AMBON, Siwalimanews –  Diduga survey yang dilakukans ecara internal oleh Partai Nasdem untuk bakal calon Walikota Ambon dan Kota Tual asal-asalan, sehingga patut diragukan.

Sumber terpercaya Siwalimanews di Partai Nasdem yang enggan namanya dipublikasikan, Kamis (20/6), mengaku, hasil survey ini patut dipertanyakan, sebab dalam daftar nama-nama yang disurvey ada juga tertara nama orang yang tidak ada alias telah meninggal dunia.

Padahal survei merupakan suatu metode penelitian yang melibatkan pengumpulan data melalui wawancara atau kusioner kepada para responden yang bertujuan untuk memperoleh data mengenai sebuah topik atau hal tertentu dan data yang diperoleh biasanya merupakan generalisasi dari pengamatan seseorang atau responden.

Lazimnya, dalam metode survei digunakan dalam penelitian kuantitatif, dimana data dapat dikumpulkan baik untuk masa lampau maupun sekarang, dDengan demikian, untuk memperoleh data dari masing-masing orang memiliki pandangan yang berbeda, sehingga hasil survei menjadi objektif atau subjektif tergantung pada seorang surveyor dalam melakukan wawancara dengan responden.

Oleh karena itu, sangat subjektif hasil survey jika dilakukan dengan metode yang salah atau wawancara tidak komprehensif, apalagi orang yang disurvey tidak ada.

Baca Juga: Jantje Wenno Kembali Salurkan Hewan Kurban

“Jadi, orang yang telah tiada dimasukkan namanya dalam kusioner sangat tidak etis dalam melakukan metode penelitian survey, karena tentunya hasilnya tidak objektif melainkan subjektif, sehingga hasil survei nya patut dipertanyakan,” beber sumber ini.

Untuk itu kata dia, hasil survei kandidat balon Walikota dan Wakil Walikota Ambon serta Kota Tual oleh Partai Nasdem patut diragukan, sebab selain ada nama figur yang telah meninggal, juga terdapat nama figur yang disurvei itu doubel.

Menurutnya dengan adanya kejanggalan tersebut, dirinya menilai survei yang dilakukan oleh Partai Nasdem ini asal-asalan dan diragukan kebenarannya.

“Bagaimana bisa orang yang sudah meninggal dimasukan namanya sebagai satu pihak yang disurvei untuk tokoh yang dimasukan dalam data survei . Ini aneh, kami ragukan hasil survei yang dilakukan mereka.apakah ada unsur titipan? tanya sumber itu.

Selain itu menurut dia, ada pendobelan nama kandidat yang dimungkinkan mempengaruhi hasil survei yang dilakukan, dimana dalam survey itu tertera nama Anhtony Gustaf Latuheru dan Anthony Latuheru.

“Dalam sejumlah nama yang ditampilkan dalam data survei mereka, ada dua nama yang sama, yakni Anthony Gustaf Latuheru dan Anthony Latuheru padahal mereka adalah orang yang sama,” ucapnya.

Tak hanya untuk survey Walikota dan wawali Ambon, namun kata dia, pada survey di Kota Tual juga mengalami hal yang sama, dimana ada terdapat pendobelan nama salah satu kandidat yakni, Mohammad Roem Ohoirat dan Mohammad Roem.

“Kami berpikir mungkin hanya di Kota Ambon saja, ternyata Kota Tual juga ada pendobelan nama kandidat, dengan demikian secara pemikiran orang awam, mungkin mereka lalai, tetapi sampai dua kali berarti ini perlu dipertanyakan, apakah ini hasil survei yang dilakukan asal-asalan atau memang ada titipan,” trandasnya.

Menariknya lagi lanjut sumber ini, untuk survey di Kota Tual juga, diduga ada nama kandidat yang mendaftar di luar batas waktu pendaftaran, sehingga patut dipertanyakan kinerja DPW Nasdem, mengapa harus demikian da nada apa dibalik semua ini?

Tak hanya itu, peta pembagian porsi agama dalam survei hanya tiga yakni Islam, Protestan dan Katolik sementara agama lainya tak dimasukan dalam survey, padahal umat Hindu dan Buddha juga banyak.

“Ormas keagamaan juga ada yang tidak dimasukan, baik di Kota Tual maupun Ambon, ini patut dipertanyakan lagi, padahal ormas keagamaan cukup banyak, namun mengapa bisa ada yang tak dilibatkan,” urainya.

Ketua DPW Nasdem Maluku Hamdani Laturua yang dikonfirmasi Siwalimanews melalui telepon selulernya, Kamis (20/6) tak merespon panggilan masuk, bahkan pesan singkat yang disampaikan lewat WhatsApp juga tak digubrisnya.

Sementara itu Ketua DPD Nasdem Kota Ambon Mourits Tamaela yang dkonfirmasi melalui pesan WahtsAppnya menegaskan, kalau yang menyangkut dengan survey partai dirinya tidak mempynyai wewenang untuk mengomentari hal itu ke public, sebab DPP yang mempunyai hal menilai dan memutuskannya.

“Hasil survei lembaga apa? Kalau yang Nasdem punya, beta (saya-red) tidak punya wewenang untuk komentari ke publik, itu DPP punya hak menilai dan memutuskan. Katong (kita-red) hanya bisa menilai tapi tidak bisa berkomentar keluar apapun hasilnya,” jelas Tamaela.(S-26)