Ambon, Siwalima – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura (FKIP) menggelar seminar interna­sional.

Kegiatan ini digelar dalam rang­kaian peringatan hari Sumpah Pemuda, serta memberikan motivasi dan menginspirasi mahasiswa yang berdampak pada peningkatan kualitas dan mutu pendidikan pada prodi pendidikan sejarah.

Rektor Unpatti, Fredy Leiwaka­bessy dalam rilisnya yang diterima Senin (4/11) mengatakan, bicara tentang pendidikan sejarah tidak bisa dilepas pisahkan dari konsep tempat, waktu dan peristiwa.

“Seminar internasional ini akan membangun konstruksi berpikir tentang berbagai kebijakan terkait kearifan lokal yang ada dan yang menjadi ciri khas dan karakteristik untuk berkembang lebih jauh,” jelasnya.

Maluku, menurutnya memiliki karakteristik yang sangat besar untuk di riset dan seminar inter­nasional ini menjadi trigger untuk para peserta baik mahasiswa mau­pun dosen dapat mengidenti­fikasi berbagai ide, gagasan, serta objek budaya  untuk diteliti dan diriset.

Baca Juga: Promosikan Keunggulan Unpatti di Pameran Internasional 

“Saya berharap, hasil seminar ini harus benar-benar ditindaklanjuti secara cepat untuk membangun prodi sejarah menuju prodi yang unggul,” tegasnya.

Di tempat yang sama Warek Bidang Akademik FKIP K. Anaktototy mengaku selaku pimpinan ia selalu mendorong terselenggaranya seminar baik di level nasional maupun inter­nasional.

“Kegiatan seperti ini, kita bisa membagi hasil-hasil penelitian dan mendapat pengetahuan dari narasumber dari perguruan tinggi yang lain,” ujarnya.

Dia menjelaskan, mahasiswa tidak hanya belajar di ruang kelas melalui mata kuliah, tetapi juga ada event di luar kelas yang melatih mereka untuk membuat refleksi, berpikir kritis dan analitis apalagi tentang sejarah.

“Sejarah itu bukan soal kita mengingat tempat dan waktu peristiwa saja melainkan apa sebenarnya makna dari peristiwa tersebut dan sejarah merupakan pengalaman dan pembelajaran berharga untuk kita menata masa depan,” katanya.

Untuk diketahui narasumber yang hadir yakni Guru Besar Biczo Debrecer University Gabor, Guru Besar Universitas Sebelas Maret Sari Yatun dan Ron Habiboe Leiden dari University Belanda. (S-25)