Hentihu Gelar Malam Matawana Kurban Merupakan Budaya Islam
NAMLEA, Siwalimanews – Raja Lisela Jou Abdul Aziz Hentihu dan Raja Lilialy Jou Anwar Bessy membuka kegiatan Malam Matawana Qurban yang dipusatkan di Masjid Jami An’Nur, yang merupakan masjid tertua di Petuanan Liliyali, Jikumerasa, Pulau Buru, Selasa (18/6) malam.
Hentihu saat membuka kegiatan itu mengatakan, malam Matawana Qurban sudah dilaksanakan sejak dahulu kala di Petuanan Liliyali. Ini merupakan budaya Islam yang dilaksanakan pada momentum Idul Adha yang juga dilaksanakan di petuanan lain, seperti di Petuanan Lisela, Petuanan Tagalisa dan Petuanan Kaiely.
Hentihu di sela-sela kegiatan itu menjelaskan, kalau malam ini adalah malam yang sangat penting di momentum Idul Adha. Kegiatan ini sejak dahulu telah dilaksanakan oleh para datuk-datuk sebelumnya.
Malam Matawana yang dilaksanakan di Petuanan Liliyali malam ini, sehari sebelumnya sudah harus dilaksanakan di Kota Petuanan Lisela di Wamlana, namun karena ada bersamaan dengan warga yang alami kedukaan jadi tidak sempat dilaksanakan.
Menurutnya, budaya malam matawana itu perlu dilestarikan di Kota Petuanan Lisela, Tagalisa, Liliyali dan Kaiely.Bila dikemas dengan baik, maka di kemudian hari dapat saja menjadi Ikon wisata budaya yang kelak akan mampu menarik wisatawan datang ke Kabupaten Buru.
Baca Juga: Kantor Agama Tanimbar tak Bayar Gaji Pegawai yang Pindah ke MBD“Dengan kegiatan ini, kita mencontoh keteladanan, keikhlasan dan kasih-sayang Nabi Ibrahim Alaisalam dan anaknya Nabi Ismail Alaisalam. Dan budaya Islam ini juga budaya adat yang perlu dilanjutkan oleh generasi muda kita,”kata Hentuhu.
Ia mengaku senang diundang ikut Kegiatan Malam Matawana di Petuanan Liliyali.
“Malam matawana ini mengikat,nanti didata siapa saja yang pulang sebelum matahari terbit akan didenda,”ujar Hentihu.
Tokoh adat Lilialy yang juga Kepala Soa Turaha, Husain Turaha menambahkan, kalau kegiatan malam matawana ini sudah ada sejak turun temurun . Acaranya dari malam usai Sholat Isya sampai Sholat subuh dan terbitnya matahari pagi.
Bila ada yang pulang ke rumah sebelum terbit matahari pagi, maka orang yang pulang itu akan dikenakan denda.
Raja Liliyali Jou Anwar Bessy menambahkan, kegiatan ini akan berlanjut keesokan harinya usai Sholat Azhar dengan kegiatan sembelih hewan qurban, berupa kambing sebagai pengganti domba.
“Sebelum disembelih, kambing korban itu dihantar (diarak) dengan tarian hadrat mengelilingi Masjid Jami An’Nur sebanyak tiga kali. Setelah itu, hewan qurban ini disembelih baru dibagi-bagikan kepada warga yang berhak menerimanya,” ucap Bessy.
Untuk diketahui, malam matawana (begadang, red) itu dihadiri hampir seantero masyarakat Jikumerasa.Bahkan warga asal Jikumerasa yang telah berdomisili di tempat lain juga ikut pulang kampung untuk mengikuti kegiatan itu.
Bahkan, para pemuda ikut ambil bagian mementaskan kisah Ketaatan Nabi Ibrahim AS dan anaknya Nabi Ismail AS melaksanakan perintah Allah SWT lewat mimpi, agar Ibrahim menyembelih anaknya Ismail yang saat itu masih berusia remaja.
Saat Nabi Ibrahim AS hendak mengayunkan parang, Allah SWT lalu menggantikan Nabi Ismail AS dengan sembelihan besar, yakni berupa domba jantan dari surga yang berwarna putih, bermata bagus dan bertanduk.
Selian itu, para pemuda juga mementaskan seni dan budaya Buru, berupa tari-tarian. Sebagai pemanis malam matawana hingga menjelang matahari terbit, dimainkan atraksi Sawat Buru yang diikuti dengan atraksi menari bersama .
Para orang tua, anak muda, remaja, hingga anak-anak juga larut dalam tarian ini bersama Aziz Hentihu dan Anwar beserta para tokoh adat Liliyali.(S-15)
Tinggalkan Balasan