Euro 2020: Hati-hati, Les Blues!

Der Panzer Main ‘Kotor’Potensi persaingan sengit sejak babak penyisihan akan terjadi di Grup F. Terdapat tiga tim dengan status unggulan yang akan berusaha lolos dengan raihan terbaik dari fase penyisihan grup ini.
Perancis, Portugal, dan Jerman menjadi tiga tim yang lebih diunggulkan untuk melangkah jauh di kejuaraan Piala Eropa 2020. Hongaria melengkapi jumlah peserta penyisihan Grup F Euro 2020, sekaligus mencatatkan penampilan keempat mereka di Piala Eropa sejak 1964 silam.
Timnas Prancis patut waspada saat menjalani laga matchday pertama Grup F Euro 2020 yang digelar pada Rabu (16/6) nanti. Sebab sang lawan, Timnas Jerman, akan menggunakan segala cara demi meraih kemenangan.
Prancis dan Jerman tergabung dalam grup ‘neraka’. Sebab mereka harus memperebutkan dua tempat untuk tampil di babak 16 besar bersama kandidat juara lainnya, Timnas Portugal.
Satu kemenangan saja bisa berarti banyak buat ketiga tim raksasa ini. Laga pertama biasanya menjadi penentu banyak tidaknya sebuah negara bisa berbicara. Ini membuat laga antara Prancis melawan Jerman semakin terasa krusial.
Baca Juga: Swedia Tanpa Kulusevski, La Furia Roja Siap Unjuk GigiIngin Bermain Kotor
Prancis akan menghadapi Jerman dengan modal yang apik. Menilik lima laga terakhir, skuat besutan Didier Deschamps tersebut tak pernah menelan kekalahan dengan rekor tiga kemenangan dan dua hasil imbang.
Namun catatan tersebut tidak membuat Prancis halal untuk meremehkan Die Panzer. Sebab mereka ingin melakukan segala cara agar bisa mengantongi tiga poin berharga dari pertandingan kali ini.
“Tentu saja, mereka memiliki penyerang yang bagus. Kami harus siap untuk memenangkan tantangan satu lawan satu. Kami harus sedikit bermain kotor, tidak selalu menjadi baik,” ujar bek Jerman, Antonio Rudiger.
Tanggapan Tenang Prancis
Rudiger dan bek-bek Jerman nampaknya cukup yakin kalau kemampuan fisiknya lebih baik ketimbang barisan penyerang Prancis. Kendati demikian, ancaman itu tidak membuat Kylian Mbappe selaku penyerang Les Blues ketakutan.
“Senjata kami adalah bermain bersama. Kalau itu adalah senjata mereka, maka mereka akan memainkan senjatanya, kami akan memainkan senjata kami,” kata Mbappe.
“Dan kami tetap berfokus pada persiapan, menganalisis dengan baik apa kekuatan beserta kelemahan mereka dan mencoba untuk memulai turnamen ini dengan baik,” ucapnya tenang.
Diterpa Konflik internal
Di tengah perhelatan Euro 2020, Perancis diterpa isu konflik antara Kylian Mbappe dan Olivier Giroud. Dalam konferensi pers terbaru, Mbappe membandingkan Giroud dengan Benzema dan Neymar.
Pangkal dari kemunculan isu konflik di tubuh timnas Perancis adalah komentar Olivier Giroud usai laga uji coba melawan Bulgaria pada 8 Juni silam. Usai laga yang dimenangi Perancis 3-0 itu, Giroud yang menyumbang dua gol mengeluhkan pasokan bola dari rekan-rekan setimnya. “Saya tak banyak bersuara sebab terkadang, saya membuat pergerakan dan bola tidak datang,” kata Giroud.
“Saya tak bilang bahwa saya selalu membuat pergerakan terbaik, namun saya mencoba menawarkan solusi di kotak penalti,” tuturnya lagi.
Kylian Mbappe yang merupakan kolega Giroud di lini serang Perancis, disebut merasa tersindir atas pernyataan tersebut. Mbappe bahkan diberitakan sampai meminta waktu khusus kepada sang pelatih, Didier Deschamps, untuk memberikan klarifikasi via konferensi pers.
Akan tetapi, permintaan Mbappe ditolak oleh Deschamps. Talenta belia yang bermain untuk Paris Saint-Germain (PSG) itu baru bisa bersuara kepada media dalam sesi konferensi pers timnas Perancis pada Minggu (13/6/2021).
Dalam membahas Giroud, Mbappe sampai membawa nama Karim Benzema dan rekannya di PSG, Neymar Jr. “Neymar menyentuh bola 150 kali per laga, Benzema 80 kali, Giroud, karena gaya bermainnya, ia jauh lebih sedikit melakukan kontak dengan bola,” tutur Mbappe dalam video konferensi pers yang diunggah media Perancis, RMC.
“Terlihat jelas jika Anda membandingkan operan yang saya berikan kepada Benzema atau Neymar akan lebih banyak dari yang saya lepas ke Giroud.”
“Namun, itu bukan berarti saya tak melihat Giroud. Benzema datang 40 meter dari gawang untuk menyentuh bola, sementara Giroud lebih suka tinggal di depan dan berada di kotak penalti untuk menerima operan final,” kata Mbappe.
Menurut Mbappe, ini lebih kepada persoalan karakteristik bermain seorang penyerang, bukan karena dirinya sengaja tak mau memberi pasokan bola kepada Giroud. “Saya merasa itu sedikit kurang sehat untuk menyiratkan sesuatu tanpa mengatakannya. Kalian (jurnalis) membuat kesan bahwa saya tak mau mengoper kepada Giroud. Saya katakan mereka adalah pemain berbeda.”
Perancis Lebih Unggul
Sebelumnya di Euro 2016 lalu, baik Prancis dan Jerman saling sikut dibabak semi final. Hasilnya Prancis menang dengan skor 2-0 berkat dua gol Antoine Griezmann.
Kemenangan Les Bleus, julukan Prancis, memperpanjang rekor kemenangan Prancis atas Jerman. Sejauh ini, Prancis dan Jerman sudah 13 kali bertemu. Hasilnya, Prancis unggul dengan tujuh kemenangan, dua imbang, dan empat kalah atas Jerman. Akan tetapi, beberapa kemenangan Prancis dicetak di pertandingan persahabatan.
Sementara Jerman pernah satu kali mengalahkan Prancis di level kompetitif, yaitu di perempat final Piala Dunia 2014. Untuk Piala Eropa, partai semi final tahun 2016 lalu itulah yang menjadi pertemuan pertama keduanya.
Gelandang timnas Jerman, Toni Kroos, juga mengunggulkan timnas Prancis, namun bukan sekadar memenangkan duel pembuka Grup F melainkan juga memenangkan EURO 2020.
Toni Kroos merasa demikian karena menurutnya timnas Prancis, yang menyandang status juara Piala Dunia 2018, memilki skuad berisikan pemain hebat yang terus berkembang dan memiliki pengalaman. “Saya ingat betul pertandingan terakhir kami melawan mereka di EURO 2016,” ujar Kroos.
Kendati demikian, Kroos mengaku bahwa dirinya dan timnas Jerman enggan menyerah begitu saja walau lawan mereka di fase grup itu difavoritkan oleh banyak pihak. “Kami harus melihat apa yang terjadi pada akhirnya. Kami tidak peduli dengan siapa yang dianggap favorit dalam turnamen ini,” kata gelandang berusia 31 tahun itu menambahi. (*)
Tinggalkan Balasan