar terhadap berbagai sendi kehidupan. Imbasnya pun menjalar ke seluruh aspek, termasuk di dunia pendidikan yang merasakan betapa besarnya pengaruh yang ditimbulkan oleh pandemi ini.Sistem pembelajaran tatap muka yang selama ini dilaksanakan di sekolah telah berganti dengan sistem pembelajaran secara daring. Pembelajaran jarak jauh baik secara daring maupun luring ataupun kombinasi dari kedua sistem tersebut, telah mengukir sejarah baru dan fenomenal bagi dunia pendidikan. Sistem pembelajaran ini begitu populer dan menjadi acuan pembelajaran selama pandemi.
Dengan sistem daring ini membuka mata semua guru untuk terus belajar dan memanfaatkan teknologi sebagai sumber belajar. Penguasaan teknologi tenaga pendidik semakin meningkat. Pembelajaran secara daring dengan waktu yang fleksibel juga telah memberikan kesempatan besar pelaksanaan merdeka belajar. Siswa diberi kesempatan untuk mengelola waktu belajar sendiri dan bekerja sama dengan orang tua di rumah. Namun, tahukah kita bahwa ada kisah pilu yang muncul dari sistem pembelajaran daring ini? Banyak cerita suka maupun duka dari berbagai pengalaman siswa, guru, bahkan orang tua selama pelaksanaan pembelajaran jarak jauh.
Berbagai kendala kerap ditemui dan menjadi jejak pilu pembelajaran daring. Kendala Ternyata pembelajaran daring menyisakan kisah-kisah sedih tentang perjuangan guru, siswa dan orang tua dalam memberikan dan mendapatkan hak belajar. Hal yang sama juga terjadi di tempat saya mengajar yaitu di MTsN 2 Siak Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, Riau. Sejumlah kendala yang muncul antara lain; 1. Tidak memiliki telepon seluler. Ketika tiba-tiba pandemi menghantam negeri ini dan sistem pembelajaran cepat berubah, tak semua siswa mampu beradaptasi dengan baik.
Mereka bahkan cenderung hilang harapan ketika merasa gagal melawan perubahan tersebut.“Saya ingin belajar tetapi tidak memiliki handphone, pak,” kata Aidil, siswa kelas VIIIC yang terus menangis sambil mengoyak-ngoyak buku latihan bahasa Inggris yang dipegangnya. “Saya ingin ke sekolah, tetapi saya takut karena tertinggal banyak materi.”Bukan hanya Aidil, beberapa siswa juga memiliki masalah sama. Mungkin hal serupa juga terjadi di banyak tempat. Hal yang bisa dilakukan sekolah adalah memberikan pembelajaran secara luring dengan skema waktu dan jadwal pengambilan dan pengumpulan materi yang ditentukan sekolah.2.
Tidak memiliki paket dan kuota internet Paket dan kuota internet merupakan hal yang sangat penting ketika pembelajaran daring. Tiga minggu pertama pembelajaran daring di sekolah berjalan dengan lancar. Sayangnya, memasuki minggu keempat dan seterusnya siswa mulai jarang ada di WA grup karena kuota internetnya habis.3. Membantu orang tua Sistem pembelajaran daring merubah pola fikir sebagian kecil orang tua. Mereka menganggap siswa bisa mengerjakan berbagai tugas kapan pun, sehingga anak-anak diajak bekerja di persawahan, perkebunan sawit, berjualan di pasar, bahkan menjadi buruh. 4. Siswa rebahan Pembelajaran daring menyebabkan siswa tidak terlepas dari gawai, telepon seluler dan sejenisnya. Siswa bisa belajar sambil berbaring di tempat tidur. Bahkan saat pembelajaran berlangsung beberapa siswa tertidur pulas dengan tumpukan buku di samping mereka.
Tidak adanya aktivitas fisik menyebabkan siswa benar-benar menjadi siswa rebahan. Mereka tidak lagi fokus belajar bahkan cenderung mengabaikan materi ajar.5. Merasa tertekan Pembelajaran daring menyebabkan siswa merasa tertekan dengan berbagai tugas dari guru, tidak bisa bersosialisasi langsung dengan guru dan teman-teman. Siswa merasa bosan dan kehilangan gairah untuk belajar.Apa yang disampaikan oleh sejumlah siswa merupakan sebagian kecil permasalahan yang timbul dari pembelajaran daring.
Baca Juga: Membangun Desa Melalui Dana DesaHal yang paling menyedihkan ada empat siswa harus putus sekolah karena tidak sanggup mengikuti pembelajaran daring seperti ini.Dalam kondisi seperti, guru bukan lagi sekadar mengajar materi-materi sesuai kurikulum. Lebih dari itu bisa berfungsi sebagai rekan curhat. Selama pembelajaran daring guru tidak hanya berfungsi sebagai pendidik dan motivator, dia harus siap dan setia mendengarkan berbagai keluh kesah para siswa.
Berbagai permasalahan yang mereka hadapi harus dijadikan bahan evaluasi untuk menyusun strategi pembelajaran berikutnya.Raihlah hati siswa kita. Ketika hati mereka bisa kita rebut, berbagai kendala dalam pembelajaran daring sedikit demi sedikit akan bisa diatasi. Menjadi the best motivator bagi siswa kita adalah sebuah keniscayaan.Abdullah, Peserta Peningkatan Skill Menulis bagi Tenaga Pengajar Se-Indonesia(Daring Abdullah, Guru MTsN 2 Siak, Riau, Fasilitator Program Pintar Tanoto Foundation)
Tinggalkan Balasan