Fokus Turunkan Angka Stunting BKKBN Gelar Rakerda
AMBON, Siwalimanews – Dalam rangka menurunkan angka stunting di Provinsi Maluku, maka Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Maluku menggelar Rakerda Program Bangga Kencana, Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana yang berlangsung di The Natsepa Hotel, Desa Suli, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Rabu (30/3).
Rakerda yang berlangsung dibawah sorotan tema “Penguatan Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting melalui Sektor Optimalisasi Sumber Daya dan Konvergensi Lintas Sektor tersebut dihadiri oleh Asisten II Setda Maluku M Pontoh, Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN RI Muhammad Rizal M Damanik, dan Ketua Sinode GPM serta MUI Maluku.
Kepala BKKBN Maluku Sarles Brabar dalam sambutannya pada Rakerda itu, mengatakan dalam momentum rakerda dengan menghadirkan unsur TNI/ Polri dan juga semua mitra bertujuan untuk bisa saling mengkuatkan, guna mempercepat penurunan stunting di Provinsi Maluku.
“Dengan adanya komitmen dan peran pemerintah pusat dan daerah serta mitra kerja dalam peningkatan akses, kualitas pelayanan, penggerakan program bangga kencana dan percepatan penurunan tunting dapat berjalan dengan baik,” ucapnya.
menurutnya, penguatan program bangga kencana dan percepatan penurunan stunting tentunya, melalui optimalisasi sumber daya dan konvergensi lintas lintas sektor, secara internal khusus untuk membahas dan evaluasi program Bangga Kencana. Olehnya itu diharapkan dengan rakerda ini diperlukan upaya-upaya untuk optimalisasi dan penguatan program Bangga Kencana dan penurunan stunting.
Baca Juga: Perahu Terbelah di Laut, Dua Warga Buru Berhasil Diselamatkan“Upaya itu antara lain melalui koordinasi dan kemitraan yang sudah berjalan agar terus dipupuk dan dipertahankan,” harapnya.
Ditempat yang sama Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan Muhammad Rizal M Damanik menjelaskan, saat ini angka stunting atau prevalensi stunting di Indonesia sebesar 24,4%, artinya dari 100 kelahiran di Indonesia sebanyak 24 bayi terlahir, baru lahir 7 sudah dalam keadaan stunting .
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan akibat kurang gizi secara kronis dan infeksi berulang gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
“Yang nampak oleh kita adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan tulang tungkai kaki sehingga banyak masyarakat menyebutnya dengan stunting, pasti pendek tapi pendek belum tentu stanting,”katanya.
Karena pada hakekatnya kata Damanik, yang diganggu pertumbuhan dan perkembangan itu tidak hanya tulang tungkai kakinya, tapi seluruh organ tubuh yang dimiliki seorang bayi.
“Dapat kita bayangkan jika seluruh organ tubuh terganggu, proses stunting mulai terjadi pada saat sel sperma memenuhi sel telur sehingga sesudah terjadi pembuahan tumbuh kembang calon mata dan organ-organ lain dan yang paling penting tumbuh kembang calon sel otak,”tegasnya.
dengan demikian, dalam kehidupan selanjutnya bayi stanting ini akan memiliki kapasitas, kualitas sumber daya manusia yang tertinggal dengan bayi normal .
“Masalah stunting ini juga merupakan masalah kesehatan ibu dan anak yang harus ditangani oleh multi sektor, karena seperti definisi tadi gangguan tumbang tumbuh kembang akibat kurang gizi secara kronis,”ujarnya
Berbicara tentang kurang gizi ini ada beberapa faktor yang terkait langsung disebut, yang pertama ketersediaan bahan pangan, apakah di satu daerah tersedia bahan pangan atau tidak. Kedua seandainya tersedia bahan pangan, apakah daya beli masyarakat mampu membeli bahan pangan tersebut atau tidak.
Ketiga persoalan stunting juga terkait dengan sarana prasarana rumah, apakah tersedia aliran air bersih yang digunakan oleh rumah tangga, apakah seluruh rumah tangga sudah memiliki jamban keluarga yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
“Yang lebih utama lagi adalah masalah pengetahuan dari ibu, apakah seorang ibu memiliki pemahaman yang cukup tentang pentingnya mengkonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang,” jelasnya.
Olehnya itu, Damanik mendorong dalam upaya penanganan stunting ini, perlu dilakukan intervensi tensi dan integrasi lintas sektor satu sama lain, terkait dengan upaya penurunan stunting. (S-21)
Tinggalkan Balasan