Fenomena Ketidaksantunan Berbahasa Masyarakat Maluku dalam Euro 2024
Euro 2024 merupakan turnamen Sepak Bola Eropa yang diselenggarakan oleh Union of European Football Associatons (EUFA). Sama halnya dengan euforia Piala Dunia, Euro juga sangat menyita perhatian masyarakat di Indonesia, khususnya di Provinsi Maluku. Antusias masyarakat Maluku sangat tinggi menyambut Euro. Perlombaan yang berlangsung selama 1 bulan ini cukup membuat heboh media sosial dengan cuatan yang beragam. Hal tersebut dianggap sebagai bentuk ekspresi, baik berupa dukungan terhadap tim yang didukung maupun sindiran terhadap tim lawan. Menariknya, dari 24 negara yang berlomba pada Euro 2024, negara Belanda mendapat banyak dukungan dari masyarakat Maluku. Secara emosional, hal tersebut dapat dilatarbelakangi oleh ikatan sejarah antara masyarakat Maluku dan Belanda. Penjajahan selama 350 tahun lalu rupanya mampu mengikat kehidupan dua budaya yang berbeda. Hal ini diperkuat dengan banyaknya masyarakat Maluku yang tinggal di Belanda sampai dengan sekarang.
Beberapa cuatan memunculkan fakta menarik bahwa ternyata belakangan ini sekelompok orang sering melontarkan kalimat-kalimat pro dan kontra untuk saling mendukung atau menyindir negara-negara yang bertanding. Sayangnya, entah dengan niat bercanda atau serius, berbagai kalimat sinisme muncul sebagai bentuk dukungan ataupun sindiran. Hal tersebut tentu tidak sejalan dengan asas kesantunan berbahasa, khususnya bertutur. Menurut Noibe, dkk. dalam tulisan yang berjudul Kesantunan Berbahasa Indonesia dalam Tindak Tutur Melarang dan Mengkritik pada Tujuh Etnis (2019), kesantunan bertutur adalah kesopanan dan kehalusan dalam menggunakan bahasa ketika berkomunikasi melalui lisan maupun tulisan. Jadi, tuturan yang santun adalah tuturan yang sopan dan halus. Selanjutnya, menurut Mislikhah (2014), ada tujuh faktor penyebab ketidaksantunan dalam berbahasa yang dua di antaranya adalah (1) penutur didorong rasa emosi ketika bertutur dan (2) penutur sengaja ingin memojokkan mitra tutur dalam bertutur. Fenomena kebahasaan pada Euro 2024 tersebut dapat disebabkan oleh dua hal di atas sehingga beberapa orang menjadi sinis (dalam konteks ini, penutur dan mitra tutur adalah penggemar dan nonpenggemar tim Belanda). Orang-orang yang sinis cenderung memandang perilaku manusia didorong oleh kepentingan diri sendiri dan bukan kepedulian yang tulus terhadap orang lain (Tobias Weaver, 2023). Beberapa contoh kiriman di media sosial yang berkaitan dengan Liga Sepak Bola Eropa sebagai bentuk ketidaksantunan berbahasa adalah sebagai berikut.
- Jaga lia ee..abis ini Fans Turki bertambah bagaikan butir2 pasir dilaut.. (emotikon tertawa) Woee.. Fans Turki.. TURunan Kiri2 (emotikon tertawa [kiriman akun B.L.F.])
Kiriman di atas merupakan sindiran kepada orang lain yang tiba-tiba sangat banyak mendukung tim Turki sebagai lawan tim Belanda. Ditambah lagi, penulis membuat akronim dari turki, yakni turunan kiri-kiri. Dalam cakapan Melayu Ambon istilah kiri-kiri artinya ’emosi’.
- Oom ee..tidor2 Sadiki.. masa tiap detik, menit , n tiap jam Kong tggl tulis status par balanda.. Bai2 pucat.. mata kadalang la blg org biking.. pdhl hidup Tarmustahak.. (emotikon tertawa [kiriman akun B.L.F])
Kiriman di atas merupakan sindiran kepada seorang laki-laki dewasa yang menurut penulis setiap saat membuat status tentang tim Belanda. Lebih lanjut, penulis memperingatkan lelaki tersebut untuk tidur agar tidak berpikir disantet jika merasa pusing (akibat kurang tidur).
- Deng Polandia blng kalah.. Deng Prancis blg kalah . Nnti Deng Austria bilang kalah lai… Huiii..dolo ambil kursus bola di FIFA Kong mau jd pengamat ??? Hati sakit sampee.. (emotikon tertawa [kiriman akun B.L.F.])
Kiriman di atas merupakan sindiran penulis kepada tim lawan karena selalu berkomentar tentang tim Belanda. Penulis menyindir dalam tulisannya dengan bertanya “Dulu, pernah ambil kursus bola di FIFA sampai ingin jadi pengamat?” Penulis seolah merasa jika tidak punya banyak pengetahuan tentang sepak bola, tidak perlu berkomentar.
Baca Juga: 3 Skenario Pemberantasan Judi Online di Indonesia- Sapa bilang cm di line kiri? Su taero ka kanan gaes… Buka mata dan camkan! Yg direndahkan akan ditinggikan! Amen! (kiriman akun J.M.L)
Kiriman di atas merupakan sindiran kepada pembaca yang mengatakan bahwa tim Belanda hanya bermain di garis kiri, nyatanya sudah bergeser ke kanan. Penulis menyindir pembaca untuk sadar lewat frasa buka mata dan camkan. Artinya, penulis ingin pembaca sadar bahwa tim Belanda mampu bermain dengan baik.
- “WASIT SALAH”menurut orang AMBON (emotikon tertawa) (kiriman S.L.)
Kiriman di atas merupakan sindiran balik kepada penggemar tim Belanda yang selalu menyalahkan wasit saat tim Belanda kalah atau mendapat peringatan di lapangan.
- Ujang bukumai su turun kumbali Tanda” sabantar Walanda mo talucu Iko Germany dng Portugal (emotikon tertawa) (kiriman akun V.M.P.)
Kiriman di atas merupakan sindiran kepada penggemar tim Belanda. Penulis menganggap lebatnya hujan merupakan suatu tanda kepada tim Belanda yang akan kalah mengikuti tim Jerman dan tim Portugal.
Contoh-contoh di atas selaras dengan penyebab ketidaksantunan berbahasa menurut Mislikhah. Tentunya tuturan seperti itu disebabkan emosi sesaat yang dikemas dalam bentuk sindiran dan keinginan memojokkan pihak lawan (dapat terlihat dari kata-kata berhuruf tebal). Jika ajang semacam itu diwarnai respons (ekspresi dalam berbahasa) yang beragam tentu membuat suasana lebih asyik. Namun, perlu diingat bahwa respons yang berlebihan dapat mengurangi adab bermedia sosial dan ketidaksantunan berbahasa. Komunikasi yang terbangun pun tidak memberikan edukasi positif bagi pengguna media sosial yang beragam usia. Akhirnya, nilai kesopanan dalam berkomunikasi terabaikan dan situasi penuh sinisme dianggap euforia semata. Oleh karena itu, dalam semua ajang kejuaraan, penggemar atau penonton selalu disarankan untuk sportif. Salah satu bentuk sportivitas yang nyata adalah tidak berkomentar dengan kata-kata yang sinis dan sarkasme. Dengan demikian, gunakanlah bahasa yang sopan dan menginspirasi untuk mengekspresikan rasa kagum dan gemar terhadap sesuatu! Oleh: Widya Sendy Alfons, S.Pd.Widyabasa Ahli Pertama Kantor Bahasa Provinsi Maluku.(*)
Tinggalkan Balasan