AMBON, Siwalimanews – Sebanyak 12 karya film pendek yang dilombakan, diputar pada puncak acara Festival Film Pendek (FFP), sekaligus pemberian penganugerahan kepada para pemanang yang berlangsung di Baileo Oikumene, Jumat (23/9).

Ketua Panitia Fesfip AMGPM 2022 Pendeta Rido Kwalomine dalam rilisnya yang diterima redaksi Siwalimanews, Senin (26/9) menyebutkan, AMGPM Ranting Genasareth Labuha, dari Maluku Utara, tampil dengan film berjudul Labuha-Damai di kaki Gunung Sibela.

Film yang berdurasi 14 menit 56 detik itu dibuka dengan penjelasan histori Canga dan komunitas Suku Boeng di Labuha sebagai Negeri Tua yang terletak di pesisir Pantai Pulau Bacan.

Sementara dari Utara Pulau Seram, AMGPM Daerah Seram Utara menampilkan film yang bercerita tentang Suku Mausu Ane yang tertinggal, terabaikan dan terasing ditengah-tengah kemajuan modernitas. Film yang berjudul Merayakan Cinta di Utara Nusa Ina ini, bermakna advokatif mengangkat komunitas Mausu Ane yang memprihatinkan.

“Dari Nusa Apono Pulau Ambon, ada tujuh karya film yang dilahirkan, masing-masing film berjudul, Soya Murni produksi Theology Community, Dari Sapanggal Maluku produksi Welora Cinema yang berbasis di Amahusu, Masohi Semanis Kacang Gula, produksi AMGPM Ranting Elim Hative Besar,  Radio Usang yang diproduksi oleh Exodus Picture AMGPM Ranting II Lata, Barmaeng produksi AMGPM Ranting Fajar Pengharapan, Monokrom karya Rasta Production yang beralamat di Negeri Suli dan karya AMGPM Ranting Bethfil Cabang Ebenhaezer – Passo berjudul Diantara,” urainya.

Baca Juga: Rabu, Komisi I Panggil Penjabat Bupati SBB

AMGPM Daerah Pulau Ambon Timur juga dinobatkan sebagai Daerah yang memiliki peserta terbanyak di panggung perdana festival ini, serta menjadikan Film bertitel Diantara yang bercerita tentang tanggung jawab generasi muda terhadap lingkungan hidup sebagai film yang memenangkan kategori the best fun film fesfip AMGPM 2022 setelah berhasil menghumpulkan 1.017 likers pada official medsos fesfip AMGPM 2022.

Selanjutnya, film berjudul Elias produksi Ranting Yabok, Cabang Bethania, Daerah Kairatu menyabet trophi pada kategori the best director fesfip AMGPM 2022.

Film berdurasi 16 menit 58 detik ini mengambil latar Desa Waihatu, Kecamatan Kairatu yang heterogen dengan percampuran budaya lokal dan budaya Jawa sebagai desa transmigrasi. Dapat dipastikan, bahwa peserta Fesfip AMGPM 2022 yang paling berbahagia dan bangga adalah Daerah Buru Selatan. Dimana, AMGPM dari Bumi Bupolo ini datang dengan dua film berjudul Anafina The Story Of Olif dan Geba.

Pada Fesfip AMGPM 2022 yang perdana ini, dewan juri menobatkan Anafina The Story Of Olif sebagai pemenang yang menyabet dua kategori, yaitu the best film fesfip AMGPM 2022 dan the best script writter fesfip AMGPM 2022.

“PB AMGPM membaca potensi orang-orang muda yang berbakat dan visioner dengan fesfip AMGPM 2022. Atas kerja sama dengan Badan Pelestarian Nilai Budaya Maluku dan instansi atau pihak terkait, maka festival film pendek Seribu Pulau Maluku 2022 dapat digelar,” ujarnya.

Festival ini tidak semata-mata menjadi ajang kompetisi akan tetapi juga menyediakaan fasilitas pembinaan film maker dengan proses yang dapat dipertangungjawabkan. Tidak berlebihan, namun dapat dikata bahwa FFP AMGPM 2022 merupakan sebuah even perdana yang baru pernah dilakukan di Maluku dan Maluku Utara, sekaligus menjadi ruang bebas bagi orang-orang muda yang kreatif dan inovatif untuk berekspresi.

“Fesfip AMGPM 2022 yang berlangsung sejak 8 Juli 2022 akhirnya dikunci dengan malam penganugerahan bagi para pemenang. Dimana dua juri profesional dihadirkan oleh panitia dalam gawe ini, yakni Sairin Embong Salampessy seorang jurnalis senior yang banyak terlibat dalam kerja-kerja ekonomi kreatif dan peliputan, serta M Irfan Ramli, Director dan Script Writter ternama yang melahrikan film Cahaya Dari Timur; Beta Maluku, Filosofi Kopi, Surat dari Praha deretan film lainya sebagai script writter, story development dan director untuk menjaga kualitas materi festival,” tuturnya.

Proses penilaian dan kategori pemenang sendiri, ditentukan bersama secara profesional seperti yang biasa digunakan dalam festival film Indonesia.

Director dan Script Writter ternama Irfan Ramli mengungkapkan, dirinya sudah lama merindukan adanya sebuah event yang dilakukan di Maluku, dalam rangka membina generasi muda Maluku termasuk Maluku Utara untuk serius menggeluti dunia ekonomi kreatif dan industri film sebagai film maker, sebab seni musik dan seni peran adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.

“Saya berharap, Maluku tidak hanya dikenal sebagai gudangnya penyanyi, tetapi juga dapat merambah perfilman, sebab dengan film, kita dapat membangun manusia Maluku yang lebih bermartabat.(S-25)